Selasa, 31 Maret 2015

Murtadha Muthahhari dan Ali Syariati: Dua Intelektual Muslim Iran

Alhamdulillah saat kuliah saya membaca buku-buku yang berkaitan dengan Rasulullah saw dan perkembangan Islam. Juga membaca pemikiran ulama-ulama terdahulu dalam bidang fikih, teologi, filsafat, dan tasawuf. Hanya sekilas saja, tidak mendalam. Maklum hanya tuntutan kuliah alias untuk membuat makalah dan tugas-tugas. Kalau untuk didalami, baru sekadar niat saja.

Namun, ketika kuliah menjelang akhir saya mulai memfokuskan diri untuk mengenal sosok ulama Murtadha Muthahhari dan cendekiawan Ali Syariati. Dua tokoh besar Islam yang hidup pada zaman modern. Keduanya merupakan pelopor revolusi Islam Iran yang berhasil menumbangkan rezim Syah Pahlevi. Meski keduanya bermazhab Syiah Imamiyah, tetapi tidak menutup pikiran saya untuk mengkaji dan mereguk pemikirannya yang mencerahkan.

Kamis, 19 Maret 2015

Managemen Qalbu (MQ): Sebuah Pengantar (4)

Ada beberapa penyakit qalbu yang kadang terus hinggapi dan gugurkan amaliyah ibadah seorang Muslim. Menurut Imam al-Ghazali, bahwa penyakit qalbu bermuara pada hasad (iri), riya’ dan ‘ujub atau takabbur. Ketiga penyakit ini merupakan induk dari semua penyakit qalbu lainnya.

Penyakit hasad atau dengki adalah sikap tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan mengharapkan nikmat itu lenyap darinya. Sedangkan kibr atau sombong merupakan penyakit qalbu, yang pelakunya kadang menganggap remeh orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “kibr itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" (HR.Muslim).

Ada pun penyakit riya ini berkaitan dengan keinginan untuk menanpakkan diri sekaligus ingin dianggap yang paling wah dan hebat atau lainnya di hadapan orang lain.

Rabu, 18 Maret 2015

Managemen Qalbu (MQ): Sebuah Pengantar (3)

Menurut Aa Gym, dalam khazanah ilmu tasawuf, terutama dalam pandangan Al-Ghzali, qalbu itu bagi tiga. Pertama, qolbun salim (hati yang sehat). Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Pada hari kiamat nanti, barangsiapa menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa membawa hati yang sehat tidak akan selamat.

Allah SWT berfirman, “adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat" (Asy-Syu'ara : 88-89).

Selasa, 17 Maret 2015

Managemen Qalbu (MQ): Sebuah Pengantar (2)

 Dalam khazanah keilmuan Islam, kita mengenal tiga potensi dasar yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia, yaitu Akal, Hati (Qalbu) dan Nafsu. Potensi dasar manusia yang pertama adalah akal. Allah SWTmenciptakan manusia dengan amat sempurna (Q.S.at-Tiin [95]: 1-4). Tak ada satu makhluk pun yang bisa menandingi. Dari segi fisik manusia tampak lebih anggun, cantik atau tampan, gagah dan menawan. Terlebih lagi manusia memiliki satu aset yang tidak dimiliki oleh lainnya, yaitu potensi akal.

Dengan akal inilah manusia berkreasi, berkarya hingga mampu merubah wajah dunia menjadi serba semraut dan berbagai macam lahirnya penemuan dan teknologi mutakhir saat ini. Dengan akal pula manusia bisa menolong jutaan manusia lainnya, ia mampu menciptakan alat telekomunikasi hingga bisa berbicara dalam jarak yang cukup jauh. Ia ciptakan alat transportasi hingga tidak terlalu menguras tenaga untuk menuju tempat yang dimaksud. Ia menemukan komputer sehingga mempermudah pekerjaan manual dengan kecepatannya yang sangat tinggi.

Senin, 16 Maret 2015

Managemen Qalbu (MQ): Sebuah Pengantar (1)

Managemen Qalbu (MQ) merupakan konsep pedoman hidup Islami yang dicetuskan Pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), yang mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. MQ menawarkan untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri. Jadi konsep MQ ini merupakan sebuah penyadaran yang dimunculkan atas kesadaran dirinya sendiri untuk menjadikan hidupnya lebih baik dan senantiasa berada dalam keridhoan Allah SWT.

 Menurut Aa Gym, orang sering lupa terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi sesuatu pada dirinya. Sebaiknya setiap orang harus sadar, bahwa semua yang terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin menjadi baik, tentu dia harus berbuat baik. Jadi, harus lebih dulu mengenali dan memahami diri sendiri.

Minggu, 15 Maret 2015

Apa yang Salah dengan Aceh?

