Jumat, 23 Oktober 2015

Setelah Novel Sang Pencerah, Tadarus Cinta Buya Pujangga

Pekan lalu saya menamatkan baca (buku) novel karya Akmal N.Basral. Akmal adalah penulis fiksi, yang saya kira hebat dalam eksplorasi kondisi dan penggambaran suasana. Seakan-akan saya melihat langsung kondisi alam yang diceritakan Akmal dalam novel Tadarus Cinta Buya Pujangga (Salamadani Grafindo, 2013).

Novel biografi yang berlatar belakang budaya Minangkabau ini terasa hidup. Dialog yang dibangunnya pun mengalir. Meski alur cerita yang datar dan mudah ditebak, tetapi penggambaran sosok Malik (Hamka kecil) cukup kuat.

Selain itu, perjalanan tokoh Malik yang sejak kecil hingga dewasa cukup apik dan runtut digambarkan. Konflik dengan sang ayah, membuat Malik meninggalkannya. Meski memiliki cita-cita yang berbeda dengan sang ayah, tetapi takdir mengarahkan hidupnya menjadi sosok yang sama seperti ayahnya: ulama dan aktif dalam sebuah organisasi Islam.

Karier yang dirintis dengan otodidak oleh Malik menjadi kekuatan dari novel Tadarus Cinta Buya Pujangga. Semangat untuk tumbuh dan merajut masa depan yang gemilang terasa ditekankan oleh sang penulis. Dari sang awak kecil yang hidup terlunta-lunta, tetapi bernasih beruntung, sampai kemudian menjadi orang ternama berkat tulisan dan pengetahuan agama yang melejitkan sosoknya menjadi tokoh Islam.

Sayangnya, proses menuju Hamka besar dan ulama ternama pasca bertemu Soekarno luput dari paparan Akmal. Saya menduga dari awal saat baca bahwa tentang proses konflik pemikiran dengan Bung Karno (Ir Soekarno) yang membuat Hamka masuk jeruji besi, akan dirajut pada bagian akhir. Ternyata hal itu tak ada. Berakhir tanpa ada penghubung dengan bagian awal kisah pembuka. Kayaknya, Akmal sengaja supaya pembaca berminat membaca sejarah politik Indonesia.

Meski terasa ada yang menggantung, saya kira novel ini terbilang bagus dari bahasa dan alurnya. Keterlibatan emosi memang kurang. Terasa ada jarak dengan keadaan sang tokoh dengan dialog-dialog yang dirangkai.

Kemudian aspek mendebarkan dan sentuhan emosi sedikit tampak saat pertemuan Malik yang sudah haji dan menjadi penulis pemula dengan sang ayah yang bangga terhadap anaknya yang berhasil tanpa bantuan ayahnya.

Saya yang masih awam dalam khazanah sastra, sisi ’seru’ dalam novel ini yang cukup kuat dan membuat pembaca larut dalam emosi, bukan pada tokoh Malik. Akan tetapi, pada ayahnya: Karim Amrullah yang
disesatkan orang-orang tidak sepaham dalam agama dan dianggap bertentangan dengan pemahaman umum. Kemudian perlakuan masa silam terhadap sang anaknya yang cukup menegangkan.

Berkaitan dengan konflik pemahaman agama, sang novelis (Akmal) mendedah konflik sang ayah dengan orang yang tidak sepaham itu melalui forum sehingga terbuka dan menjadi jelas duduk permasalahannya. Inipula yang bagi saya sebuah pelajaran penting bahwa menyelesaikan
konflik pemikiran atau pemahaman agama harus melalui sebuah forumdengan menhadirkan pihak-pihak yang terlibat konflik dalam sebuahmahkamah yang diakui keadilannya. Penghakiman sepihak dalam masalahagama atau pemahaman pemikiran, bukannya menjadi solusi masalah kian menyulut masalah. Apalagi hal itu disebarkan kepada orang-orang yang belum paham. Saya kira sisi dialogis dalam memecahkan masalah sangat kuat menjadi pesan dari novel Akmal ini.

Saya kira pembaca novel Tadarus Cinta Buya Pujangga sama-sama akan sepakat dengan simpulan saya setelah beres membaca bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Nenek moyang Hamka adalah ulama. Ayah Hamka juga ulama. Kemudian Hamka menjadi ulama. Secara tidak sadar ada gen yang berulang dan dipertahankan. Saya yakin itu bagian lain yang layak diapresiasi oleh pembaca.

Saya yakin itu karena kerja Akmal yang luar biasa saat proses kreafif penulisan novel. Kerja yang tidak mudah untuk menggali sosok tokoh Islam Indonesia yang pernah menjadi buah bibir era munculnya orde baru. Apalagi setelah sukses dengan novel Sang Pencerah yang dianugerahi sebagai penulis fiksi terbaik, saya kira menjadi semakin pede (percaya diri) dalam menulis novel-novel tokoh Indonesia lainnya. Selamat buat Akmal. Semoga tahun depan melahirkan karya baru lagi.[]