Rabu, 30 Desember 2015

Pluralisme Agama versi John Hick

Dalam buku God Has Many Names, bab  empat: Whatever Path Men Choose is Mine, John Hick meletakkan dasar-dasar pemikiran pluralisme. Hick memaparkan bahwa sebagian besar manusia memeluk agama sesuai dengan tempat kelahiran dan agama orangtuanya. Jika ia lahir dari orangtua beragama Islam maka kemungkinan besar menjadi Muslim sampai meninggalnya. Jika lahir dari orangtua yang beragama Budha, maka akan terus menjadi umat Budha. Juga agama yang dipeluk orang Kristen lebih banyak karena faktor orangtuanya. Meski beda agama, tetapi dari setiap orang yang beragama atau beribadah di rumah ibadahnya masing-masing, pada dasarnya ingin menjalankan hidup sesuai dengan higher reality.

Sabtu, 12 Desember 2015

Ada Dua Wajah dalam Beragama

Agama merupakan institusi yang tidak pernah hilang dari wacana manusia sepanjang zaman. Agama membuat manusia merasa benar dalam tindakan dan perilakunya, bahkan berani menyatakan salah pada orang lain yang berbeda. Agama dalam dunia ini yang ditampilkan umat manusia dalam dua wajah: menyeramkan dan menenangkan.

Tengok ISIS dan gerakan radikalisme agama, yang bagi manusia normal akan menyatakan tidak senang dengan perilaku dan cara mereka dalam melakukan tindakan yang bernuansa kerusakan. Alih-alih menenteramkan, malah membuat takut orang masuk pada agama. Sedangkan wajah agama yang menenangkan adalah kebalikannya: tidak meresahkan dan berkesan baik. Melihat makna agama dalam bahasa sanskerta disebutkan bahwa agama terdiri dari dua: “a” berarti tidak dan “gama” berarti rusak. Karena itu, dari kedua kata yang terpisah itu maka agama memiliki makna yang baik dan bertujuan menyelamatkan orang dari berbagai kerusakan. Orang yang beragama diharapkan “tidak rusak” dalam perilaku dan berkehidupan sehingga menenangkan dan tidak mengganggu ketenteraman. Lalu, mengapa agama yang tampil sekarang ini tidak demikian?

Rabu, 09 Desember 2015

Murtadha Muthahhari: Perbuatan Baik non Islam

Kajian pluralisme sangat menarik dibahas. Sudah banyak dibahas oleh ilmuwan dan cendekiawan, baik muslim atau non muslim. Sekarang ini yang perlu mendapat sorotan berkaitan perbuatan baik non Islam atau orang yang tidak beragama Islam, tetapi memiliki kontribusi terhadap umat manusia.

Sebagaimana diketahui Bunda Teresa, Thomas Alfa Edison, Pasteur, Hunain bin Ishaq, dan orang non Islam lainnya karyanya bermanfaat bagi umat Islam.  Atau yang lebih menarik lagi adalah apakah hanya Ahlussunnah saja yang masuk surga dan diterima Allah? Benarkah  hanya pengikut Syiah saja yang selamat dan dapat syafaat dari Nabi Muhammad saw dan Ahlulbait? Inilah persoalan al-taaddudiyyah ad-diniyyah, yang cukup rumit diuraikan.

Senin, 07 Desember 2015

Wacana Syiah dan Sunni di UIN Bandung

Sekarang ini, Sunni dan Syiah menjadi persoalan yang sedang hangat. Sejak kasus pembakaran hingga pengusiran warga Syiah di Sampang Madura, Jawa Timur, tahun 2011 sampai sekarang ini nasibnya masih terkatung-katung dan belum bisa pulang ke kampung halaman. Ditambah lagi dengan hadirnya gerakan yang gencar untuk mengeluarkan Syiah dari Islam, menambah persoalan keagamaan di Indonesia semakin semraut.

Minggu, 06 Desember 2015

Belajar Pluralisme dari Sunan Kudus

Belajar pluralisme tidak perlu jauh ke Barat. Di Indonesia pun sejarah menunjukkan teladan pluralisme. Salah satunya oleh Sunan Kudus. Dikisahkan masyarakat Kudus masih memeluk agama Hindu yang menghormati dan mensucikan sapi. Sunan Kudus dalam dakwah agama Islam menyampaikan bahwa dalam kitab suci Al-Quran memuat sapi betina (al-baqarah). 

Rabu, 02 Desember 2015

Imam Hasan Al-Askari dan Pendeta Nasrani

Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Baghdad mengalami kekeringan. Orang-orang sangat risau dan mengkhawatirkan keadaan ini sehingga melakukan doa bersama untuk turunnya hujan. Meski sudah dilakukan doa, tetapi hujan tidak kunjung turun.

Di tengah kondisi kekeringan, seorang pendeta nasrani (Kristen) datang dan menawarkan bantuan untuk menurunkan hujan. Orang-orang Baghdad menyambutnya dan mempersilakan pendeta tersebut. Tibalah di sebuah pegunungan yang tinggi.

Jumat, 23 Oktober 2015

Setelah Novel Sang Pencerah, Tadarus Cinta Buya Pujangga

Pekan lalu saya menamatkan baca (buku) novel karya Akmal N.Basral. Akmal adalah penulis fiksi, yang saya kira hebat dalam eksplorasi kondisi dan penggambaran suasana. Seakan-akan saya melihat langsung kondisi alam yang diceritakan Akmal dalam novel Tadarus Cinta Buya Pujangga (Salamadani Grafindo, 2013).

Novel biografi yang berlatar belakang budaya Minangkabau ini terasa hidup. Dialog yang dibangunnya pun mengalir. Meski alur cerita yang datar dan mudah ditebak, tetapi penggambaran sosok Malik (Hamka kecil) cukup kuat.

Selasa, 22 September 2015

Foto Bawa Berkah

Di sekolah, tempat saya mengajar, seorang teman (yang sama-sama berprofesi sebagai guru) bercerita tentang kejadian yang menimpanya saat pergi ke Jakarta akhir pekan kemarin.

Saat di dalam bus, ia didatangi (kalau tidak salah dengar) dua orang yang wajah dan gaya bicaranya seperti orang Batak. Kedua orang itu salah satunya mengenakan kalung salib dan kemungkinan beragama Kristen. Terjadilah dialog yang cukup tegang.

“Kamu yang memukul kawan saya sampai babak belur ya?” tanya yang pakai kalung salib.
“Saya tidak tahu,” jawab guru.
“Kawan saya bilang ia dipukuli oleh yang pakai kacamata,” tanyanya kembali.

Teman saya menjawab, “Di Jakarta ini ribuan orang yang pakai kacamata. Lagian saya baru datang dari Bandung dan tidak kenal dengan kawanmu.”

