Kajian pluralisme sangat menarik
dibahas. Sudah banyak dibahas oleh ilmuwan dan cendekiawan, baik muslim atau
non muslim. Sekarang ini yang perlu mendapat sorotan berkaitan perbuatan baik
non Islam atau orang yang tidak beragama Islam, tetapi memiliki kontribusi
terhadap umat manusia.
Sebagaimana diketahui Bunda Teresa,
Thomas Alfa Edison, Pasteur, Hunain bin Ishaq, dan orang non Islam lainnya
karyanya bermanfaat bagi umat Islam.
Atau yang lebih menarik lagi adalah apakah hanya Ahlussunnah saja yang
masuk surga dan diterima Allah? Benarkah
hanya pengikut Syiah saja yang selamat dan dapat syafaat dari Nabi
Muhammad saw dan Ahlulbait? Inilah persoalan al-taaddudiyyah ad-diniyyah, yang
cukup rumit diuraikan.
Beruntung saya membaca karya
Murtadha Muthahhari yang membahas secara khusus terkait dengan perbuatan non
Muslim, dalam buku yang berjudul: Islam
and Religious Pluralism. Buku ini sudah diterjemahkan dengan judul: Mestikah
Bunda Teresa Masuk Neraka? Diterbitkan PT IIman Jakarta, tahun
2006.
Dalam buku Mestikah
Bunda Teresa Masuk Neraka?
Muthahhari menyatakan bahwa perbuatan baik non Islam yang didasarkan untuk
mencari kedekatan dengan Allah maka perbuatan baiknya bisa diterima selama
sesuai dengan program Ilahi seperti pengabdian kepada sesama makhluk Allah.
Apabila tanpa dasar maka tidak dapat diterima (halaman 160). Dengan perbuatan baik, meski seseorang tidak
beriman kepada Allah dan hari pengadilan, atau bahkan menyekutukan Allah maka
akan diringankan hukumannya (halaman 8). Karena suatu perbuatan menjadi baik
dan terpuji ketika ia memiliki kebaikan dari dua aspek: “kebaikan yang
berhubungan dengan perbuatan, dan kebaikan yang berhubungan dengaan si pelaku”
(halaman 10).
Dalam surah
Ar-Rahman ayat 60 disebutkan setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan,
surah Zalzalah ayat 7-8 perbuatan baik terkecil pun akan dapat balasannya, dan
surah Al-Mulk ayat 2 bahwa Allah menjadikan mati dan hidup untuk menguji siapa
yang terbaik amalnya. Dalam surah Al-Maidah ayat 69 disebutkan bahwa,
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabi’in dan orang-orang
Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah,
hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Tercantum pula dalam surah
Al-Baqarah ayat 62 dan al-Hajj ayat 17dengan subtansi yang sama.
Dengan mengutip
penafsiran Sayyid Muhammad Husein Fadlullah dalam kitab Min Wahy al-Qur’an, Dr Jalaluddin Rakhmat dalam buku Islam dan
Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan, menyatakan makna ayat
tersebut menegaskan keselamatan pada hari akhirat akan dicapai oleh seluruh
agama yang berbeda-beda di dalam pemikirannya, di dalam pandangan hidupnya
dalam syariatnya; tetapi Allah terima semuanya itu dengan satu syarat, yaitu
iman kepada Allah, iman kepada hari akhir, dan melakukan amal saleh. (Ahmad
Sahidin)