Aceh, serambi Mekah, dikenal sebagai kawasan yang mayoritas beragama Islam. Dan Aceh pula dalam sejarah tercatat sebagai pintu masuknya da`i-dai` muslim dari Persia, Arab dan Gujarat ke Nusantara. Karena itu tak heran bila Aceh melahirkan para ulama yang berilian seperti Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Abdul Rauf Al-Sinkili, Syamsuddin As-Sumatrani dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan ini, ada hasil penelitian yang menarik berkaitan dengan Aceh dari sejarahwan muslim Azyumardi Azra. Menurut Azra bahwa Aceh secara kebudayaan dipengaruhi tradisi Persia. Beberapa batu nisan dan kubah kuburan yang dipakai para raja Kesultanan Aceh sekitar Abad 15-17 Masehi sangat khas coraknya dengan kubah dan batu nisan yang terdapat di Persia (Iran). Bahkan tradisi “Kanji Acura” yang diselenggarakan masyarakat muslim Aceh tiap bulan Muharram dan  “Basapah” di bulan Shafar adalah warisan dari para sufi dan pedagang muslim dari Persia yang bermahzab syiah.

Kamis, 12 Maret 2015

Negeri yang Berguncang

Kita harusnya sadar di negeri ini bukannya membaik, malah tambah semraut dan seolah tidak berakhir. Coba tengok korban tsunami di Aceh dan korban gempa berkekuatan 8,7 skala richter di Nias, yang menelan ribuan jiwa. Di Leuwi Gajah, Cimahi, tumpukan sampah longsor menimbun rumah warga dan menelan korban. Kawasan Bandung Selatan pun kena banjir.

Begitu juga tanah dan bebatuan di sekitar Cadaspangeran, Sumedang, kini mulai berguguran dan itu menjadi tanda bakal timbulnya longsor. Tak kalah Gunung Tangkubanparahu pun unjuk gigi dengan letupan-letupan magmanya, bahkan Gunung Cireme di Kuningan dan Gunung Krakatau di sebelah barat Pulau Jawa kini dinilai mulai aktif. Kemarin tsunami Pangandaran dan gempa Yogyakarta serta banjir di Aceh dan tempatb lainnya. Juga kasus lumpur panas dan peswat hilang. Ini semua memilukan bagi masyarakat kita. Inilah pekerjaan rumah yang cukup berat sejak mengevakuasi mayat hingga soal pangan, sandang, papan, dan nasibnya di masa depan.

Rabu, 11 Maret 2015

Hasrat, Paranoid

Setiap orang punya hasrat. Besar kecilnya tergantung seberapa kuat dirinya berkiprah dalam usahanya. Ini mungkin yang disebut motivasi, daya dorong, yang mesti dimiliki. Namun yang paling penting, seberapa besar kita tangguh dan berupaya keras menerjang badai-badai yang sedang menghadang. Kuncinya, adalah kekuatan jiwa dan optimalisasi sepenuhnya terhadap yang kita hasrati itu.

Dengan kata lain, siapkah diri ini berkompetisi secara baik dan benar, atau melawan—jika kita mengidentikan semua pesaing adalah—yang tidak akur (setuju) dengan kita. Maka kita harus berpikir jauh perihal itu. Sebabnya, tidak semua orang merasa dirinya dianggap lawan maupun kawan. Adakalanya lawan sering menjadi kawan. Dan juga sebaliknya, kawan menjadi lawan. Bahkan sejak 15 Abad yang lalu pernah didengungkan seorang menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja; siapa tahu—pada suatu hari kelak—ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci sekedarnya saja; siapa tahu—pada suatu hari kelak—ia akan menjadi orang yang kau cintai.

Selasa, 10 Maret 2015

Meraih Sukses

Setiap orang, baik itu pengusaha, pelajar, mahasiswa, pejabat, dan bahkan ustadz, punya keinginan untuk sukses. Kesuksesan bagi seorang pengusaha dalam usaha misalnya, acapkali dianggap sebagai puncak dari aktivitasnya. Tapi tak jarang puncak usahanya itu tidak diketahui sampai batasnya. Maka jangan heran bila ada orang yang hartanya lebih dari cukup, senantiasa merasa kurang dan kurang. Tidak hanya dalam persoalan uang, bahkan dalam ilmu. Para ilmuwan seringkali merasakan betapa sedikitnya ilmu (pengetahuan) yang dimilikinya. Sehingga mereka berupaya untuk membaca buku-buku, berdiskusi, atau menghimpun informasi dari radio, televisi, internet, koran, majalah, dan sumber-sumber lainnya.

Merasa kurang dan selalu ingin sempurna inilah salah satu bentuk keterbatasan manusia. Dan harus diakui bahwa manusia diciptakan penuh dengan keterbatasan. Ingin rumah bagus uang tidak punya untuk membangunnya, ingin sekolah tinggi tidak ada modal, ingin hidup tenang tapi terus saja gundah gulana, ingin usaha sukses tapi misi dan visi usahanya tidak beres.

