Dalam
buku God Has Many Names, bab empat: Whatever Path Men Choose is Mine, John Hick meletakkan
dasar-dasar pemikiran pluralisme. Hick memaparkan bahwa sebagian besar manusia
memeluk agama sesuai dengan tempat kelahiran dan agama orangtuanya. Jika ia lahir
dari orangtua beragama Islam maka kemungkinan besar menjadi Muslim sampai
meninggalnya. Jika lahir dari orangtua yang beragama Budha, maka akan terus
menjadi umat Budha. Juga agama yang dipeluk orang Kristen lebih banyak karena
faktor orangtuanya. Meski beda agama, tetapi dari setiap orang yang beragama
atau beribadah di rumah ibadahnya masing-masing, pada dasarnya ingin
menjalankan hidup sesuai dengan higher reality.
Rabu, 30 Desember 2015
Sabtu, 12 Desember 2015
Ada Dua Wajah dalam Beragama
Agama merupakan institusi yang tidak
pernah hilang dari wacana manusia sepanjang zaman. Agama membuat manusia merasa
benar dalam tindakan dan perilakunya, bahkan berani menyatakan salah pada orang
lain yang berbeda. Agama dalam dunia ini yang ditampilkan umat manusia dalam
dua wajah: menyeramkan dan menenangkan.
Tengok ISIS dan gerakan radikalisme agama,
yang bagi manusia normal akan menyatakan tidak senang dengan perilaku dan cara mereka
dalam melakukan tindakan yang bernuansa kerusakan. Alih-alih menenteramkan,
malah membuat takut orang masuk pada agama. Sedangkan wajah agama yang
menenangkan adalah kebalikannya: tidak meresahkan dan berkesan baik. Melihat
makna agama dalam bahasa sanskerta disebutkan bahwa agama terdiri dari dua: “a”
berarti tidak dan “gama” berarti rusak. Karena itu, dari kedua kata yang
terpisah itu maka agama memiliki makna yang baik dan bertujuan menyelamatkan
orang dari berbagai kerusakan. Orang yang beragama diharapkan “tidak rusak”
dalam perilaku dan berkehidupan sehingga menenangkan dan tidak mengganggu
ketenteraman. Lalu, mengapa agama yang tampil sekarang ini tidak demikian?
Rabu, 09 Desember 2015
Murtadha Muthahhari: Perbuatan Baik non Islam
Kajian pluralisme sangat menarik
dibahas. Sudah banyak dibahas oleh ilmuwan dan cendekiawan, baik muslim atau
non muslim. Sekarang ini yang perlu mendapat sorotan berkaitan perbuatan baik
non Islam atau orang yang tidak beragama Islam, tetapi memiliki kontribusi
terhadap umat manusia.
Sebagaimana diketahui Bunda Teresa,
Thomas Alfa Edison, Pasteur, Hunain bin Ishaq, dan orang non Islam lainnya
karyanya bermanfaat bagi umat Islam.
Atau yang lebih menarik lagi adalah apakah hanya Ahlussunnah saja yang
masuk surga dan diterima Allah? Benarkah
hanya pengikut Syiah saja yang selamat dan dapat syafaat dari Nabi
Muhammad saw dan Ahlulbait? Inilah persoalan al-taaddudiyyah ad-diniyyah, yang
cukup rumit diuraikan.
Senin, 07 Desember 2015
Wacana Syiah dan Sunni di UIN Bandung
Sekarang ini, Sunni dan Syiah menjadi
persoalan yang sedang hangat. Sejak kasus pembakaran hingga pengusiran warga
Syiah di Sampang Madura, Jawa Timur, tahun 2011 sampai sekarang ini nasibnya
masih terkatung-katung dan belum bisa pulang ke kampung halaman. Ditambah lagi
dengan hadirnya gerakan yang gencar untuk mengeluarkan Syiah dari Islam,
menambah persoalan keagamaan di Indonesia semakin semraut.
Minggu, 06 Desember 2015
Belajar Pluralisme dari Sunan Kudus
Belajar pluralisme tidak perlu jauh
ke Barat. Di Indonesia pun sejarah menunjukkan teladan pluralisme. Salah
satunya oleh Sunan Kudus. Dikisahkan masyarakat Kudus masih memeluk agama Hindu
yang menghormati dan mensucikan sapi. Sunan Kudus dalam dakwah agama Islam
menyampaikan bahwa dalam kitab suci Al-Quran memuat sapi betina (al-baqarah).
Rabu, 02 Desember 2015
Imam Hasan Al-Askari dan Pendeta Nasrani
Masa
kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Baghdad mengalami kekeringan. Orang-orang sangat
risau dan mengkhawatirkan keadaan ini sehingga melakukan doa bersama untuk
turunnya hujan. Meski sudah dilakukan doa, tetapi hujan tidak kunjung turun.
Di
tengah kondisi kekeringan, seorang pendeta nasrani (Kristen) datang dan
menawarkan bantuan untuk menurunkan hujan. Orang-orang Baghdad menyambutnya dan
mempersilakan pendeta tersebut. Tibalah di sebuah pegunungan yang tinggi.
Jumat, 23 Oktober 2015
Setelah Novel Sang Pencerah, Tadarus Cinta Buya Pujangga
Pekan lalu
saya menamatkan baca (buku) novel karya Akmal N.Basral. Akmal adalah penulis
fiksi, yang saya kira hebat dalam eksplorasi kondisi dan penggambaran suasana.
Seakan-akan saya melihat langsung kondisi alam yang diceritakan Akmal dalam
novel Tadarus Cinta Buya Pujangga (Salamadani Grafindo, 2013).
Novel biografi
yang berlatar belakang budaya Minangkabau ini terasa hidup. Dialog yang
dibangunnya pun mengalir. Meski alur cerita yang datar dan mudah ditebak,
tetapi penggambaran sosok Malik (Hamka kecil) cukup kuat.
Selasa, 22 September 2015
Foto Bawa Berkah
Di
sekolah, tempat saya mengajar, seorang teman (yang sama-sama berprofesi sebagai
guru) bercerita tentang kejadian yang menimpanya saat pergi ke Jakarta akhir
pekan kemarin.
Saat di dalam bus, ia didatangi (kalau tidak salah dengar) dua
orang yang wajah dan gaya bicaranya seperti orang Batak. Kedua orang itu salah
satunya mengenakan kalung salib dan kemungkinan beragama Kristen. Terjadilah
dialog yang cukup tegang.
“Kamu yang
memukul kawan saya sampai babak belur ya?” tanya yang pakai kalung salib.
“Saya tidak
tahu,” jawab guru.
“Kawan saya
bilang ia dipukuli oleh yang pakai kacamata,” tanyanya kembali.
Teman saya
menjawab, “Di Jakarta ini ribuan orang yang pakai kacamata. Lagian saya baru
datang dari Bandung dan tidak kenal dengan kawanmu.”
Jumat, 18 September 2015
Menanggapi Jurnal Historia Madania: Mendefinisi Ulang Makna Sahabat
TULISAN ini
saya dibuat karena teringat pada sebuah jurnal Historia Madania (Edisi I, 2011)
yang diterbitkan Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Di dalamnya ada tulisan berjudul
“Mendefinisi Ulang Makna Sahabat” karya Ajid Hakim, dosen di jurusan Sejarah
dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tulisan
tersebut setelah dibaca tidak ada yang baru, malah hanya menyampaikan dari
tulisan atau catatan lama yang sebetulnya sudah terbilang basi. Yang cukup
renyah dan sebagai penyampai informasi mungkin kutipannya dari buku “Sahabat
Nabi” karya Fuad Jabali yang pernah didiskusikan bersama Ajengan Jalal
(Jalaluddin Rakhmat) di UIN Bandung pertengahan 2011.