Jumat, 18 September 2015

Menanggapi Jurnal Historia Madania: Mendefinisi Ulang Makna Sahabat

TULISAN ini saya dibuat karena teringat pada sebuah jurnal Historia Madania (Edisi I, 2011) yang diterbitkan Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Di dalamnya ada tulisan berjudul “Mendefinisi Ulang Makna Sahabat” karya Ajid Hakim, dosen di jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tulisan tersebut setelah dibaca tidak ada yang baru, malah hanya menyampaikan dari tulisan atau catatan lama yang sebetulnya sudah terbilang basi. Yang cukup renyah dan sebagai penyampai informasi mungkin kutipannya dari buku “Sahabat Nabi” karya Fuad Jabali yang pernah didiskusikan bersama Ajengan Jalal (Jalaluddin Rakhmat) di UIN Bandung pertengahan 2011.

Selasa, 15 September 2015

Membaca Buku, Aliran-Aliran Dalam Islam

Judul: Aliran-Aliran Dalam Islam
Penerbit: Salamadani Publishing
Tahun: 2009

Munculnya aliran-aliran sesat dan klaim adanya nabi setelah Muhammad saw merupakan persoalan yang tidak bisa dianggap angin lalu. Apalagi keberadaannya itu cenderung mengganggu ketenteraman umat beragama. Sudah pasti, aliran dan ajaran-ajarannya jauh dari nilai-nilai kebenaran. Jika tidak sesat, pasti menyimpang. Kita melihat bagaimana pemerintah
dan umat Islam segera bertindak untuk “mengamankan” dan meminta pertanggungjawabannya. 

Memang, sudah jadi tugas pemerintah untuk menciptakan suasana yang aman, tenteram, dan damai bagi rakyatnya, termasuk menghentikan aktivitas mereka. Harus diakui bahwa persoalan keyakinan seorang manusia bersifat individu. Namun, hal yang bersifat “pribadi” pun bisa menjadi masalah ketika individu tersebut mengajak orang lain bergabung dengan cara yang tidak wajar dan bersifat menodai agama, apalagi dengan menyebutkan dirinya sebagai Nabi Allah terakhir yang jelas membuat marah umat Islam. Karena itu, untuk mengatahui aliran-aliran mana saja yang masih termasuk dalam lingkup Islam dan bagaimana ajaran dan pemikirannya, tampaknya harus mengenalinya dengan membaca buku ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM.

Senin, 14 September 2015

Sabar dan Mengendalikan Emosi

Ada sebuah riwayat tentang kesabaran yang diceritakan dalam kitab Jihadun Nafs (Jihad al-Nafs, Al- Mahijah AI-Baidha, Beirut, 1993, halaman 69-70) karya Ayatullah Mazhahiri.

Di masa Rasulullah saw, ada perempuan yang memiliki anak kecil. Perempuan ini seorang muslimah. la tidak bisa membaca dan menulis tapi ia mukmin yang sejati. Imannya memenuhi jantung dan hatinya. Keimanannya dibuktikan dalam kesabaran ketika menghadapi ujian. Suatu hari anaknya itu sakit sementara suaminya sedang berada di tempat jauh untuk bekerja. Ketika suaminya bekerja, si anak kecil itu rneninggal dunia.

Istri itu duduk di samping anaknya dan menangis sejenak. la terjaga dari tangisannya. la menyadari bahwa sebentar lagi, suaminya akan pulang. la bergumam, “Kalau aku menangis terus menerus di samping jenazah anakku ini, kehidupan tidak akan dikembalikan kepadanya dan aku akan melukai perasaan suamiku. Padahal ia akan pulang dalam keadaan lelah.”

Senin, 07 September 2015

Agar diri semakin saleh

 Salah satu bagian yang terdapat dalam Islam adalah penempaan ibadah secara konsisten dan berkelanjutan yang biasanya disebut riyadhah tasawuf.

Riyadhah yang biasa dilakukan antara lain: pertama yang dilakukan adalah bertobat. Ia harus menyesal atas dosa-dosanya yang lalu dan betul-betul tidak berbuat dosa lagi sembari melafalkan dzikir dan wirid-wirid tertentu.

Kedua, untuk memantapkan tobatnya ia harus zuhud. Ia mulai menjauhkan diri dari dunia materi dan dunia ramai serta fokus beribadah.

Jumat, 04 September 2015

Laki-laki dan Perempuan


SAYA pernah baca sebuah buku tentang perempuan yang ditulis oleh salah seorang Muslim yang cukup terkenal di Indonesia. Pada buku itu diterangkan bahwa perempuan pada dasarnya punya kekhususan yang sangat berbeda, baik dari mental, intelektual maupun spiritual. Menurut
penulis buku itu, Tuhan memberikan syahwat kepada wanita sebanyak sembilan dan pada laki-laki diberikan satu; sedangkan akal diberikan pada wanita satu dan sembilan pada laki-laki.

Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta
sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.

Kamis, 03 September 2015

Dari Sebuah Diskusi: Saqifah Bani Saidah

Diskusi ini dimulai dari berita bahwa ada pengikut mazhab Islam Syiah yang dipaksa agar kembali kepada Ahlussunah dengan alasan dahulunya sudah Sunni dan masuk Syiah karena dibohongi. Tidak jelas sebenarnya makna dari dibohongi: apakah orang yang masuk Syiah dijanjikan jabatan dan uang? Kemudian tidak terbukti sehingga bilang merasa dibohongi. Saya tidak paham dengan isi beritanya.

Berita ini kemudian jadi bahan bincang kami di sebuah milis alumni Masjid Salman ITB. Paksaan itu dipertanyakan, bahkan dikaitkan dengan Abu Bakar yang mengirim Khalid bin Walid untuk mengambil zakat. Paksaan ambil zakat ini dikaitkan dengan kekerasan atau paksaan untuk kembali pada mazhab leluhurnya orang Madura.

NU itu Syiah Kultural

Sekarang yang menjadi perbincangan umum di masyarakat Islam adalah mazhab Sunni dan Syiah. Tidak jarang kiai level kampung dapat pertanyaan seputar Sunni dan Syiah. Hal ini juga yang dialami kakak saya, seorang Muslim Sunni.

Saat mengisi pengajian malam jumat dan majelis yasinan, kakak saya ditanya tentang Syiah. Kakak yang pernah menimba ilmu di Ma’had Imarat Bandung tidak berani langsung jawab. Kalau asal jawab tanpa konfirmasi kepada ahlinya atau tanpa membaca dahulu buku yang berasal dari sumbernya merasa khawatir salah beri informasi. Meski memang sudah sering dengar dari ustadz-ustadz di Ma’had Imarat, tetapi tidak berani menyampaikan karena para ustadz tersebut mazhabnya Wahabi.

Jumat, 28 Agustus 2015

Laki-laki dan Perempuan, Bedakah?

SAYA pernah baca sebuah buku tentang perempuan yang ditulis oleh salah seorang Muslim yang cukup terkenal di Indonesia. Pada buku itu diterangkan bahwa perempuan pada dasarnya punya kekhususan yang sangat berbeda, baik dari mental, intelektual maupun spiritual. Menurut penulis buku itu, Tuhan memberikan syahwat kepada wanita sebanyak sembilan dan pada laki-laki diberikan satu; sedangkan akal diberikan pada wanita satu dan sembilan pada laki-laki.

Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang
wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.

