Selasa, 28 November 2017

(Hadis) Pahala yang Membaca Shalawat

Diriwayatkan dari Imam ‘Ali al-Ridha as bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang membaca shalawat 100 kali kepadaku di hari Jumat, Allah Ta‘ala menetapkan (mengabulkan) baginya 60 keperluan: 30 di dunia dan 30 di akhirat.”

[Syaikh Shaduq Abi Ja‘far Muhammad bin ‘Ali bin al-Husain bin Babawaih al-Qummi, Tsawab al-A‘mal wa ‘Iqab al-A‘mal, (Qum: Thali‘ah Nur, 1431 H), cet. 5, hal.188].

Sabtu, 25 November 2017

Selamat Hari Guru, Putra Sang Cendekiawan

Saya kembali menulis. Meski tak ada yang baca, biarlah ini menjadi bukti dari kebersatuan saya dalam dunia global. Ini tentang masa lalu. Yang terlewati. Sekira tahun 2002. Saya masih teringat. Saat masih mahasiswa di UIN Bandung. Saya termasuk pembaca buku. Modalnya hanya masuk perpustakaan dan pinjam buku. Lalu dibaca dan setelahnya dikembalikan. Saya baca satu buku karya cendekiawan Muslim yang kemudian dikenal sebagai tokoh Syiah di Bandung. Tulisannya mencerahkan dan menyajikan pengetahuan yang mudah dicerna. Dari buku-bukunya saya lantas mengenal tokoh-tokoh Islam di dunia, termasuk generasi awal Islam pascawafat Rasulullah Saw.
 
Kepada sosok cendekiawan itu, saya merasa penasaran. Ingin ketemu dan seorang teman mengantarkan saya pada majelisnya.

Senin, 06 November 2017

Historiografi: Rekonstruksionisme, Konstruksionisme, dan Dekonstruksionisme

Saya ingin berbagi sedikit informasi tentang historiografi, yang terkait dengan pemikiran kesejarahan dan aliran sejarah yang berkembang dalam studi sejarah kontemporer. Kajian ini pernah saya dapatkan dalam mata kuliah Ilmu Sosial Humaniora yang diampu oleh Dr Setia Gumilar dan mata kuliah Filsafat Sejarah oleh Dr Djodjo di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2016.

Tentang aliran historiografi (model dan bentuk penyusunan tulisan sejarah) bahwa Alun Munslow menyebutkan secara umum ada tiga karakter.[1]

Minggu, 05 November 2017

Mampir ke Toko Buku di Buah Batu Bandung

04 November 2017

Sabtu pagi sekira jam 08.30, saya mampir ke toko buku di jalan buah batu Bandung. Di dalam terpajang buku-buku yang menarik minat baca saya: filsafat, sejarah, agama, dan sastra. Bahkan novel dan buku pelajaran pun ada.

Saya melihat buku-buku karya Kuntowijoyo berupa disertasi yang tebal dan harganya 200ribu, novel-novelnya, kumpulan esainya, dan buku kecil Dinamika Umat Islam. Sayangnya harga buku-buku tersebut di atas 60ribu. Juga buku-buku filsafat dan sejarah serta agama harganya sekira 70-100ribu. Hanya bisa menikmati blurb dan catatan pengantar. Itu pun kalau buku tersebut dibuka plastiknya.

Jumat, 03 November 2017

Filsafat Sejarah, Adakah masa Yunani Kuno?

SAYA teringat dengan pernyataan Dr. Sulasman saat menyarankan salah seorang teman untuk menulis sejarah pemikiran tokoh Muhammadiyah. Menulis sejarah pemikiran seorang tokoh harus membaca buku-buku atau karya tulis dari tokoh tersebut. Kemudian diseleksi informasi yang mendukung pada penelitian dan merangkai bentuk pemikirannya secara kronologis. Supaya tidak kering dikaji pula aspek dan hal-hal yang mempengaruhinya dari berbagai sisi dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial.

Dari pernyataan itu saya termenung. Apalagi ketika ditugaskan untuk menulis makalah tentang teori sejarah fatum dan teori sejarah Santo Augustinus (abad 4 Masehi). Semakin membuat saya sedikit keteteran. Betapa tidak, sejumlah literatur yang membahas dua teori sejarah itu lebih banyak ditulis dalam bahasa Inggris dan beredar dalam jurnal-jurnal ilmiah. Cukup sulit mengaksesnya kalau tidak menggunakan internet. Karena itu, saya coba telusuri. Saya temukan beberapa jurnal dan buku berbahasa Inggris. Namun, untuk tema kesejarahan tidak banyak.

Kamis, 02 November 2017

Tiga Langkah Penelitian Historiografis

History is philosophy teaching by examples,” kata Dionysus dari Halicarnassus. Sejarah  memberikan kita contoh tentang kecintaan kepada kebenaran.  Leopold von Ranke menegaskan bahwa “the first demand is pure love of truth.” Atau sejarah, menurut salah seorang murid Ranke, adalah “not the truth and light; but a striving for it, a sermon on it, a  consecration to it.”

Menurut muridnya yang lain, “History is divine service in the broadest sense.” Bagikita, studi sejarah bukan hanya ingin mengungkapkan masa lalu “wie es eigentlich gewesen” seperti yang diajarkan Ranke. Kita ingin studi sejarah seperti kaum historisis dapat menunjukkan kepada kita “socially motivated misrepresentations of the past” sehingga kita  menyadari kesalahan dalam memandang dan menafsirkan masa lalu. 

Rabu, 01 November 2017

Memahami Historical Critical Method

PADA abad ke-18 dan 19 M, di Jerman berkembang Historical Critical Method (HCM). Dengan metode ini, sumber-sumber sejarah dilihat dengan sikap kritis. Sumber sejarah diterima dengan sejumlah pertanyaan. Default dari sumber sejarah adalah palsu, sampai ia terbukti benar. Sejarahwan harus memulai penelitiannya dengan meragukan otentisitas dan reliabilitas sumber sejarah. Peneliti sejarah harus menepis sampah-sampah sejarah, menggali lebih dalam, sehingga ia menemukan di balik reruntuhan pemalsuan,—menurut sejarahwan besar dari Jerman, Leopold von Ranke—wie es eigentlich gewesen, apa yang benar-benar terjadi. Verifikasi dengan prinsip konsistensi, analogi, dan disimilaritas.