Selasa, 15 September 2015
Membaca Buku, Aliran-Aliran Dalam Islam
Judul:
Aliran-Aliran Dalam Islam
Penerbit: Salamadani Publishing
Tahun: 2009
Tahun: 2009
Munculnya
aliran-aliran sesat dan klaim adanya nabi setelah Muhammad saw merupakan
persoalan yang tidak bisa dianggap angin lalu. Apalagi keberadaannya itu
cenderung mengganggu ketenteraman umat beragama. Sudah pasti, aliran dan
ajaran-ajarannya jauh dari nilai-nilai kebenaran. Jika tidak sesat, pasti
menyimpang. Kita melihat bagaimana pemerintah
dan umat Islam segera bertindak untuk “mengamankan” dan meminta pertanggungjawabannya.
dan umat Islam segera bertindak untuk “mengamankan” dan meminta pertanggungjawabannya.
Memang, sudah jadi tugas pemerintah untuk menciptakan
suasana yang aman, tenteram, dan damai bagi rakyatnya, termasuk menghentikan
aktivitas mereka. Harus diakui
bahwa persoalan keyakinan seorang manusia bersifat individu. Namun, hal yang
bersifat “pribadi” pun bisa menjadi masalah ketika individu tersebut mengajak
orang lain bergabung dengan cara yang tidak wajar dan bersifat menodai agama,
apalagi dengan menyebutkan dirinya sebagai Nabi Allah terakhir yang jelas
membuat marah umat Islam. Karena itu, untuk mengatahui aliran-aliran mana saja
yang masih termasuk dalam lingkup Islam dan bagaimana ajaran dan pemikirannya,
tampaknya harus mengenalinya dengan membaca buku ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM.
Senin, 14 September 2015
Sabar dan Mengendalikan Emosi
Ada sebuah
riwayat tentang kesabaran yang diceritakan dalam kitab Jihadun Nafs (Jihad
al-Nafs, Al- Mahijah AI-Baidha, Beirut, 1993, halaman 69-70) karya Ayatullah
Mazhahiri.
Di masa
Rasulullah saw, ada perempuan yang memiliki anak kecil. Perempuan ini seorang
muslimah. la tidak bisa membaca dan menulis tapi ia mukmin yang sejati. Imannya
memenuhi jantung dan hatinya. Keimanannya dibuktikan dalam kesabaran ketika
menghadapi ujian. Suatu hari anaknya itu sakit sementara suaminya sedang berada di tempat jauh untuk
bekerja. Ketika suaminya bekerja, si anak kecil itu rneninggal dunia.
Istri itu
duduk di samping anaknya dan menangis sejenak. la terjaga dari tangisannya. la
menyadari bahwa sebentar lagi, suaminya akan pulang. la bergumam, “Kalau aku
menangis terus menerus di samping jenazah anakku ini, kehidupan tidak akan
dikembalikan kepadanya dan aku akan melukai perasaan suamiku. Padahal ia akan pulang dalam keadaan lelah.”
Senin, 07 September 2015
Agar diri semakin saleh
Salah satu
bagian yang terdapat dalam Islam adalah penempaan ibadah secara konsisten dan
berkelanjutan yang biasanya disebut riyadhah tasawuf.
Riyadhah yang
biasa dilakukan antara lain: pertama yang dilakukan adalah bertobat. Ia harus
menyesal atas dosa-dosanya yang lalu dan betul-betul tidak berbuat dosa lagi
sembari melafalkan dzikir dan wirid-wirid tertentu.
Kedua, untuk memantapkan tobatnya ia harus zuhud. Ia mulai menjauhkan diri dari
dunia materi dan dunia ramai serta fokus beribadah.
Jumat, 04 September 2015
Laki-laki dan Perempuan
SAYA pernah
baca sebuah buku tentang perempuan yang ditulis oleh salah seorang Muslim yang
cukup terkenal di Indonesia. Pada buku itu diterangkan bahwa perempuan pada
dasarnya punya kekhususan yang sangat berbeda, baik dari mental, intelektual
maupun spiritual. Menurut
penulis buku itu, Tuhan memberikan syahwat kepada wanita sebanyak sembilan dan
pada laki-laki diberikan satu; sedangkan akal diberikan pada wanita satu dan
sembilan pada laki-laki.
Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta
sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.
Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta
sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.
Kamis, 03 September 2015
Dari Sebuah Diskusi: Saqifah Bani Saidah
Diskusi ini
dimulai dari berita bahwa ada pengikut mazhab Islam Syiah yang dipaksa agar kembali
kepada Ahlussunah dengan alasan dahulunya sudah Sunni dan masuk Syiah karena
dibohongi. Tidak jelas sebenarnya makna dari dibohongi: apakah orang yang masuk
Syiah dijanjikan jabatan dan uang? Kemudian tidak terbukti sehingga bilang
merasa dibohongi. Saya tidak paham dengan isi beritanya.
Berita ini
kemudian jadi bahan bincang kami di sebuah milis alumni Masjid Salman ITB.
Paksaan itu dipertanyakan, bahkan dikaitkan dengan Abu Bakar yang mengirim
Khalid bin Walid untuk mengambil zakat. Paksaan ambil zakat ini dikaitkan
dengan kekerasan atau paksaan untuk kembali pada mazhab leluhurnya orang
Madura.
NU itu Syiah Kultural
Sekarang
yang menjadi perbincangan umum di masyarakat Islam adalah mazhab Sunni dan
Syiah. Tidak jarang kiai level kampung dapat pertanyaan seputar Sunni dan
Syiah. Hal ini juga yang dialami kakak saya, seorang Muslim Sunni.
Saat
mengisi pengajian malam jumat dan majelis yasinan, kakak saya ditanya tentang
Syiah. Kakak yang pernah menimba ilmu di Ma’had Imarat Bandung tidak berani langsung
jawab. Kalau asal jawab tanpa konfirmasi kepada ahlinya atau tanpa membaca
dahulu buku yang berasal dari sumbernya merasa khawatir salah beri informasi.
Meski memang sudah sering dengar dari ustadz-ustadz di Ma’had Imarat, tetapi
tidak berani menyampaikan karena para ustadz tersebut mazhabnya Wahabi.
Jumat, 28 Agustus 2015
Laki-laki dan Perempuan, Bedakah?
SAYA pernah
baca sebuah buku tentang perempuan yang ditulis oleh salah
seorang Muslim yang cukup terkenal di Indonesia. Pada buku itu
diterangkan bahwa perempuan pada dasarnya punya kekhususan yang sangat
berbeda, baik dari mental, intelektual maupun spiritual. Menurut
penulis buku itu, Tuhan memberikan syahwat kepada wanita sebanyak
sembilan dan pada laki-laki diberikan satu; sedangkan akal diberikan
pada wanita satu dan sembilan pada laki-laki.
Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang
wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.
Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang
wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.
Kamis, 27 Agustus 2015
Kesalahpahaman Terhadap Rasulullah SAW
Senin, 9 Maret
2009, saya menghadiri sebuah acara Maulid Nabi Muhammad saw di sebuah pertokoan
Muslim di kawasan BKR Lingkar Selatan Bandung. Pada hari libur itu saya
mendapatkan wawasan luar biasa mengenai sejarah Islam, khususnya pemahaman
tentang Rasulullah saw, dari seorang ustadz muda lulusan dari Iran yang bernama
Miftah Fauzi Rakhmat.