Kamis, 27 Agustus 2015

Kesalahpahaman Terhadap Rasulullah SAW


Senin, 9 Maret 2009, saya menghadiri sebuah acara Maulid Nabi Muhammad saw di sebuah pertokoan Muslim di kawasan BKR Lingkar Selatan Bandung. Pada hari libur itu saya mendapatkan wawasan luar biasa mengenai sejarah Islam, khususnya pemahaman tentang Rasulullah saw, dari seorang ustadz muda lulusan dari Iran yang bernama Miftah Fauzi Rakhmat.

Ustadz Miftah memulai kajiannya dengan melemparkan tiga pertanyaan kepada jamaah. Setiap jamaah yang bisa menjawabnya mendapatkan buku yang dibawanya, yang berjudul “Al-Musthafa”.
Pertanyaan pertama yang dilontarkannya adalah: di daerah manakah Rasulullah saw lahir? Sebutkan lima silsilah Nabi saw lima ke atas dan lima ke bawah? Dan siapa yang paling duluan datang ke majelis tersebut?

Jawaban yang ketiga diketahui melalui daftar hadir. Untuk jawaban pertama dan kedua tampaknya sangat sulit bagi jamaah yang hadir. Meski agak lama, tapi ternyata ada juga yang bisa menjawabnya. Yakni bahwa Rasulullah saw lahir di kaki gunung Qubaisyi, kampung Suqullail, Makkah. Kini rumah tempat kelahirannya itu menjadi perpustakaan umum yang tidak pernah dibuka. Perpustakaan tersebut, menurut Ustadz Miftah, setiap kali datang ke sana selalu dalam keadaan tutup. Kondisinya pun cukup memperihatinkan karena berada di belakang lokasi tempat kelahiran Rasulullah saw terdapat terminal yang kebersihannya tidak terjaga.

Selasa, 25 Agustus 2015

Nasrudin Khoja

Suatu saat Nasrudin Khoja diundang ke istana. Di pintu istana ia dicegah masuk oleh pengawal karena berpakaian sederhana. Ia pulang dan kembali ke istana dengan baju yang lebih mewah. Begitu sang pengawal mengizinkannya masuk, dia buka pakaiannya dan menyuruh pengawal itu membawa pakaian tersebut ke balai pertemuan.

Kisah tersebut jelas mengajarkan bahwa mungkin masih ada di antara kita yang masih terbuai oleh penampilan-penampilan luar. Keislaman seseorang tidak bisa ditentukan dengan jidat hitam, banyak umbar sedekah atau ibadah sosial yang disebar melalui media, atau pakaian-pakaian ala Arab, dan lainnya. Allah SWT berfirman, “bukanlah daging atau darahnya yang dapat
mencapai Allah melainkan ketaqwaan darimu” (QS Hajj ayat 37).


 

Sabtu, 22 Agustus 2015

Resensi buku Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan

Baru saja saya selesai membaca buku Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan. Buku ini diterbitkan Serambi, 2006. Ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat atau yang biasa disapa Kang Jalal.

Buku Islam dan Pluralisme ini tidak tebal, hanya berjumlah 292 halaman. Termasuk buku saku sehingga mudah dibawa-bawa. Dari segi bahasa, ditulis dengan bahasa yang mengalir dan dan pilihan kosa kata yang pas sehingga mudah dicerna.

Jumat, 21 Agustus 2015

Resensi buku Tadarus Cinta Buya Pujangga

Membaca novel buat saya bagian dari hiburan. Karena memang novel bukan sesuatu yang sakral dan pelajaran yang tertuang dalam novel bisa multitafsir. Tidak ada ketentuan dalam masalah tersebut.
Untuk buku yang berbau agama dan keagamaan, baru ada nuansa sakral dan nilai-nilai penting bagi umat manusia. Kadang untuk mempertahankan sakralitas itu orang-orang yang menjabat selaku pemegang otoritas agama terjun dalam menilai dan menyampaikan kepada publik.

Untuk novel memang ada juga yang kena semprot otoritas agama. Saya kira itu bagian dari jiwa liar dan tidak terkontrol dalam proses menulisnya. Namanya juga novel, pasti tidak benar-benar berasal dari fakta. Dominan imajinasi yang tertuang. Karena itu, sumber daya kreatif dan tujuan sang penulis dalam menulis novel harusnya dipertanyakan sebelum meluncurnya karya di tengah masyarakat.

Kamis, 20 Agustus 2015

Novel: Kenapa Aku Dijual?

Judul : SOLD: Kenapa Aku Dijual?
Penulis : Zana Muhsen & Andrew Crofts
Penerjemah : Astuti Pramiyanti
Penerbit : Madanisa (Salamadani)
Terbit : April 2008
Tebal : 401+xii halaman

Saat Zana Muhsen dan adiknya, Nadia Muhsen, berumur 15 dan 14 tahun, ayah mereka mengiming-imingi “Liburan Gratis ke Luar Negeri”.

Betapa bahagianya kedua gadis ini mendengar tawaran ayahnya. Tanpa berpikir dua kali, mereka mengiyakan. Namun, betapa terkejutnya Zana dan Nadia setelah mengetahui bahwa ayah mereka telah berbohong. “Liburan” yang mereka “nikmati” ternyata sebenarnya adalah dinikahkan dengan laki-laki keturunan Yaman. Dari sinilah penderitaan dan kekerasan itu mula terjadi.

Selasa, 18 Agustus 2015

Pengalaman Keur Nyeri Patuangan

Tadi wengi dugi kiwari kuring keuna nyeri beuteung. Biasa alatan tuang sareng anu lada. Kamari uih ti sakola sareng pun bojo ngahaja barangtuang gurame bumbu rica-rica. Habeuk bae dituang. Kirang langkung ti sajam, kontan karasa kukurileubeukan patuangan. Biasa ka jamban. Lima menit saatos ti jamban karaos deui. Teras bae pulang anting ka jamban. Mun teu salah mah dugi ka langkung lima balikan.

Tadi oge subuh bulak balik ka jamban. Teras dugi ayeuna. Tangtos dinten ieu kuring teu ka sakola. Kabayang atuh mun keur di sakola hayang ka jamban sareng bulak balik, tangtos ngaganggu aktivitas kuring di sakola. Kusabab kita kuring ngahaja libur heula. Di imah bae.

Minggu, 16 Agustus 2015

Duhai Baginda, Maafkanlah Saya

Saya tidak tahu apakah diri saya ini bagian dari semesta; ataukah sebaliknya? Apakah hidup ataukah mati yang sedang saya alami kini? Terasa dekat batas akhir hidup ini. Saya merasa demikian karena kadang dalam diri muncul sejumlah penyesalan atas yang pernah dilakukan dahulu atas sejumlah dosa dan salah. Inginnya segera terhapus. Bagaimanakah? Terlalu banyak masalah. Terlalu banyak keinginan dalam diri ini. Banyak tuntutan dan tantangan zaman. Bila tak ikut maka tak layak bagian dari mereka. Bila ambil jalan sendiri, maka dibilang menyimpang. Selalu ada saja yang membuat diri saya ini termenung. Harus bagaimana? Siapa diri ini? Hendak ke mana? Mengapa harus hidup dan bingung dengan hidup? Akan bagaimana masa depan hidup ini? Ah… itu lagi yang muncul. Terus membayangi diri ini.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Rekayasa Sosial, Reformasi atau Revolusi?

