Kamis, 31 Maret 2022

Dari Allah kepada Nabi kemudian Imam

Allah selaku pemegang otoritas tertinggi dalam agama Islam memilih utusan-Nya yang terpilih dan terakhir, yakni Baginda Nabi Muhammad saw. Dengan tujuan untuk membawa risalah Islam dan menyebarkannya ke seluruh umat manusia sampai menjelang Kiamat. Umat manusia diperintahkan untuk mengikuti agama yang dibawa Rasulullah saw. Mereka yang memeluk Islam ini kemudian disebut umat Islam, yang Sebagian besar pada masa itu di Jazirah Arabia. 

Selama masih ada Rasulullah saw, mereka tidak kehilangan sumber ajaran agama dan segala masalah yang menyangkut kehidupan segera dimintakan solusinya kepada Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw yang secara basyariyah (fisik) sama dengan manusia biasa dan berbeda dari dimensi kemanusiaan (insaniyah) senantiasa melakukan “dialog” dengan Sang Sumber Kebenaran. Dari-Nya kemudian diberikan jawaban berupa wahyu yang kemudian oleh Rasulullah saw disampaikan kembali kepada umatnya. Segala ucap, tindakan, dan perilaku Rasulullah saw berasal dari Allah sehingga disebut manusia agung, teladan, dan suci. 

Dikarenakan Nabi Muhammad saw berwujud manusia dan termasuk makluk-Nya sehingga tidak abadi. Sama dengan para Nabi sebelumnya, Nabi Muhammad saw pun wafat. Sudah menjadi sunatullah bahwa setiap Nabi wafat maka ada penggantinya yang melanjutkan risalah Ilahi disebarkan kepada umat manusia. Setiap Nabi menyebutkan nama dan sosok yang akan menggantikannya. Misalnya Nabi Ibrahim as menyebutkan Nabi Ismail as dan Nabi Ishaq as, kedua putranya, yang menjadi Nabi selanjutnya. Dari Nabi Ishaq as kemudian muncul para Nabi sampai berakhir pada putra Maryam binti Imran, Nabi Isa as. Ia menyebarkan ajaran Ilahi kemudian dipeluk oleh umat manusia yang agamanya disebut Nasrani (Kristen). Ia pun sama, tidak kekal di bumi, Allah kemudian mengangkatnya ke langit sehingga silsilah Nabi berakhir. 

Seiring dengan berakhirnya masa penyebaran risalah Ilahi, Nabi Isa as sama seperti para pendahulunya, memberikan informasi berkaitan dengan Nabi akhir zaman yang akan muncul di Arab bernama Muhammad (atau Ahmad) putra Abdullah bin Abdul Muthalib yang garis leluhurnya menyambung sampai kepada Nabi Ibrahim as melalui silsilah Nabi Ismail as. Nabi Muhammad saw inilah yang disebut penutup para Nabi sehingga sampai Kiamat tidak akan ada Utusan Allah. Apabila ada yang mengaku Nabi setelah Sayidina Muhammad bin Abdullah bisa dipastikan berdusta dan palsu. 

Apakah risalah berhenti?

Meski Rasul Allah yang terakhir sudah wafat, tetapi risalah Ilahi berupa ajaran agama Islam tidak berakhir. Sebagaimana tradisi para Nabi sebelum Rasulullah saw, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk mengangkat seorang washi, maula, dan khalifah yang akan melanjutkan penyebaran risalah Ilahi dan mempertahankan agama Islam di muka bumi ini sampai Kiamat. Rasulullah saw menjelang masa akhir kehidupannya di bumi, sepulang dari haji wada bersama sekira seratus dua puluh ribu orang berhenti di Ghadir Khum. Rasulullah saw menyampaikan pesan-pesan Ilahi agar umat Islam tetap memelihara keimanan kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, menjaga diri dari perbuatan dosa, beramal saleh, dan menyampaikan bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah merupakan washi, maula, dan khalifah Islam setelah Rasulullah saw. Kemudian dalam sejumlah riwayat dan hadits (yang mutawatir) disebutkan pula orang-orang yang menjadi pelanjut Sayidina Ali (setelah wafat) berjumlah sebelas orang yang semuanya berasal dari keturunan Rasulullah saw dari garis Sayidah Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah saw. Mereka inilah yang kemudian disebut Imam Ahlulbait. 

Para Imam Ahlulbait ini dalam hidupnya tidak mulus. Ia diserang dan dibunuh secara kejam oleh orang-orang yang ingin menghilangkan Islam yang bersumberkan dari Rasulullah saw dan Allah. Sebelas Imam Ahlulbait wafat dan yang terakhir, Imam Mahdi Al-Muntazhar, berada dalam keadaan ghaib (menghilang sementara) pada 230 H./875 M., saat Dunia Islam di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang dikenal tidak respon dengan Imam Ahlulbait dan ajaran Rasulullah saw. Imam Ahlulbait yang terakhir ini kelak akan hadir dan muncul di tengah umat Islam sekira tujuh dan sembilan tahun sebelum terjadinya Kiamat. 

Ketika masa ghaib Imam Mahdi ini, hanya empat orang wakilnya yang dirujuk dan diminta pendapat berkaitan dengan ajaran Rasulullah saw dan risalah Ilahi. Setelah empat wakilnya wafat tidak ada lagi orang yang dijadikan sandaran dalam urusan agama Islam. Otoritas agama Islam yang berdasarkan nash (dalil) berhenti pada mereka. Hanya saja berdasarkan wasiat Imam Mahdi bahwa umat Islam yang setia dengan risalah Ilahi (Al-Quran), ajaran Rasulullah saw, dan pengikut Ahlulbait dipersilakan untuk merujuk pada orang berilmu (ulama dari pengikut mazhab Ahlulbait) yang mendalam dalam urusan ilmu agama dan mengetahui masalah lain yang berkaitan dengan zamannya. Ulama yang mendalam dalam ilmu agama ini disebut marja’ taqlid atau faqih. Tidak semua ulama bisa menduduki posisi ini. Hanya ulama yang termasuk mujtahid yang keulamannya telah teruji dan diakui oleh ulama-ulama pengikut Ahlulbait. Mereka inilah yang boleh dirujuk, diminta pendapat, dan dijadikan pembimbing dalam urusan Islam, ajaran-ajaran Rasulullah saw, dan dalam beribadah kepada Allah. 

Singkatnya, untuk menjadi Muslim atau Muslimah yang benar dan sempurna harus merujuk kepada marja taqlid dalam berbagai urusan yang menyangkut Islam dan kehidupannya. Seorang marja’ tentunya tidak sembarang dalam memecahkan masalah atau mengeluarkan fatwa. Ia harus menggali dari Al-Quran, khazanah hadits dan riwayat dari Imam Ahlulbait yang diwariskan dari Rasulullah saw.*** (ahmad sahidin)