Ustadz Miftah
memulai kajiannya dengan melemparkan tiga pertanyaan kepada jamaah. Setiap
jamaah yang bisa menjawabnya mendapatkan buku yang dibawanya, yang berjudul
“Al-Musthafa”.
Pertanyaan pertama yang dilontarkannya adalah: di daerah manakah Rasulullah saw lahir? Sebutkan lima silsilah Nabi saw lima ke atas dan lima ke bawah? Dan siapa yang paling duluan datang ke majelis tersebut?
Pertanyaan pertama yang dilontarkannya adalah: di daerah manakah Rasulullah saw lahir? Sebutkan lima silsilah Nabi saw lima ke atas dan lima ke bawah? Dan siapa yang paling duluan datang ke majelis tersebut?
Jawaban yang
ketiga diketahui melalui daftar hadir. Untuk jawaban pertama dan kedua
tampaknya sangat sulit bagi jamaah yang hadir. Meski agak lama, tapi ternyata
ada juga yang bisa menjawabnya. Yakni bahwa Rasulullah saw lahir di kaki gunung
Qubaisyi, kampung Suqullail, Makkah. Kini rumah tempat kelahirannya itu menjadi
perpustakaan umum yang tidak pernah dibuka. Perpustakaan tersebut, menurut
Ustadz Miftah, setiap kali datang ke sana selalu dalam keadaan tutup.
Kondisinya pun cukup memperihatinkan karena berada di belakang lokasi tempat
kelahiran Rasulullah saw terdapat terminal yang kebersihannya tidak terjaga.
Selasa, 25 Agustus 2015
Nasrudin Khoja
Suatu saat
Nasrudin Khoja diundang ke istana. Di pintu istana ia dicegah masuk oleh
pengawal karena berpakaian sederhana. Ia pulang dan kembali ke istana dengan
baju yang lebih mewah. Begitu sang pengawal mengizinkannya masuk, dia buka
pakaiannya dan menyuruh pengawal itu membawa pakaian tersebut ke balai
pertemuan.
Kisah tersebut jelas mengajarkan bahwa mungkin masih ada di antara kita yang masih terbuai oleh penampilan-penampilan luar. Keislaman seseorang tidak bisa ditentukan dengan jidat hitam, banyak umbar sedekah atau ibadah sosial yang disebar melalui media, atau pakaian-pakaian ala Arab, dan lainnya. Allah SWT berfirman, “bukanlah daging atau darahnya yang dapat
mencapai Allah melainkan ketaqwaan darimu” (QS Hajj ayat 37).
Kisah tersebut jelas mengajarkan bahwa mungkin masih ada di antara kita yang masih terbuai oleh penampilan-penampilan luar. Keislaman seseorang tidak bisa ditentukan dengan jidat hitam, banyak umbar sedekah atau ibadah sosial yang disebar melalui media, atau pakaian-pakaian ala Arab, dan lainnya. Allah SWT berfirman, “bukanlah daging atau darahnya yang dapat
mencapai Allah melainkan ketaqwaan darimu” (QS Hajj ayat 37).
Sabtu, 22 Agustus 2015
Resensi buku Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan
Buku Islam dan Pluralisme ini tidak tebal, hanya berjumlah 292 halaman. Termasuk buku
saku sehingga mudah dibawa-bawa. Dari segi bahasa, ditulis dengan bahasa yang
mengalir dan dan pilihan kosa kata yang pas sehingga mudah dicerna.
Jumat, 21 Agustus 2015
Resensi buku Tadarus Cinta Buya Pujangga
Membaca novel
buat saya bagian dari hiburan. Karena memang novel bukan
sesuatu yang sakral dan pelajaran yang tertuang dalam novel bisa multitafsir. Tidak ada ketentuan dalam masalah tersebut.
Untuk buku
yang berbau agama dan keagamaan, baru ada nuansa sakral dan
nilai-nilai penting bagi umat manusia. Kadang untuk mempertahankan
sakralitas itu orang-orang yang menjabat selaku pemegang otoritas
agama terjun dalam menilai dan menyampaikan kepada publik.
Untuk novel
memang ada juga yang kena semprot otoritas agama. Saya
kira itu bagian dari jiwa liar dan tidak terkontrol dalam proses
menulisnya. Namanya juga novel, pasti tidak benar-benar berasal dari
fakta. Dominan imajinasi yang tertuang. Karena itu, sumber daya
kreatif dan tujuan sang penulis dalam menulis novel harusnya
dipertanyakan sebelum meluncurnya karya di tengah masyarakat.
Kamis, 20 Agustus 2015
Novel: Kenapa Aku Dijual?
Judul : SOLD: Kenapa Aku Dijual?
Penulis : Zana Muhsen & Andrew Crofts
Penerjemah : Astuti Pramiyanti
Penerbit : Madanisa (Salamadani)
Terbit : April 2008
Tebal : 401+xii halaman
Penulis : Zana Muhsen & Andrew Crofts
Penerjemah : Astuti Pramiyanti
Penerbit : Madanisa (Salamadani)
Terbit : April 2008
Tebal : 401+xii halaman
Saat Zana Muhsen dan adiknya, Nadia Muhsen, berumur 15 dan 14 tahun, ayah mereka mengiming-imingi “Liburan Gratis ke Luar Negeri”.
Betapa
bahagianya kedua gadis ini mendengar tawaran ayahnya. Tanpa berpikir dua kali,
mereka mengiyakan. Namun, betapa terkejutnya Zana dan Nadia setelah mengetahui
bahwa ayah mereka telah berbohong. “Liburan” yang mereka “nikmati” ternyata
sebenarnya adalah dinikahkan dengan laki-laki keturunan Yaman. Dari sinilah
penderitaan dan kekerasan itu mula terjadi.
Selasa, 18 Agustus 2015
Pengalaman Keur Nyeri Patuangan
Tadi wengi dugi kiwari
kuring keuna nyeri beuteung. Biasa alatan tuang sareng anu lada. Kamari uih ti
sakola sareng pun bojo ngahaja barangtuang gurame bumbu rica-rica. Habeuk bae
dituang. Kirang langkung ti sajam, kontan karasa kukurileubeukan patuangan. Biasa ka
jamban. Lima menit saatos ti jamban karaos deui. Teras bae pulang anting ka
jamban. Mun teu salah mah dugi ka langkung lima balikan.
Tadi oge subuh bulak
balik ka jamban. Teras dugi ayeuna. Tangtos dinten ieu kuring teu ka sakola. Kabayang
atuh mun keur di sakola hayang ka jamban sareng bulak balik, tangtos ngaganggu
aktivitas kuring di sakola. Kusabab kita kuring ngahaja libur heula. Di imah
bae.
Minggu, 16 Agustus 2015
Duhai Baginda, Maafkanlah Saya
Saya tidak tahu apakah diri saya ini
bagian dari semesta; ataukah sebaliknya? Apakah hidup ataukah mati yang sedang
saya alami kini? Terasa dekat batas akhir hidup ini. Saya merasa demikian
karena kadang dalam diri muncul sejumlah penyesalan atas yang pernah dilakukan
dahulu atas sejumlah dosa dan salah. Inginnya segera terhapus. Bagaimanakah? Terlalu
banyak masalah. Terlalu banyak keinginan dalam diri ini. Banyak tuntutan dan
tantangan zaman. Bila tak ikut maka tak layak bagian dari mereka. Bila ambil
jalan sendiri, maka dibilang menyimpang. Selalu ada saja yang membuat diri saya
ini termenung. Harus bagaimana? Siapa diri ini? Hendak ke mana? Mengapa harus
hidup dan bingung dengan hidup? Akan bagaimana masa depan hidup ini? Ah… itu
lagi yang muncul. Terus membayangi diri ini.