TADI pagi saya baca buku “Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi?” karya Jalaluddin Rakhmat. Buku ini diterbitkan Rosdakarya tahun 1999. Sudah lebih sepuluh tahun buku ini beredar. Terbilang buku lama. Tetapi isinya tetap aktual dan mencerahkan pikiran saya yang rada kurang intelek. Maklum saya orang dusun; orang kampung. Jadi, tak belajar banyak dari buku-buku ilmiah sehingga pikiran dan logika pun seadanya, sekenanya.

Jumat, 14 Agustus 2015

Gumam Orang yang Banyak Dosa (Barangkali Anda Minat Baca)

Inilah diri saya yang sedang sadar dan kadang tidak sadar kalau diri ini punya dosa. Kalau diri punya sombong. Kalau diri, yang bersatu padu antara tubuh dan jiwa ini, sulit dikendalikan. Kalau diri sendiri sulit dikendalikan, tentu saja yang bukan bagian dari diri sendiri pun akan tidak bisa dikendalikan. Karena itu, saya mengakui kalau saya bukan seorang jagoan. Kalau saya bukan seorang yang ahli. Kalau saya bukan yang terpenting. Apalagi yang paling mampu. Dan kini saya sadar kalau saya punya dosa yang banyak. Saya sadar kalau saya punya banyak salah.

Kamis, 13 Agustus 2015

Review Tesis, Membaca Sejarah Kota dengan Ilmu Sosial

SAYA sadar dengan kemampuan yang minim dalam ilmu-ilmu sosial humaniora. Penguasaan dan pemahaman teori cukup berat dikuasai selama satu semester. Apalagi perkembangan dan perubahan khazanah ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga tidak mudah untuk memahaminya dengan benar.
Sesuai dengan pendapat almarhum Prof Kuntowijoyo bahwa ilmu-ilmu sosial yang bersifat sinkronis diperlukan dalam memahami ruang peristiwa secara komprehensif dalam kajian peristiwa-peristiwa sejarah. Rangkaian perjalanan sejarah yang diakronis akan terasa kering kalau hanya sekadar merunut dari awal hingga akhir. Agar tidak terasa kering maka peran ilmu sosial diperlukan memberi penjelasan atas setiap peristiwa sejarah.

Senin, 10 Agustus 2015

Membaca Buku The Venture of Islam

Salam. Sampurasun.... Ini saya anggap, mungkin bisa sedikit untuk memahami atau, pengantar untuk memahami Islam yang bercorak budaya. Kini sedang marak wacana Islam Nusantara. Saya kira lebih konteksual dengan kondisi sekarang adalah Islam Indonesia. Sekarang ini negeri kita bukan lagi Nusantara berdasarkan administratif. Secara historis memang Nusantara. Islam Nusantara dalam sejarah berkaitan dengan kerajaan-kerajaan Islam di masa lalu. Dahulu memang banyak kerajaan Islam tersebar di berbagai nusa atau pulau-pulau yang kini masuk kawasan NKRI.

Meski berbeda, kerajaan tersebut memiliki kesamaan satu sama lain dalam agama yang dipegang: agama Islam. Dari sana muncul ragam Islam dari berbagai pulau atau daerah dengan kekhasannya. Mungkin dari berbagai ragam wajah Islam yang muncul dari berbagai kerajaan (sebelum kolonial Hindia Belanda dan kemerdekaan Indonesia) wajah Islam yang beragam bisa dimaknai sebagai Islam Nusantara. Secara historis ragam pemahaman Islam ini lahir dari penyesuaian dengan budaya dan sosial masyarakat di mana umat Islam berpijak. Sehingga corak Islam yang muncul berbeda dengan Timur Tengah dan Eropa. Saya memahami demikian berdasarkan pemnacaan dari buku The Venture of Islam.

Jumat, 31 Juli 2015

Apa Itu Tasawuf?

Banyak ulama dan orientalis memberikan definisi tasawuf. Mulai dari istilah bahasa, pengertian yang diambil prosesi menjalani tasawuf, sampai yang tidak serius. Yang terakhir ini, pernah disampaikan seorang murid yang menyiapkan teh buat gurunya. Kemudian ada salah seorang saudaranya yang menjenguknya dan bertanya tentang tasawuf. Murid itu menjawab bahwa tasawuf itu menyajikan segelas teh buat sang guru. Yang tentu itu menjadi bahan tertawaan orang-orang di sekitarnya.

Dalam tradisi sufi, seorang murid yang belajar tasawuf memang diperintahkan untuk khidmat atau melayani guru sebelum mendapatkan pelajaran-pelajaran sufistik. Bisa bertahun-tahun, bisa berbulan dan bisa sekira satu minggu.

Kamis, 30 Juli 2015

Pertanyaan tentang Fathimah, Khadijah, dan Ali

Saat mengajar, saya pernah ditanya tentang putri Nabi Muhammad saw. Berikut ini pertanyaannya:

Pertama, kenapa hanya Khadijah yang melahirkan anak-anak Nabi Muhammad saw? Kedua, saat usia berapa Sayidah Fathimah binti Muhammad saw menikah dengan Imam Ali bin Abi Thalib? Ketiga, berapa tahun usia Imam Ali saat menikahi Sayidah Fathimah? Dan yang keempat, berapa usia Sayidah Fathimah saat melahirkan Imam Hasan?

Senin, 27 Juli 2015

Cerita Mudik di Cianjur

Sehari sebelum lebaran. Saya dan istri berangkat ke Cianjur. Ceritanya mudik.  Jalan macet dari arah Kopo Sayati. Tiba di terminal Leuwi Panjang. Masuk bus jurusan Bandung-Sukabumi. Sekira sepuluh menit sudah penuh dan bus berangkat. Harga ongkos  30.000. Biasanya 25.000. Naik 5.000. Wajar dan tidak terlalu berat karena memang jaraknya juga tidak jauh. Tetapi masih kena hukum safar. Tadinya mau berangkat ba’da shalat zhuhur, hanya khawatir penuh dan berebut bus kemudian cuaca yang panas. Maka berangkat pagi dan tiba di rumah mertua jam sebelas.

Setiba di rumah, seperti biasa bersalaman dan tanya kabar. Kemudian istirahat dan menunaikan shalat zhuhur kemudian ashar. Tentu kena hukum qashar karena niat tinggal kurang dari sepuluh hari. Hanya dua hari. Jumat sore langsung balik ke Bandung.

Minggu, 19 Juli 2015

Menghafal Al-Quran hingga Wafat

Guru saya bercerita bahwa guru yang mengajarinya tahfidz al-quran mengisahkan seorang kakek tua yang belajar menghafal al-quran dalam usia sepuh. Kakek itu usianya sekira tujuh puluhan. Ia memulai menghafal dari surah Al-Baqarah sampai surah Annas.