Senin, 09 Maret 2015

Meneladani Sayyidah Fathimah Az-Zahra

MENURUT Abbas Mahmout al-Akkad dalam buku, “Fathimah Zahra: Ibu Para Pahlawan” (Jakarta: PT Bulan Bintang 1976) bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.

Sayyidah Fathimah dilahirkan pada tahun kelima kenabian. Sejak masa kanak-kanak ia telah memahami bahwa keluarganya serang mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.

Minggu, 08 Maret 2015

Membaca Catatan Pinggir

Dalam proses kreatif (menulis) yang saya jalani, saya sempat minta komentar Hawe Setiawan, menyarankan saya untuk melihat atau mencotoh alur dan gaya tulisan dari tokoh yang saya kagumi. 

Karena waktu itu lagi kagum pada catatan pinggir Gonawan Mohammad (GM) di Majalah Tempo, saya tiap sore sebelum menghadiri kajian selalu menyempatkan diri ke perpustakaan untuk membaca catatan pinggir GM. Berbundel-bundel Majalah Tempo lama kubaca.

Hampir enam bulan saya baca Majalah Tempo dan buku-buku GM. Saya fokus, saya ingin meniru gaya tulisnya yang khas dan berbeda dari orang lain. GM: tulisannya sungguh hidup, renyah, tak ada kosa-kata atau kalimat yang mati. Seluruh kalimat dan kata-kata yang dipakainya berjalin-kelindan, menyatu-padu, dan tak kering. Ini kesan saya setelah membaca catatan pinggir GM. 

Sabtu, 07 Maret 2015

Bagaimana Membuat Tulisan Enak Dibaca?

Bagaimana membuat tulisan renyah dan enak dibaca? Ini pertanyaan yang saya ajukan pada seorang editor di Penerbit Mizan, Hernowo Hasim, yang saya kirim beberapa waktu lalu melaui sebuah e-mail.

Beberapa hari kemudian, ada balasan. Menurut Hernowo, seorang penulis atau yang baru belajar menulis harus memulainya dengan memperbanyak baca buku-buku untuk memperkaya kosa-kata.

“Perkayalah diri Anda dengan kata-kata. Banyaklah membaca buku-buku yang membuat Anda senang. Hanya dengan membaca, tulisan kita akan tidak membosankan. Jika kita ‘miskin kata/bahasa’ hasil tulisan kita juga akan monoton, tidak bisa mengalir enak,” tulis Hernowo.

Jumat, 06 Maret 2015

Tafsir Khusus untuk Wanita

Judul                           :TAFSIR AL-QUR`AN WANITA Jilid 1 dan 2
Penulis                         : Imad Zaki Al-Barudi
Penberbit                     : Pena
Tahun                          : 2007
Halaman                      : 440 hal, 15,7 x 24 cm (jilid 1) dan  492 hal, 15,7 x 24 cm (jilid 2)

SEBUAH karya tafsir sebaiknya tak kenal gender. Harusnya menyeluruh dan bermanfaat bagi umum. Beberapa tafsir seperti Ibnu Katsir, Jalalaein (Dua Jalaluddin), Qurthubi, al-Azhar (Hamka), Tafsirul Al-Quran Kariim (Mullah Shadra), Al-Mizan (Allamah Muhammad Husain Thabathabai`), Fii Zhilalil Quran (Sayyid Qutub), Tafsir Mishbah (Muhammad Quraish Shihab) dan lainnya, merupakan tafsir yang tidak memihak atau fokus memilih pembaca. Semua tafsir tadi sifatnya umum. Adakah yang khusus untuk laki-laki atau wanita?

Kamis, 05 Maret 2015

Jika Ibadah Jumatan Berganti Hari?

 Jika ibadah jumatan berganti hari? Pasti tak lumrah dan dianggap sesat. Lagi-lagi kata itu yang seringkali kita takutkan untuk berbuat sesuatu yang baru dalam agama kita.

Heretis. Mungkin itu sebutan yang akan melekat pada orang yang melakukan sebuah aktivitas yang tak sesuai dengan aturan yang terdapat dalam agama. Jangan dikira hanya di Islam saja adanya orang-orang yang berbuat heretis. Mungkin pada agama lain pun ada. Salah satunya, kasus pecahnya Kristen menjadi Protestan dan Katolik serta Ortodok. Dalam agama Budha dan Hindu pun terjadi.

Selasa, 03 Maret 2015

Misi Sosial Islam


SYAIKH Ja`far Subhani dalam buku Memilih Takdir Allah, yang diterbitkan Pustaka Hidayah, Bandung, menceritakan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad Rasulullah SAW sedang bersama para sahabatnya berpapasan dengan orang Yahudi.

“Assamu`alaika! (Celakalah Engkau Muhammad !),” sapanya kepada Rasulullah. Nabi pun menjawab, “Wa a`laika (Dan juga untukmu)”.

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya dia telah mengucapkan salam kematian kepada engkau”.