Sabtu, 15 Agustus 2015
Rekayasa Sosial, Reformasi atau Revolusi?
TADI pagi saya
baca buku “Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi?” karya Jalaluddin Rakhmat.
Buku ini diterbitkan Rosdakarya tahun 1999. Sudah lebih sepuluh tahun buku ini
beredar. Terbilang buku lama. Tetapi isinya tetap aktual dan mencerahkan
pikiran saya yang rada kurang intelek. Maklum saya orang dusun; orang kampung. Jadi, tak belajar banyak dari buku-buku ilmiah sehingga pikiran dan logika pun seadanya,
sekenanya.
Jumat, 14 Agustus 2015
Gumam Orang yang Banyak Dosa (Barangkali Anda Minat Baca)
Inilah diri saya yang sedang
sadar dan kadang tidak sadar kalau diri ini punya dosa. Kalau diri punya
sombong. Kalau diri, yang bersatu padu antara tubuh dan jiwa ini, sulit
dikendalikan. Kalau diri sendiri sulit dikendalikan, tentu saja yang bukan
bagian dari diri sendiri pun akan tidak bisa dikendalikan. Karena itu, saya
mengakui kalau saya bukan seorang jagoan. Kalau saya bukan seorang yang ahli.
Kalau saya bukan yang terpenting. Apalagi yang paling mampu. Dan kini saya
sadar kalau saya punya dosa yang banyak. Saya sadar kalau saya punya banyak
salah.
Kamis, 13 Agustus 2015
Review Tesis, Membaca Sejarah Kota dengan Ilmu Sosial
SAYA sadar dengan kemampuan yang minim dalam ilmu-ilmu sosial humaniora. Penguasaan dan pemahaman teori cukup berat dikuasai selama satu semester. Apalagi perkembangan dan perubahan khazanah ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga tidak mudah untuk memahaminya dengan benar.
Sesuai dengan pendapat almarhum Prof Kuntowijoyo bahwa ilmu-ilmu sosial yang bersifat sinkronis diperlukan dalam memahami ruang peristiwa secara komprehensif dalam kajian peristiwa-peristiwa sejarah. Rangkaian perjalanan sejarah yang diakronis akan terasa kering kalau hanya sekadar merunut dari awal hingga akhir. Agar tidak terasa kering maka peran ilmu sosial diperlukan memberi penjelasan atas setiap peristiwa sejarah.
Senin, 10 Agustus 2015
Membaca Buku The Venture of Islam
Salam. Sampurasun.... Ini saya anggap, mungkin bisa sedikit untuk memahami atau, pengantar untuk memahami Islam yang bercorak budaya. Kini sedang marak wacana Islam Nusantara. Saya kira lebih konteksual dengan kondisi sekarang adalah Islam Indonesia. Sekarang ini negeri kita bukan lagi Nusantara berdasarkan administratif. Secara historis memang Nusantara. Islam Nusantara dalam sejarah berkaitan dengan kerajaan-kerajaan Islam di masa lalu. Dahulu memang banyak kerajaan Islam tersebar di berbagai nusa atau pulau-pulau yang kini masuk kawasan NKRI.
Meski berbeda, kerajaan tersebut memiliki kesamaan satu sama lain dalam agama yang dipegang: agama Islam. Dari sana muncul ragam Islam dari berbagai pulau atau daerah dengan kekhasannya. Mungkin dari berbagai ragam wajah Islam yang muncul dari berbagai kerajaan (sebelum kolonial Hindia Belanda dan kemerdekaan Indonesia) wajah Islam yang beragam bisa dimaknai sebagai Islam Nusantara. Secara historis ragam pemahaman Islam ini lahir dari penyesuaian dengan budaya dan sosial masyarakat di mana umat Islam berpijak. Sehingga corak Islam yang muncul berbeda dengan Timur Tengah dan Eropa. Saya memahami demikian berdasarkan pemnacaan dari buku The Venture of Islam.
Jumat, 31 Juli 2015
Apa Itu Tasawuf?
Banyak ulama dan orientalis memberikan definisi tasawuf.
Mulai dari istilah bahasa, pengertian yang diambil prosesi menjalani tasawuf,
sampai yang tidak serius. Yang terakhir ini, pernah disampaikan seorang murid
yang menyiapkan teh buat gurunya. Kemudian ada salah seorang saudaranya yang
menjenguknya dan bertanya tentang tasawuf. Murid itu menjawab bahwa tasawuf itu
menyajikan segelas teh buat sang guru. Yang tentu itu menjadi bahan tertawaan
orang-orang di sekitarnya.
Dalam tradisi sufi, seorang murid yang belajar tasawuf
memang diperintahkan untuk khidmat atau melayani guru sebelum mendapatkan pelajaran-pelajaran
sufistik. Bisa bertahun-tahun, bisa berbulan dan bisa sekira satu minggu.
Kamis, 30 Juli 2015
Pertanyaan tentang Fathimah, Khadijah, dan Ali
Saat mengajar, saya pernah ditanya tentang putri Nabi Muhammad saw. Berikut ini pertanyaannya:
Pertama, kenapa hanya
Khadijah yang melahirkan anak-anak Nabi Muhammad saw? Kedua, saat usia berapa
Sayidah Fathimah binti Muhammad saw menikah dengan Imam Ali bin Abi Thalib? Ketiga, berapa
tahun usia Imam Ali saat menikahi Sayidah Fathimah? Dan yang keempat, berapa usia Sayidah
Fathimah saat melahirkan Imam Hasan?
Senin, 27 Juli 2015
Cerita Mudik di Cianjur
Sehari sebelum lebaran. Saya dan istri berangkat ke Cianjur.
Ceritanya mudik. Jalan macet dari arah
Kopo Sayati. Tiba di terminal Leuwi Panjang. Masuk bus jurusan
Bandung-Sukabumi. Sekira sepuluh menit sudah penuh dan bus berangkat. Harga ongkos
30.000. Biasanya 25.000. Naik 5.000.
Wajar dan tidak terlalu berat karena memang jaraknya juga tidak jauh. Tetapi masih
kena hukum safar. Tadinya mau berangkat ba’da shalat zhuhur, hanya khawatir
penuh dan berebut bus kemudian cuaca yang panas. Maka berangkat pagi dan tiba
di rumah mertua jam sebelas.
Setiba di rumah, seperti biasa bersalaman dan tanya kabar. Kemudian
istirahat dan menunaikan shalat zhuhur kemudian ashar. Tentu kena hukum qashar
karena niat tinggal kurang dari sepuluh hari. Hanya dua hari. Jumat sore
langsung balik ke Bandung.
Minggu, 19 Juli 2015
Menghafal Al-Quran hingga Wafat
Guru saya bercerita bahwa guru yang
mengajarinya tahfidz al-quran mengisahkan seorang kakek tua yang belajar
menghafal al-quran dalam usia sepuh. Kakek itu usianya sekira tujuh puluhan. Ia
memulai menghafal dari surah Al-Baqarah sampai surah Annas.
Cukup lama itu dilakukannya. Tiba pada surah Annas kemudian kakek itu meninggal dunia. Guru saya bilang, ternyata meski sudah sepuh ayat al-quran tetap masih bisa menempel pada ingatan seorang sepuh.