Cukup lama itu dilakukannya. Tiba pada surah Annas kemudian kakek itu meninggal dunia. Guru saya bilang, ternyata meski sudah sepuh ayat al-quran tetap masih bisa menempel pada ingatan seorang sepuh.

Dari cerita itu, guru saya memotivasi untuk mulai belajar menghafal al-quran. Kalau pun tidak tuntas sampai 30 juz karena dijemput maut, setidaknya sudah menjadi bukti dari niat dan bukti dirinya mencintai Allah.

Jumat, 17 Juli 2015

Zarah Kuring, Boboran Shiam

Ieu mah ngan ukur bahan keur lenyepaneun urang sarerea. Ieu mah dumasar kana hirup kuring. 

Ayeuna mayunan boboran shiam. Karaos beurat kaditu kadieu. Karasa hoream indit kaditu kadieu. Duka teuing kunaon dina boboran taun ieu bet hese ngejat miang ka sarakan. Kuring boga niat dina Romadon ieu hoyong ka Garut, nadran ka biang sareng rama. Hayang zarah ka pun sepuh kuring anu geus almarhum duanana. Ngan asa beurat bae rek indit teh. Asa hese ngalengkah. Nahanya? Naha ieu gogoda zarah kitu?

Sabtu, 11 Juli 2015

Belajar Islam di UIN Bandung


Saya termasuk orang yang tertarik dengan wacana Islam. Karena itu, sejak dari kuliah saya senang bergabung dengan kawan-kawan yang senang dalam wacana dan kajian Islam. Di Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung banyak kawan-kawan yang berpaham liberal, pluralis, dan ada pula yang Syiah (khususnya dari IJABI). Saya juga berkawan dengan orang-orang fundamentalis. 

Di kampus UIN selama semester 1 hingga 4 belajar ilmu-ilmu Islam. Yang termasuk matakuliah dasar umum seperti metodologi studi Islam (belajar ilmu dan metode memahami agama Islam), ilmu kalam, ulumul quran, tafsir quran, ulumul hadis, kajian hadis, ushul fiqih, kajian fiqih, ilmu sosial dasar, ilmu alamiah dasar, pemikiran modern dalam Islam, filsafat ilmu, filsafat Islam, ilmu tasawuf, dan sejarah peradaban Islam.

Jumat, 10 Juli 2015

Muslim Syiah, Anti NKRI

Ini masih tentang Syiah di Indonesia. Baru-baru ini ada kajian di Bandung yang menyatakan Muslim Syiah anti NKRI. Saya tertawa dan geleng-geleng kepala: mengapa kebencian sampai begitu terlihat bodohnya orang yang benci kepada pengikut Mazhab Syiah?

Tentu saja buat saya aneh. Orang yang menyebutkan bahwa Muslim Syiah berpotensi meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah orang yang tidak belajar dari sejarah. 

Sepanjang sejarah Indonesia yang melakukan makar adalah DI TII/NII Kartosuwirjo, Kahar Muzakir, Permesta, PKI, dan sekarang ini yang jelas terlihat Anti NKRI adalah kelompok radikal Islam dan kelompok yang sering teriak khilafah Islamiyyah. Termasuk kaum takfiri yang senang kafirkan Syiah, masuk dalam gerakan Anti NKRI. Karena mereka coba pecahkan Indonesia melalui konflik mazhab dan pensesatan pada orang Islam yang beda mazhab.

Selasa, 07 Juli 2015

Belajar Filologi dari Kasus Manuskrip

Dalam buku Kyai NU dan Imam Marja Syiah Memutilasi Salafi Wahabi, KH Alawi Nurul Alam Al-Bantani menyajikan satu manuskrip debat Imam Jafar Shadiq dengan Syiah Rafidhah. Saya baca dengan santai dan setelah itu saya hanya tersenyum. Saya lihat rujukan internet yang disematkan pada tulisan tersebut berasal dari situs: fimadani.

Sudah mafhum kalau situs fimadani memuat berita atau artikel yang menebar kebencian dan cenderung memprovokasi agar benci umat Islam yang meyakini mazhab Syiah. Kemudian memuat manuskrip yang berkaitan dengan Imam Jafar,  tentu layak untuk dipertanyakan kebenarannya.

Sebelum mengomentari tulisan yang dimuat Pak Alawi dalam bukunya, saya ingin sedikit berbagi tentang filologi karena manuskrip berada dalam ranah bidang studi ini.

Minggu, 05 Juli 2015

Inilah Dia, Sang Pemusar Gelombang

PERKEMBANGAN novel di Indonesia semakin hari terus berubah. Dahulu kita mengenal karya-karya sastra roman dan cerita-cerita yang berlatarbelakang geografis atau kebudayaan sebuah daerah. Kemudian muncul novel-novel bernuansa politik dan sejarah. Kini, mulai menjamur novel yang mengambil inspirasi tokoh-tokoh yang mengubah dunia. Mulai dari novel biografis Nabi Muhammad saw, ilmuwan, ulama, dan tokoh pergerakan politik.

Untuk novel yang disebut terakhir, telah lahir dari tangan M.Irfan Hidayatullah yang berjudul Sang Pemusar Gelombang: Sebuah Novel yang Berpuasar pada Peri Kehidupan Syaikh Hasan Al-Hasan. Meski bukan termasuk baru dari segi tema, tetapi buku ini memiliki kekhasan yang tidak dimiliki novelis lainnya. Secara umum novel ini terdapat dua seting yang berbeda: perjalanan dakwah Rosid dan perjalanan dua aktivis kampus. Meski begitu, sama-sama menampilkan perjalanan hidup Syaikh Hasan Al-Bana.

Senin, 29 Juni 2015

Belajar Sepanjang Hidup

Wates diajar mah paeh. Elmu mah teu beurat mawa. Elmu nu mawa urang. Lain urang nu mawa elmu. Elmu nu ngajirim na diri nu ngariksa, ngaerohan dina diri urang. 

Mun elmu na asalna tinu bener, puserna ti Allah, pasti bakal mawa manfaat keur urang. Sok paluruh bae elmu di mana ngancikna, reugeupkeun caritaan guru. 

Sabtu, 27 Juni 2015

Alhamdulillah

Alhamdulillahi rabbalil 'alamin. Ieu kalimah anu kudu diucapkeun ku sakabeh manusa anu ngaku Islam. Mangkukna kuring atos rengse mereskeun makalah sejarah Islam modern. Nembe rengse makalah sejarah lisan perkawis etos kerja urang Sunda.

Alhamdulillah, bari ingsreuk-ingsreukan kuring teras nyerat makalah. Maklum ti kamari loba gawean kaditu kadieu. Jeungan hanteu bisa mikir mun bari ngagawean anu sanes mah. Janten dugi kamari tacan rengse tugas kuliah.

Senin, 22 Juni 2015

Resensi Buku: Kidung Angklung di Tanah Persia

Guru saya, Miftah F.Rakhmat, memberi buku yang ditulisnya, yang berjudul Kidung Angklung. Saya dapatkan buku ini masih berupa dami (naskah para cetak) dan sekira dua bab belum lengkap.

