Sabtu, 09 Mei 2015

Perbedaan Esensial antara Sunni dan Syiah

SAYA merasa kesulitan untuk melihat perbedaan esensial dari mazhab Syiah dan Sunni, yang sama-sama bersumber dari agama Islam. Keduanya bukan hakikat agama, tetapi bentuk pemahaman agama yang berkembang dalam sejarah Islam pascawafat Rasulullah saw.

Sepanjang sejarah hingga sekarang ini masih terus saja kedua mazhab ini dipersoalkan. Bahkan di tingkat orangtua murid di sekolah dasar saja sampai ramai bincang soal mazhab Islam ini. Di situs media sosial ramai bicara Sunni dan Syiah.

Yang membuat saya geleng-geleng kepala, ada yang sampai berani bilang bukan Islam terhadap Syiah. Pasti yang bilang begitu tidak belajar sejarah, atau sekadar sebar omongan orang lain yang diyakininya sahih. Padahal, setiap omongan harusnya dikritisi dahulu sebelum dibenarkan.

Segera tanyakan kepada yang bersangkutan atau pemeluknya. Jika tentang Syiah, selayaknya bertanya pada orang Syiah atau langsung datang kepada pengurus organisasi Syiah seperti IJABI dan ABI. Tabayun harus didahulukan, jangan cukup dengar dari orang kemudian langsung percaya. Coba cek langsung kepada yang bersangkutan. Kalau tentang Syiah, silakan datangi orang Syiah atau pengurus ormas yang diakui beraliran Syiah. 

Sebab dalam ajaran agama Islam dianjurkan untuk tabayun alias konfirmasi. Jika tidak dilakukan maka unsur dhaif dan maudhu akan melekat pada pernyataan yang meluncur atau yang diyakini. Ujung-ujungnya termasuk dalam perbuatan bohong dan fitnah.

Nah, berkaitan dengan Syiah dan Sunni yang kini marak. Yang saya ketahui secara esensial yang membedakan Sunni dan Syiah adalah perkara wasiat imamah. Syiah meyakini Rasulullah saw telah menetapkan Ali sebagai imam setelah Rasulullah saw wafat. Hal ini ditunjang dengan hadis-hadis ghadir khum, tsaqalain, al-indzar, dan lainnya. Sedangkan kaum Sunni tidak mempercayainya sehingga memilih pemimpin dari kalangan sahabat. Ini terjadi setelah wafat Rasulullah saw. 

Secara ajaran, baik Sunni maupun Syiah, keduanya berasal dari Al-Quran dan Rasulullah saw. Hanya pemahaman atas keduanya yang beda karena menggunakan jalur riwayat yang beda: Sunni dari sahabat beserta istri Nabi dan Syiah dari Ahlulbait. Bahkan, untuk sebagian dalil tentang Imamah yang jatuh kepada Imam Ali bin Abi Thalib ra beserta keturunannya, terdapat dalam hadis-hadis dari jalur sahabat yang dimuat dalam kitab-kitab Ahlusunnah. 

Hanya begitu bedanya, tetapi mengapa Syiah sampai dikafirkan oleh segelintir orang hanya karena meyakini imamah Ali setelah Rasulullah? Persoalan ini perlu dilacak dari peran dan pengaruh politik internasional di Dunia Islam kiwari. 

ahmad sahidin