Dari cerita itu, guru saya memotivasi
untuk mulai belajar menghafal al-quran. Kalau pun tidak tuntas sampai 30 juz
karena dijemput maut, setidaknya sudah menjadi bukti dari niat dan bukti
dirinya mencintai Allah.
Jumat, 17 Juli 2015
Zarah Kuring, Boboran Shiam
Ieu mah ngan ukur bahan keur lenyepaneun urang sarerea. Ieu mah dumasar kana hirup kuring.
Ayeuna mayunan boboran shiam. Karaos beurat kaditu kadieu. Karasa hoream indit kaditu kadieu. Duka teuing kunaon dina boboran taun ieu bet hese ngejat miang ka sarakan. Kuring boga niat dina Romadon ieu hoyong ka Garut, nadran ka biang sareng rama. Hayang zarah ka pun sepuh kuring anu geus almarhum duanana. Ngan asa beurat bae rek indit teh. Asa hese ngalengkah. Nahanya? Naha ieu gogoda zarah kitu?
Ayeuna mayunan boboran shiam. Karaos beurat kaditu kadieu. Karasa hoream indit kaditu kadieu. Duka teuing kunaon dina boboran taun ieu bet hese ngejat miang ka sarakan. Kuring boga niat dina Romadon ieu hoyong ka Garut, nadran ka biang sareng rama. Hayang zarah ka pun sepuh kuring anu geus almarhum duanana. Ngan asa beurat bae rek indit teh. Asa hese ngalengkah. Nahanya? Naha ieu gogoda zarah kitu?
Sabtu, 11 Juli 2015
Belajar Islam di UIN Bandung
Saya termasuk orang yang tertarik dengan
wacana Islam. Karena itu, sejak dari kuliah saya senang bergabung dengan
kawan-kawan yang senang dalam wacana dan kajian Islam. Di Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung
banyak kawan-kawan yang berpaham liberal, pluralis, dan ada pula yang Syiah
(khususnya dari IJABI). Saya juga berkawan dengan orang-orang fundamentalis.
Di kampus UIN selama semester 1 hingga 4
belajar ilmu-ilmu Islam. Yang termasuk matakuliah dasar umum seperti metodologi
studi Islam (belajar ilmu dan metode memahami agama Islam), ilmu kalam, ulumul
quran, tafsir quran, ulumul hadis, kajian hadis, ushul fiqih, kajian fiqih, ilmu
sosial dasar, ilmu alamiah dasar, pemikiran modern dalam Islam, filsafat ilmu,
filsafat Islam, ilmu tasawuf, dan sejarah peradaban Islam.
Jumat, 10 Juli 2015
Muslim Syiah, Anti NKRI
Ini masih tentang Syiah di Indonesia. Baru-baru ini ada kajian di Bandung yang menyatakan Muslim Syiah anti NKRI. Saya tertawa dan geleng-geleng kepala: mengapa kebencian sampai begitu terlihat bodohnya orang yang benci kepada pengikut Mazhab Syiah?
Tentu saja buat saya aneh. Orang yang
menyebutkan bahwa Muslim Syiah berpotensi meruntuhkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah orang yang tidak belajar dari sejarah.
Sepanjang
sejarah Indonesia yang melakukan makar adalah DI TII/NII Kartosuwirjo, Kahar Muzakir,
Permesta, PKI, dan sekarang ini yang jelas terlihat Anti NKRI adalah kelompok radikal Islam dan kelompok yang sering teriak khilafah Islamiyyah. Termasuk kaum takfiri yang senang kafirkan Syiah, masuk
dalam gerakan Anti NKRI. Karena mereka coba pecahkan Indonesia melalui konflik
mazhab dan pensesatan pada orang Islam yang beda mazhab.
Selasa, 07 Juli 2015
Belajar Filologi dari Kasus Manuskrip
Dalam buku Kyai NU dan Imam Marja Syiah Memutilasi Salafi Wahabi, KH Alawi Nurul Alam Al-Bantani menyajikan satu manuskrip
debat Imam Jafar Shadiq dengan Syiah Rafidhah. Saya baca dengan santai dan
setelah itu saya hanya tersenyum. Saya lihat rujukan internet yang disematkan
pada tulisan tersebut berasal dari situs: fimadani.
Sudah
mafhum kalau situs fimadani memuat berita atau artikel yang menebar
kebencian dan cenderung memprovokasi agar benci umat Islam yang meyakini mazhab
Syiah. Kemudian memuat manuskrip yang berkaitan dengan Imam Jafar, tentu layak untuk dipertanyakan kebenarannya.
Sebelum
mengomentari tulisan yang dimuat Pak Alawi dalam bukunya, saya ingin sedikit
berbagi tentang filologi karena manuskrip berada dalam ranah bidang studi ini.
Minggu, 05 Juli 2015
Inilah Dia, Sang Pemusar Gelombang
PERKEMBANGAN novel di
Indonesia semakin hari terus berubah. Dahulu kita mengenal karya-karya sastra
roman dan cerita-cerita yang berlatarbelakang geografis atau kebudayaan sebuah
daerah. Kemudian muncul novel-novel bernuansa politik dan sejarah. Kini, mulai
menjamur novel yang mengambil inspirasi tokoh-tokoh yang mengubah dunia. Mulai
dari novel biografis Nabi Muhammad saw, ilmuwan, ulama, dan tokoh pergerakan
politik.
Untuk novel yang disebut
terakhir, telah lahir dari tangan M.Irfan Hidayatullah yang berjudul Sang
Pemusar Gelombang: Sebuah Novel yang Berpuasar pada Peri Kehidupan Syaikh Hasan
Al-Hasan. Meski bukan termasuk baru dari segi tema, tetapi buku ini memiliki
kekhasan yang tidak dimiliki novelis lainnya. Secara umum novel ini terdapat
dua seting yang berbeda: perjalanan dakwah Rosid dan perjalanan dua aktivis
kampus. Meski begitu, sama-sama menampilkan perjalanan hidup Syaikh Hasan Al-Bana.
Senin, 29 Juni 2015
Belajar Sepanjang Hidup
Wates diajar mah paeh. Elmu mah
teu beurat mawa. Elmu nu mawa urang. Lain urang nu mawa elmu. Elmu nu
ngajirim na diri nu ngariksa, ngaerohan dina diri urang.
Mun elmu na asalna tinu bener, puserna ti Allah, pasti bakal mawa manfaat keur urang. Sok paluruh bae elmu di mana ngancikna, reugeupkeun caritaan guru.
Mun elmu na asalna tinu bener, puserna ti Allah, pasti bakal mawa manfaat keur urang. Sok paluruh bae elmu di mana ngancikna, reugeupkeun caritaan guru.
Sabtu, 27 Juni 2015
Alhamdulillah
Alhamdulillahi rabbalil 'alamin. Ieu kalimah anu kudu diucapkeun ku sakabeh manusa anu ngaku Islam. Mangkukna kuring atos rengse mereskeun makalah sejarah Islam modern. Nembe rengse makalah sejarah lisan perkawis etos kerja urang Sunda.
Alhamdulillah, bari ingsreuk-ingsreukan kuring teras nyerat makalah. Maklum ti kamari loba gawean kaditu kadieu. Jeungan hanteu bisa mikir mun bari ngagawean anu sanes mah. Janten dugi kamari tacan rengse tugas kuliah.