Buku yang belum dicetak itu pernah dibahas bersama di Aula Muthahhari Bandung, dengan narasumber dari Iran dan Kang Jalal (Dr.KH.Jalaluddin Rakhmat).

Alhamdulillah, saya sudah membacanya. Dari sisi bahasa, kalimat yang digunakan dalam buku tersebut mengalir dan renyah ketika dibaca. Maklum buku ini merupakan laporan perjalanan kurang lebih dua pekan di Tanah Persia. Saat itu ada undangan festival budaya Indonesia-Iran yang di antaranya diwakili oleh tim seni dari Muthahhari Bandung. 

Tentu saja ada beberapa tim seni yang mewakili daerah, yang dibawa oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. Misinya jelas budaya dan mengenalkan khazanah budaya Indonesia. Kebetulan dari Muthahhari, Jawa Barat, yang coba dikenalkan adalah angklung.

Karena merupakan buku perjalanan, pastinya berisi tentang perjalanan dan kisah menjalani kegiatan di sana. Meski dari segi perambahan kawasan Iran atau Tanah Persia sudah pernah ditulis oleh Dina Y.Sulaeman dalam buku berjudul, Pelangi di Persia: Menyusuri Eksostisme Iran, tetapi ada yang menarik.

Di antara yang menarik dari buku yang ditulis guru saya itu adalah unsur emosi yang masuk dalam catatannya. Silakan baca (kalau sudah terbit). Hampir di setiap bab ada sentuhan emosi dalam menuangkan kata-katanya seakan-akan kita sendiri ada dalam peristiwa yang dituliskan. 

Saya kira ini bentuk keandalan memindahkan kejadian nyata dalam bentuk kalimat dan kata. Saya sendiri kagum dengan kemampuan guru saya dalam menuliskannya. Bisa detail dan runtut serta enak dibaca. Setiap bab terdapat pencerahan berkaitan dengan tempat dan suasana yang dihadapi. Bahkan, hikmah dan pelajaran-pelajaran agama pun masuk dalam kalimat dan menjadi satu bagian dari cerita perjalanan di Tanah Persia.

Hal lainnya, yang menarik di dalamnya ada informasi masa muda guru saya yang saat itu nyantri di Suriah dan Iran. Sungguh menambah informasi karena guru saya memasukan aktivitas selama di pesantren, kontrakan, dan kunjungan pada makam-makam ulama, serta interaksi dengan pengikut Muslim Syiah pun diuraikannya dengan baik. 

Masalah tudingan terhadap Mazhab Syiah, khususnya al-Quran yang dianggap memiliki Kitab Suci sendiri oleh orang-orang yang tidak mengetahui, dikisahkan dengan santai dalam bukunya. Ketika seorang pegawai  Indonesia yang sehari-hari tinggal di Iran di KBRI, ternyata masih punya kecurigaan bahwa Syiah punya Quran yang berbeda dengan Sunni. Guru saya menjelaskan kepadanya.

Sekali lagi, buku Kidung Angklung ini menambah khazanah kebudayaan Islam. Orang Indonesia yang ingin mengetahui Iran dari orang Indonesia yang lama hidup di Iran, bisa membaca buku ini. [ahmad sahidin]

Senin, 15 Juni 2015

Ambil Cincin ini untuk Anda‏

Guru saya dalam pertemuan dengan para guru di lingkungan pendidikan tempat saya mengajar bercerita tentang pengalamannya saat nyantri di Iran. Di hauzah atau pesantren di Iran setiap lulusan yang berasal dari negeri asing diberi kesempatan untuk diwisuda dan mendapatkan “sentuhan” dari Rahbar (Pemimpin Spiritual Islam Republik Islam Iran) Ayatullah Sayid Ali Khamenei.

Guru saya bercerita bahwa pada malam hari untuk esok keberangkatan
wisuda berkumpullah santri-santri di kamarnya. Dari obrolan kemudian muncul ide bahwa sebagai tanda kenangan ingin meminta sesuatu dari Sayid Khamenei. Seorang kawan guru saya, yang dari Pakistan, berencana saat bertemu dan salaman akan meminta cincinya sebagai kenang-kenangan.

Minggu, 14 Juni 2015

Memberi Makna Kisah-kisah Kearifan Para Nabi


Judul : The Prophetic Wisdom: Kisah-kisah Kearifan Para Nabi
Penulis : Miftah Fauzi Rakhmat
Penerbit : Mizania (Bandung)
Terbit : Juni 2011/Rajab 1432
Tebal : 211+xvi (halaman)

BUKANKAH ada hikmah di balik setiap kisah? Begitulah ujung kalimat yang muncul setiap kali mengakhiri uraian panjang pada kisah-kisah Nabi yang dikupas dalam buku The Prophetic Wisdom: Kisah-kisah Kearifan Para Nabi.

Memang kalau dilihat dari judul buku ini bukan sesuatu yang baru. Namun, kupasan dan sajian hikmah yang diungkap oleh Ustadz Miftah Fauzi Rakhmat dalam buku ini terbilang baru dan menyegarkan. Ada hal-hal yang tidak diperkirakan dalam mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup para Nabi Allah.

Sejuk, mengalir, dan mendalam adalah kesan yang saya dapatkan selama membacanya. Apalagi penulisnya mumpuni dalam tasawuf dan filsafat Islam maka sajian buku ini menambah rasa renyah dan nikmat saat menelusuri lembar demi lembar. Tidak terasa, buku yang saya dapatkan langsung dari penulisnya ini, kurang dari sepekan tuntas dibaca. Biasanya saya tidak secepat ini dalam membaca buku yang berkaitan dengan agama. Masalah diksi dan istilah serta kejelimetan penulis dalam menggunakan bahasa yang kadang membuat saya enggan untuk menyelesaikan baca hingga tuntas. Pada buku ini kendala tersebut tidak saya dapatkan.

Jumat, 12 Juni 2015

Mengenal Sosok Khadijah (Istri Rasulullah saw)

Baru saja saya selesai mengajar keagamaan di kelas. Mulai dari shalat wajib zhuhur, doa, dan kemudian diskusi agama yang disampaikan murid secara bergiliran. Setiap hari para murid diwajibkan mengikutinya: mulai ba’da dzuhur. Lamanya sekira satu jam.

Kebetulan temanya tentang sosok Khadijah, istri Nabi Muhammad saw. 

Senin, 08 Juni 2015

Tidak Menghujat Sahabat

Sekarang Umat Islam memasuki bulan ramadhan. Sebuah perjalanan panjang yang harus lakukan evaluasi tentang kehidupan umat Islam. Sudahkah ada kontribusinya bagi dunia dan Indonesia? Kalau menengok sejarah Islam di Indonesia, ternyata belum. Salah satunya tentang kerukunan umat Islam, kasus Sunni dan Syiah, dan kekerasan terhadap mazhab minoritas, serta pernyataan sesat yang tidak berdasarkan dalil. Ini kekurangan umat Islam Indonesia. Lainnya, mungkin bisa unggul.