Alhamdulillah, bari ingsreuk-ingsreukan kuring teras nyerat makalah. Maklum ti kamari loba gawean kaditu kadieu. Jeungan hanteu bisa mikir mun bari ngagawean anu sanes mah. Janten dugi kamari tacan rengse tugas kuliah.
Senin, 22 Juni 2015
Resensi Buku: Kidung Angklung di Tanah Persia
Guru saya, Miftah F.Rakhmat,
memberi buku yang ditulisnya, yang berjudul Kidung Angklung. Saya dapatkan buku ini masih berupa dami (naskah para cetak) dan
sekira dua bab belum lengkap.
Buku yang belum dicetak
itu pernah dibahas bersama di Aula Muthahhari Bandung, dengan narasumber dari
Iran dan Kang Jalal (Dr.KH.Jalaluddin Rakhmat).
Alhamdulillah, saya
sudah membacanya. Dari sisi bahasa, kalimat yang digunakan dalam buku tersebut
mengalir dan renyah ketika dibaca. Maklum buku ini merupakan laporan perjalanan
kurang lebih dua pekan di Tanah Persia. Saat itu ada undangan festival budaya
Indonesia-Iran yang di antaranya diwakili oleh tim seni dari Muthahhari
Bandung.
Tentu saja ada beberapa tim seni yang mewakili daerah, yang dibawa oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Misinya jelas budaya dan mengenalkan khazanah budaya Indonesia. Kebetulan dari Muthahhari, Jawa Barat, yang coba dikenalkan adalah angklung.
Tentu saja ada beberapa tim seni yang mewakili daerah, yang dibawa oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Misinya jelas budaya dan mengenalkan khazanah budaya Indonesia. Kebetulan dari Muthahhari, Jawa Barat, yang coba dikenalkan adalah angklung.
Karena merupakan buku
perjalanan, pastinya berisi tentang perjalanan dan kisah menjalani kegiatan di
sana. Meski dari segi perambahan kawasan Iran atau Tanah Persia sudah pernah
ditulis oleh Dina Y.Sulaeman dalam buku berjudul, Pelangi di Persia: Menyusuri
Eksostisme Iran, tetapi ada yang menarik.
Di antara yang menarik
dari buku yang ditulis guru saya itu adalah unsur emosi yang masuk dalam
catatannya. Silakan baca (kalau sudah terbit). Hampir di setiap bab ada
sentuhan emosi dalam menuangkan kata-katanya seakan-akan kita sendiri ada dalam
peristiwa yang dituliskan.
Saya kira ini bentuk keandalan memindahkan kejadian nyata dalam bentuk kalimat dan kata. Saya sendiri kagum dengan kemampuan guru saya dalam menuliskannya. Bisa detail dan runtut serta enak dibaca. Setiap bab terdapat pencerahan berkaitan dengan tempat dan suasana yang dihadapi. Bahkan, hikmah dan pelajaran-pelajaran agama pun masuk dalam kalimat dan menjadi satu bagian dari cerita perjalanan di Tanah Persia.
Saya kira ini bentuk keandalan memindahkan kejadian nyata dalam bentuk kalimat dan kata. Saya sendiri kagum dengan kemampuan guru saya dalam menuliskannya. Bisa detail dan runtut serta enak dibaca. Setiap bab terdapat pencerahan berkaitan dengan tempat dan suasana yang dihadapi. Bahkan, hikmah dan pelajaran-pelajaran agama pun masuk dalam kalimat dan menjadi satu bagian dari cerita perjalanan di Tanah Persia.
Hal lainnya, yang
menarik di dalamnya ada informasi masa muda guru saya yang saat itu nyantri di
Suriah dan Iran. Sungguh menambah informasi karena guru saya memasukan
aktivitas selama di pesantren, kontrakan, dan kunjungan pada makam-makam ulama, serta interaksi dengan pengikut Muslim Syiah pun diuraikannya dengan baik.
Masalah tudingan terhadap Mazhab Syiah, khususnya al-Quran yang dianggap
memiliki Kitab Suci sendiri oleh orang-orang yang tidak mengetahui, dikisahkan
dengan santai dalam bukunya. Ketika seorang pegawai Indonesia
yang sehari-hari tinggal di Iran di KBRI, ternyata masih punya kecurigaan bahwa Syiah
punya Quran yang berbeda dengan Sunni. Guru saya menjelaskan kepadanya.
Sekali lagi, buku Kidung Angklung ini menambah
khazanah kebudayaan Islam. Orang Indonesia yang ingin mengetahui Iran dari orang
Indonesia yang lama hidup di Iran, bisa membaca buku ini. [ahmad sahidin]
Senin, 15 Juni 2015
Ambil Cincin ini untuk Anda
Guru saya dalam
pertemuan dengan para guru di lingkungan pendidikan tempat saya mengajar
bercerita tentang pengalamannya saat nyantri di Iran. Di hauzah atau pesantren
di Iran setiap lulusan yang berasal dari
negeri asing diberi kesempatan untuk diwisuda dan
mendapatkan “sentuhan”
dari Rahbar (Pemimpin Spiritual Islam Republik Islam Iran) Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
Guru saya bercerita bahwa pada malam hari untuk esok keberangkatan wisuda berkumpullah santri-santri di kamarnya. Dari obrolan kemudian muncul ide bahwa sebagai tanda kenangan ingin meminta sesuatu dari Sayid Khamenei. Seorang kawan guru saya, yang dari Pakistan, berencana saat bertemu dan salaman akan meminta cincinya sebagai kenang-kenangan.
Minggu, 14 Juni 2015
Memberi Makna Kisah-kisah Kearifan Para Nabi
Judul : The Prophetic Wisdom:
Kisah-kisah Kearifan Para Nabi
Penulis : Miftah Fauzi Rakhmat
Penerbit : Mizania (Bandung)
Terbit : Juni 2011/Rajab 1432
Tebal : 211+xvi (halaman)
BUKANKAH ada hikmah di balik setiap kisah? Begitulah ujung kalimat
yang muncul setiap kali mengakhiri uraian panjang pada kisah-kisah Nabi
yang dikupas dalam buku The Prophetic Wisdom: Kisah-kisah Kearifan Para
Nabi.
Memang kalau dilihat dari judul buku ini bukan sesuatu yang baru.
Namun, kupasan dan sajian hikmah yang diungkap oleh Ustadz Miftah Fauzi
Rakhmat dalam buku ini terbilang baru dan menyegarkan. Ada hal-hal yang
tidak diperkirakan dalam mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup
para Nabi Allah.
Sejuk, mengalir, dan mendalam adalah kesan yang saya dapatkan
selama membacanya. Apalagi penulisnya mumpuni dalam tasawuf dan filsafat
Islam maka sajian buku ini menambah rasa renyah dan nikmat saat
menelusuri lembar demi lembar. Tidak terasa, buku yang saya dapatkan langsung dari
penulisnya ini, kurang dari sepekan tuntas dibaca. Biasanya saya tidak
secepat ini dalam membaca buku yang berkaitan dengan agama. Masalah diksi dan
istilah serta kejelimetan penulis dalam menggunakan bahasa yang kadang
membuat saya enggan untuk menyelesaikan baca hingga tuntas. Pada buku ini
kendala tersebut tidak saya dapatkan.
Jumat, 12 Juni 2015
Mengenal Sosok Khadijah (Istri Rasulullah saw)
Kebetulan temanya tentang sosok Khadijah, istri Nabi Muhammad saw.