Berkaitan dengan penyesatan terhadap pengikut mazhab Syiah, dan salah satu masalah yang kerap dijadikan tudingan bagi pengikut Syiah atau Ahlulbait adalah berkaitan dengan mencaci sahabat Nabi Muhammad saw. Pengikut Syiah atau Ahlulbait dianggap suka melakukannya. Ini yang terus ditudingkan dan keengganan pengikut Sunni untuk menerima kehadiran Muslim Syiah.


Sejak isu adanya Quran yang berbeda sampai Malaikat Jibril salah kirim wahyu dan hajinya bukan ke Makkah. Kemudian soal nikah mut’ah sampai boleh berbohong dan melakukan tindakan anarkis. Itu semua sebetulnya sudah banyak dijawab. Meski sudah dijawab tetap masih ada saja yang terus menebarkan isu-isu bohong tersebut.

Salah satu ormas yang anggotanya bermazhab Syiah sudah menerbitkan buku yang isinya menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan Syiah. Harusnya semakin berhenti, malah terus saja provokasi dan membuat isu-isu lain lagi. Kalau memperhatikan mereka yang benci Syiah, terasa cape dan lelah.

Yang paling membosankan adalah alasan tidak mengakui Syiah sebagai Islam karena membenci sahabat Nabi Muhammad saw. Saya sendiri belum menemukan bukti bahwa orang Syiah hujat sahabat Nabi, khususnya di Indonesia.

Sejarah mengisahkan justru Dinasti Umayyah yang menghujat Sayidina Ali bin Abi Thalib beserta keturunannya. Kemudian dihentikan melalui pernyataan Umar bin Abdul Aziz untuk melarang umat Islam menghujat Sayidina Ali.

Entah apa buktinya kalau orang-orang Syiah sepanjang sejarah melakukan hujat terhadap sahabat Nabi yang utama. Kalau kepada pembunuh cucu Nabi Muhammad saw, Sayidina Husain bin Ali, memang kerap terdengar.

Saya kira itu wajar karena Yazid bin Muawiyah beserta konconya melakukan kezaliman. Pasti orang Islam pun tidak suka pada mereka yang melakukan kezaliman, penindasan, dan penghujatan, dan penyebar isu-isu negatif.

Nah, berikut ini ada fatwa dari Sayid Ali Khamenei, pemimpin Islam di Iran yang menyatakan larangan menghujat sahabat Nabi Muhammad saw:

Bismillahirrahmanirrahi. Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri-istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.”

Dengan adanya bukti larangan dari ulama Syiah Iran tersebut, sudah saatnya kaum Muslim Sunni tidak lagi menganggap Syiah sebagai penghujat Sahabat Nabi. Kalau pun ada orang Syiah yang masih terus begitu, berarti bukan lagi seorang yang beriman dan saya kira sudah keluar dari ajaran Islam. Tinggal para penebar isu-isu negatif yang menyadarinya dan melakukan evaluasi diri.

[ahmad sahidin]


Kamis, 04 Juni 2015

Memahami Dahulukan Akhlak di Atas Fiqih

Satu bulan kemarin saya membaca buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih. Buku karya Jalaluddin Rakhmat ini tidak membosankan ketika dibaca. Meskipun membaca secara keseluruhan, buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih ini tidak menjelimet. Mungkin karena ditulis oleh ahli komunikasi. Juga karena penulisnya piawai menggunakan istilah dan bahasa yang mudah dicerna oleh orang awam. Karena itu, saya selaku orang awam dalam agama mnerasa mudah memahami isi gagasannya.

Melihat dari judulnya saja orang mungkin sudah bisa paham kalau urusan akhlak merupakan hal utama dan tidak menimbulkan perselisihan. Perselisihan timbul ketika setiap orang mempertanyakan dan menguji kembali dasar-dasar sumber yang digunakan dalam penulisan buku atau pemikiran seseorang. Apalagi kalau dikaji berdasarkan filsafat dan metodologi ilmu-ilmu modern maka akan ketahuan “bolong-bolong” atau kekurangannya.

Rabu, 03 Juni 2015

Ayo Belanja “Ilmu” di Pameran Buku Islam Bandung

Alhamdulillah, baru saja saya pulang dari pameran buku Islam di jalan Braga Bandung. Lumayan penuh. Di dalam arena pameran saya melihat bergerombol perempuan yang mengenakan baju hitam dengan jubah tertutup. Bahkan mengenakan cadar sehingga hanya mata yang terlihat. Kalau dikira-kira dari usia tampaknya masih remaja kaum perempuan tersebut.

Dalam hati terbersit ingin tahu wajahnya seperti apa? Secantik apa mereka itu? Pasti tidak mungkin bisa dilihat. Maklum bukan muhrim. Kemudian inginnya tanya: apakah benar model pakaian demikian yang ditentukan syariat Allah dan diajarkan para istri Rasulullah saw? Mengapa mereka mengenakannya? Apakah karena tuntutan orang tua atau memang didasarkan keyakinan? Setumpuk tanya itu yang muncul dibenak. Sayangnya, saya tak berani untuk bertanya kepada mereka.

Selasa, 02 Juni 2015

Memahami Paradigma Dahulukan Akhlak


Dari judulnya: Dahulukan Akhlak di Atas Fikih, buku karya Ustadz Jalaluddin Rakhmat atau Kang Jalal ini terasa menohok pemahaman keagamaan secara umum yang biasanya memahami fiqih lebih utama dalam ajaran Islam. Bahkan, seorang Gurubesar Pemikiran Islam di UIN Bandung menyatakan tidak setuju dengan buku Dahulukan Akhlak Di Atas Fiqih.

Kalau tidak salah dengar, beliau mengatakan, justru fiqih yang akan melahirkan akhlak atau kemuliaan seorang Muslim kalau dijalankan dengan baik. Karena itu, menurutnya, yang perlu didahulukan bukan akhlak tetapi fiqih atau amaliah Islam. Kalau seseorang sudah bagus fiqihnya pasti akan berakhlak.

Senin, 01 Juni 2015

Menjawab Surat dari Pembaca Buku Aliran-aliran Dalam Islam

Seseorang yang pakai akun gmail dengan nama Gunawan mengirim surat kepada saya. Sebelumnya dia meminta kejelasan tentang posisi Sunni dan Syiah. Dalam surat email yang pertama saya cukup menyatakan keduanya Islam dan keduanya punya potensi untuk jalin ukhuwah. Kemudian dia balas bahwa Sunni dan Syiah sangat beda dengan menyaikan argumentasi yang secara esensial berasal dari orang-orang yang benci dengan Syiah. Karena dari kalimat-kalimatnya hanya sekadar perulangan yang tersebar di internet. Hanya fitnah dan kebohongan belaka, khususnya tentang Iran dan mazhab Syiah.

Saya sampaikan bahwa saya kagum pada Iran yang berani menentang Amerika dan Israel ketimbang negeri-negeri Arab yang malah membantu/mendukung Israel atau  Amerika dengan membiarkan warga Muslim Palestina dan Lebanon dikejar-kejar dan diusir dari negerinya.

Minggu, 31 Mei 2015

Jalaluddin Rumi: Orang India dan Gajah

Jalaluddin Rumi, seorang sufi dari Persia, bercerita bahwa ada orang India membawa seekor gajah ke suatu negeri yang penduduknya belum pernah melihatnya. Mereka tempatkan gajah itu di sebuah rumah yang gelap tanpa cahaya. Lalu, orang-orang pun masuk ke rumah itu satu demi satu untuk merabanya.

Begitu mereka keluar dari rumah itu, masing-masing pun bercerita tentang apa yang ditangkap indera perabanya.

Seseorang yang tangannya meraba belalai mengatakan: gajah itu seperti terompet! Yang meraba telinganya mengatakan: gajah itu seperti kipas! Orang tinggi yang bisa meraba punggungnya mengatakan: gajah itu seperti kasur! Sedang si pendek yang hanya bisa meraba kaki-kakinya mengatakan: gajah itu seperti tiang!

Kamis, 28 Mei 2015

Muawiyah dan Kelahiran Tiga Mazhab Islam

Tahukah Anda siapa Muawiyah? Muawiyah adalah putra Abu Sufyan, orang Makkah yang memerangi Rasulullah saw. Sedangkan ibu Muawiyah adalah Hindun, perempuan yang memakan hati Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah saw).

Sejarah mengisahkan bahwa Muawiyah adalah warga Makkah yang memusuhi Nabi Muhammad saw. Ia memerangi Nabi bersama ayahnya yang bernama Abu Sufyan. Ketika pasukan Islam yang dipimpin Rasulullah saw berupaya membebaskan Makkah, orang-orang kafir Makkah ketakutan. Ada yang lari ke gunung. Ada yang sembunyi di Kabah. Juga ada yang meminta ampunan kepada Rasulullah saw. 

Sabtu, 23 Mei 2015

Ngaguar Ageman Urang Sunda

Hatur nuhun abdi parantos maos seratan dina blog. Dibulak balik. Ngan nya kitu sakedah Pangersa ngadamel ringkasan anu teges, sanes guaran anu luluncatan kadieu kadieu. Hapunten pisan kuring mah bodo pisan. Hapunten basana kirang merenah. Maklum kuring nuju diajar dina basa Sunda. Saurna dina basa Sunda mah egaliter, hehehe.

Simpulan anu ku sim kuring dipahami tina seratan dina eta blog. Kahiji, agama Sunda nyaeta ageman tersendiri: abdi kirang ngartos ti mana jeung saha anu mimitian eta nyebatkeun aya agamen Sunda bisa jadi ngan ukur refleksi salah saurang manusa Sunda teras bae diangkeun ageman?

Diskusi Buku Sahabat Nabi

DALAM diskusi buku SAHABAT NABI karya Dr.Fuad Jabali (16 Maret 2011) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. Jalaluddin Rakhmat (Ustadz Jalal) menjawab beberapa penanya dan mengomentari pembicaraan Fuad Jabali.

Dalam sesi tanya jawab, ada penanya yang cukup menggelitik yang bertanya tentang pengertian sahabat dan alat uji untuk membuktikan kebenaran hadis juga sirah nabawiyyah.

Ustadz Jalal menjawab bahwa ada tiga penjelasan tentang mana yang termasuk sahabat nabi dan bukan sahabat. 

Rabu, 20 Mei 2015

Perkawis Ageman Sunda


Salaam. Sampurasun. Bagea Ajengan Wira Budiman. Resep ninggal urang Sunda tiasa kana dunya maya. Mun aya waktos mah nyerat atuh dina kompasiana, ulah sina kosong Pan janten ‘adam tea lin.

Ajengan Wira nu kasuhun, mugi sehat wal afiat, cageur tur bener salalawasna. Hampura simkuring jalmi bodo, teu apal perkawis kasundaan. Hatur nuhun parantos kersa masihan iber anu matak nambih panimu simkuring.

Saatos ku simkuring diaos. Dibulak balik. Teras diaos deui. Punten henteu kahartos: asana teh aya anu kirang pas sareng patarosan abdi. Kirang keuna.

Selasa, 19 Mei 2015

Naha Leres di Tatar Sunda aya Ageman Asli (Lokal)?

Simkuring maca komentar dina hiji milis anu lolobana dieusian ku urang Sunda atawa rahayat Jawa Barat. Aya hiji member anu ngomentaran perkawis ngimpor: bengsin ngimpor…. beas ngimpor, agama(?)…. ngimpor oge he he he….”

Mun diteungeutan mah meh ampir kabeh barang atawa kabutuhan urang Indonesia impor ti luar nagari. Ti mimiti alat elektronik, kacantikan, bentang pelem, sistem pendidikan, sampeu, uyah, beas, daging, pakaean, mobil, motor, jeng nu sejenna aya patalina jeung impor. Ulah salah sangki urang oge pan aya anu bagerak dina katuangeun samodel kue jeung mi instan eskpor ka luar nagari.

Jumat, 15 Mei 2015

Aa Gym dan MQ

Salam. Ini sekadar berbagi saja. Saya pernah beraktivitas di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Di bawah asuhan Aa Gym, saya mendapatkan
13371471512010495219

pencerahan berkaitan dengan agama, khususnya tentang ibadah dan orinsip hidup. Banyak rumus Manajemen Qalbu yang sempat saya hafalkan, tapi kini sudah hilang dari ingatan. Maklum, sekarang bukan lagi santri Aa Gym. Sekarang menjadi pembaca buku.

Nah… pada catatan kali  ini saya ingin berbagi tentang MQ yang saya pahami berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan selama beraktivitas di Daarut Tauhiid.

Manajemen Qalbu (MQ) merupakan konsep pedoman hidup Islami yang dicetuskan Pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), yang mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. MQ menawarkan untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri. Jadi konsep MQ ini merupakan sebuah penyadaran yang dimunculkan atas kesadaran dirinya sendiri untuk menjadikan hidupnya lebih baik dan senantiasa berada dalam ridha Allah.

Sabtu, 09 Mei 2015

Perbedaan Esensial antara Sunni dan Syiah

SAYA merasa kesulitan untuk melihat perbedaan esensial dari mazhab Syiah dan Sunni, yang sama-sama bersumber dari agama Islam. Keduanya bukan hakikat agama, tetapi bentuk pemahaman agama yang berkembang dalam sejarah Islam pascawafat Rasulullah saw.

Sepanjang sejarah hingga sekarang ini masih terus saja kedua mazhab ini dipersoalkan. Bahkan di tingkat orangtua murid di sekolah dasar saja sampai ramai bincang soal mazhab Islam ini. Di situs media sosial ramai bicara Sunni dan Syiah.

Yang membuat saya geleng-geleng kepala, ada yang sampai berani bilang bukan Islam terhadap Syiah. Pasti yang bilang begitu tidak belajar sejarah, atau sekadar sebar omongan orang lain yang diyakininya sahih. Padahal, setiap omongan harusnya dikritisi dahulu sebelum dibenarkan.