Senin, 08 Juni 2015
Tidak Menghujat Sahabat
Sekarang Umat
Islam memasuki bulan ramadhan. Sebuah perjalanan panjang yang harus lakukan evaluasi tentang kehidupan umat Islam. Sudahkah ada kontribusinya bagi dunia dan Indonesia? Kalau menengok
sejarah Islam di Indonesia, ternyata belum. Salah satunya tentang kerukunan umat
Islam, kasus Sunni dan Syiah, dan kekerasan terhadap mazhab minoritas, serta
pernyataan sesat yang tidak berdasarkan dalil. Ini kekurangan umat Islam Indonesia. Lainnya, mungkin bisa unggul.
Berkaitan
dengan penyesatan terhadap pengikut mazhab Syiah, dan salah satu masalah
yang kerap dijadikan tudingan bagi pengikut Syiah atau Ahlulbait adalah
berkaitan dengan mencaci sahabat Nabi Muhammad saw. Pengikut Syiah atau
Ahlulbait dianggap suka melakukannya. Ini
yang terus ditudingkan dan keengganan pengikut Sunni untuk menerima kehadiran Muslim Syiah.
Sejak
isu adanya Quran yang berbeda sampai Malaikat Jibril salah kirim wahyu dan
hajinya bukan ke Makkah. Kemudian soal nikah mut’ah sampai boleh berbohong dan
melakukan tindakan anarkis. Itu semua sebetulnya sudah banyak dijawab. Meski
sudah dijawab tetap masih ada saja yang terus menebarkan isu-isu bohong
tersebut.
Salah
satu ormas yang anggotanya bermazhab Syiah sudah menerbitkan buku yang isinya
menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan Syiah. Harusnya semakin berhenti,
malah terus saja provokasi dan membuat isu-isu lain lagi. Kalau memperhatikan
mereka yang benci Syiah, terasa cape dan lelah.
Yang
paling membosankan adalah alasan tidak mengakui Syiah sebagai Islam karena
membenci sahabat Nabi Muhammad saw. Saya sendiri belum menemukan bukti bahwa
orang Syiah hujat sahabat Nabi, khususnya di Indonesia.
Sejarah
mengisahkan justru Dinasti Umayyah yang menghujat Sayidina Ali bin Abi Thalib
beserta keturunannya. Kemudian dihentikan melalui pernyataan Umar bin Abdul
Aziz untuk melarang umat Islam menghujat Sayidina Ali.
Entah
apa buktinya kalau orang-orang Syiah sepanjang sejarah melakukan hujat terhadap
sahabat Nabi yang utama. Kalau kepada pembunuh cucu Nabi Muhammad saw, Sayidina
Husain bin Ali, memang kerap terdengar.
Saya
kira itu wajar karena Yazid bin Muawiyah beserta konconya melakukan kezaliman.
Pasti orang Islam pun tidak suka pada mereka yang melakukan kezaliman,
penindasan, dan penghujatan, dan penyebar isu-isu negatif.
Nah,
berikut ini ada fatwa dari Sayid Ali Khamenei, pemimpin Islam di Iran yang
menyatakan larangan menghujat sahabat Nabi Muhammad saw:
“Bismillahirrahmanirrahi. Assalamualaikum wa
rahmatullah wa barakatuh. Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan)
saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw
dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan
terhadap istri-istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.Semoga Anda semua mendapatkan
taufik untuk setiap kebaikan.”
Dengan
adanya bukti larangan dari ulama Syiah Iran tersebut, sudah saatnya kaum Muslim
Sunni tidak lagi menganggap Syiah sebagai penghujat Sahabat Nabi. Kalau pun ada
orang Syiah yang masih terus begitu, berarti bukan lagi seorang yang beriman
dan saya kira sudah keluar dari ajaran Islam. Tinggal para penebar isu-isu
negatif yang menyadarinya dan melakukan evaluasi diri.
[ahmad sahidin]
[ahmad sahidin]
Kamis, 04 Juni 2015
Memahami Dahulukan Akhlak di Atas Fiqih
Satu bulan kemarin saya membaca buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih. Buku karya Jalaluddin Rakhmat ini
tidak membosankan ketika dibaca. Meskipun membaca secara keseluruhan, buku
Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih ini tidak menjelimet. Mungkin karena
ditulis oleh ahli komunikasi. Juga karena penulisnya piawai menggunakan istilah
dan bahasa yang mudah dicerna oleh orang awam. Karena itu, saya selaku orang
awam dalam agama mnerasa mudah memahami isi gagasannya.
Melihat dari judulnya saja orang mungkin sudah bisa paham kalau
urusan akhlak merupakan hal utama dan tidak menimbulkan perselisihan. Perselisihan timbul ketika setiap orang mempertanyakan dan menguji
kembali dasar-dasar sumber yang digunakan dalam penulisan buku atau pemikiran
seseorang. Apalagi kalau dikaji berdasarkan filsafat dan metodologi ilmu-ilmu
modern maka akan ketahuan “bolong-bolong” atau kekurangannya.
Rabu, 03 Juni 2015
Ayo Belanja “Ilmu” di Pameran Buku Islam Bandung
Alhamdulillah, baru saja saya pulang dari pameran buku
Islam di jalan Braga Bandung. Lumayan penuh. Di dalam arena pameran saya melihat
bergerombol perempuan yang mengenakan baju hitam dengan jubah tertutup. Bahkan mengenakan
cadar sehingga hanya mata yang terlihat. Kalau dikira-kira dari usia tampaknya
masih remaja kaum perempuan tersebut.
Dalam hati terbersit ingin tahu
wajahnya seperti apa? Secantik apa mereka itu? Pasti tidak mungkin bisa
dilihat. Maklum bukan muhrim. Kemudian inginnya tanya: apakah benar model
pakaian demikian yang ditentukan syariat Allah dan diajarkan para istri
Rasulullah saw? Mengapa mereka mengenakannya? Apakah karena tuntutan orang tua
atau memang didasarkan keyakinan? Setumpuk tanya itu yang muncul dibenak.
Sayangnya, saya tak berani untuk bertanya kepada mereka.
Selasa, 02 Juni 2015
Memahami Paradigma Dahulukan Akhlak
Dari judulnya: Dahulukan Akhlak di Atas Fikih,
buku karya Ustadz Jalaluddin Rakhmat atau Kang Jalal ini terasa menohok
pemahaman keagamaan secara umum yang biasanya memahami fiqih lebih utama dalam
ajaran Islam. Bahkan, seorang Gurubesar Pemikiran Islam di UIN Bandung
menyatakan tidak setuju dengan buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fiqih.
Kalau tidak salah dengar, beliau mengatakan,
justru fiqih yang akan melahirkan akhlak atau kemuliaan seorang Muslim kalau
dijalankan dengan baik. Karena itu, menurutnya, yang perlu didahulukan bukan
akhlak tetapi fiqih atau amaliah Islam. Kalau seseorang sudah bagus fiqihnya
pasti akan berakhlak.
Senin, 01 Juni 2015
Menjawab Surat dari Pembaca Buku Aliran-aliran Dalam Islam
Seseorang yang pakai akun gmail
dengan nama Gunawan mengirim surat kepada saya. Sebelumnya dia meminta
kejelasan tentang posisi Sunni dan Syiah. Dalam surat email yang pertama saya
cukup menyatakan keduanya Islam dan keduanya punya potensi untuk jalin ukhuwah.
Kemudian dia balas bahwa Sunni dan Syiah sangat beda dengan menyaikan argumentasi yang secara esensial berasal dari orang-orang yang benci dengan Syiah. Karena dari kalimat-kalimatnya hanya sekadar perulangan yang tersebar di internet. Hanya fitnah dan kebohongan belaka, khususnya tentang Iran dan mazhab Syiah.
Saya sampaikan bahwa saya kagum pada Iran yang berani menentang Amerika dan Israel ketimbang negeri-negeri Arab yang malah membantu/mendukung Israel atau Amerika dengan membiarkan warga Muslim Palestina dan Lebanon dikejar-kejar dan diusir dari negerinya.
Saya sampaikan bahwa saya kagum pada Iran yang berani menentang Amerika dan Israel ketimbang negeri-negeri Arab yang malah membantu/mendukung Israel atau Amerika dengan membiarkan warga Muslim Palestina dan Lebanon dikejar-kejar dan diusir dari negerinya.
Minggu, 31 Mei 2015
Jalaluddin Rumi: Orang India dan Gajah
Jalaluddin Rumi, seorang sufi dari Persia,
bercerita bahwa ada orang India membawa seekor gajah ke suatu negeri yang
penduduknya belum pernah melihatnya. Mereka tempatkan gajah itu di sebuah rumah
yang gelap tanpa cahaya. Lalu, orang-orang pun masuk ke rumah itu satu demi
satu untuk merabanya.
Begitu mereka keluar dari rumah itu,
masing-masing pun bercerita tentang apa yang ditangkap indera perabanya.
Seseorang yang tangannya meraba belalai
mengatakan: gajah itu seperti terompet! Yang meraba telinganya mengatakan:
gajah itu seperti kipas! Orang tinggi yang bisa meraba punggungnya mengatakan:
gajah itu seperti kasur! Sedang si pendek yang hanya bisa meraba kaki-kakinya
mengatakan: gajah itu seperti tiang!
Kamis, 28 Mei 2015
Muawiyah dan Kelahiran Tiga Mazhab Islam
Sejarah mengisahkan bahwa Muawiyah adalah warga Makkah yang memusuhi Nabi Muhammad saw. Ia memerangi Nabi bersama ayahnya yang bernama Abu Sufyan. Ketika pasukan Islam yang dipimpin Rasulullah saw berupaya membebaskan Makkah, orang-orang kafir Makkah ketakutan. Ada yang lari ke gunung. Ada yang sembunyi di Kabah. Juga ada yang meminta ampunan kepada Rasulullah saw.
Sabtu, 23 Mei 2015
Ngaguar Ageman Urang Sunda
Hatur nuhun abdi parantos maos seratan dina blog. Dibulak balik. Ngan nya kitu sakedah Pangersa ngadamel ringkasan anu teges, sanes guaran anu luluncatan kadieu kadieu. Hapunten pisan kuring mah bodo pisan. Hapunten basana kirang merenah. Maklum kuring nuju diajar dina basa Sunda. Saurna dina basa Sunda mah egaliter, hehehe.
Simpulan anu ku sim kuring dipahami tina seratan dina eta blog. Kahiji, agama Sunda nyaeta ageman tersendiri: abdi kirang ngartos ti mana jeung saha anu mimitian eta nyebatkeun aya agamen Sunda bisa jadi ngan ukur refleksi salah saurang manusa Sunda teras bae diangkeun ageman?
Diskusi Buku Sahabat Nabi
DALAM diskusi buku SAHABAT NABI karya Dr.Fuad Jabali (16 Maret 2011) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. Jalaluddin Rakhmat (Ustadz Jalal) menjawab beberapa penanya dan mengomentari pembicaraan Fuad Jabali.
Dalam sesi tanya jawab, ada penanya yang cukup menggelitik yang bertanya tentang pengertian sahabat dan alat uji untuk membuktikan kebenaran hadis juga sirah nabawiyyah.
Ustadz Jalal menjawab bahwa ada tiga penjelasan tentang mana yang termasuk sahabat nabi dan bukan sahabat.
Rabu, 20 Mei 2015
Perkawis Ageman Sunda
Salaam. Sampurasun.
Bagea Ajengan Wira Budiman. Resep ninggal urang Sunda tiasa kana dunya
maya. Mun aya waktos mah nyerat atuh dina kompasiana, ulah sina kosong Pan
janten ‘adam tea lin.
Ajengan Wira nu kasuhun, mugi sehat wal
afiat, cageur tur bener salalawasna. Hampura simkuring jalmi bodo, teu apal
perkawis kasundaan. Hatur nuhun parantos kersa masihan iber anu matak nambih
panimu simkuring.
Saatos ku simkuring diaos. Dibulak balik.
Teras diaos deui. Punten henteu kahartos: asana teh aya anu kirang pas sareng
patarosan abdi. Kirang keuna.
Selasa, 19 Mei 2015
Naha Leres di Tatar Sunda aya Ageman Asli (Lokal)?
Simkuring
maca komentar dina hiji milis anu lolobana dieusian ku urang Sunda atawa
rahayat Jawa Barat. Aya hiji member anu ngomentaran perkawis ngimpor: bengsin
ngimpor…. beas ngimpor, agama(?)…. ngimpor oge he he he….”
Mun
diteungeutan mah meh ampir kabeh barang atawa kabutuhan urang Indonesia impor
ti luar nagari. Ti mimiti alat elektronik, kacantikan, bentang pelem, sistem
pendidikan, sampeu, uyah, beas, daging, pakaean, mobil, motor, jeng nu sejenna
aya patalina jeung impor. Ulah salah sangki urang oge pan aya anu bagerak dina
katuangeun samodel kue jeung mi instan eskpor ka luar nagari.
Jumat, 15 Mei 2015
Aa Gym dan MQ
Salam. Ini sekadar berbagi saja. Saya pernah beraktivitas di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Di bawah asuhan Aa Gym, saya mendapatkan
Nah… pada catatan kali ini saya ingin berbagi tentang MQ yang saya pahami berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan selama beraktivitas di Daarut Tauhiid.
Manajemen Qalbu (MQ) merupakan konsep pedoman hidup Islami yang dicetuskan Pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), yang mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. MQ menawarkan untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri. Jadi konsep MQ ini merupakan sebuah penyadaran yang dimunculkan atas kesadaran dirinya sendiri untuk menjadikan hidupnya lebih baik dan senantiasa berada dalam ridha Allah.
Sabtu, 09 Mei 2015
Perbedaan Esensial antara Sunni dan Syiah
SAYA
merasa kesulitan untuk melihat perbedaan esensial dari mazhab Syiah dan Sunni,
yang sama-sama bersumber dari agama Islam. Keduanya bukan hakikat agama, tetapi
bentuk pemahaman agama yang berkembang dalam sejarah Islam pascawafat
Rasulullah saw.
Sepanjang sejarah hingga sekarang ini masih terus saja kedua mazhab ini dipersoalkan. Bahkan di tingkat orangtua murid di sekolah dasar saja sampai ramai bincang soal mazhab Islam ini. Di situs media sosial ramai bicara Sunni dan Syiah.
Sepanjang sejarah hingga sekarang ini masih terus saja kedua mazhab ini dipersoalkan. Bahkan di tingkat orangtua murid di sekolah dasar saja sampai ramai bincang soal mazhab Islam ini. Di situs media sosial ramai bicara Sunni dan Syiah.
Yang
membuat saya geleng-geleng kepala, ada yang sampai berani bilang bukan Islam
terhadap Syiah. Pasti yang bilang begitu tidak belajar sejarah, atau sekadar
sebar omongan orang lain yang diyakininya sahih. Padahal, setiap omongan harusnya
dikritisi dahulu sebelum dibenarkan.
Langganan:
Postingan (Atom)