Rabu, 09 Desember 2015

Murtadha Muthahhari: Perbuatan Baik non Islam

Kajian pluralisme sangat menarik dibahas. Sudah banyak dibahas oleh ilmuwan dan cendekiawan, baik muslim atau non muslim. Sekarang ini yang perlu mendapat sorotan berkaitan perbuatan baik non Islam atau orang yang tidak beragama Islam, tetapi memiliki kontribusi terhadap umat manusia.

Sebagaimana diketahui Bunda Teresa, Thomas Alfa Edison, Pasteur, Hunain bin Ishaq, dan orang non Islam lainnya karyanya bermanfaat bagi umat Islam.  Atau yang lebih menarik lagi adalah apakah hanya Ahlussunnah saja yang masuk surga dan diterima Allah? Benarkah  hanya pengikut Syiah saja yang selamat dan dapat syafaat dari Nabi Muhammad saw dan Ahlulbait? Inilah persoalan al-taaddudiyyah ad-diniyyah, yang cukup rumit diuraikan.

Muthahhari
Beruntung saya membaca karya Murtadha Muthahhari yang membahas secara khusus terkait dengan perbuatan non Muslim, dalam buku  yang berjudul: Islam and Religious Pluralism. Buku ini sudah diterjemahkan dengan judul: Mestikah Bunda Teresa Masuk Neraka? Diterbitkan PT IIman Jakarta, tahun 2006.

Dalam buku Mestikah Bunda Teresa Masuk Neraka? Muthahhari menyatakan bahwa perbuatan baik non Islam yang didasarkan untuk mencari kedekatan dengan Allah maka perbuatan baiknya bisa diterima selama sesuai dengan program Ilahi seperti pengabdian kepada sesama makhluk Allah. Apabila tanpa dasar maka tidak dapat diterima (halaman 160). Dengan perbuatan baik, meski seseorang tidak beriman kepada Allah dan hari pengadilan, atau bahkan menyekutukan Allah maka akan diringankan hukumannya (halaman 8). Karena suatu perbuatan menjadi baik dan terpuji ketika ia memiliki kebaikan dari dua aspek: “kebaikan yang berhubungan dengan perbuatan, dan kebaikan yang berhubungan dengaan si pelaku” (halaman 10).

Dalam surah Ar-Rahman ayat 60 disebutkan setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, surah Zalzalah ayat 7-8 perbuatan baik terkecil pun akan dapat balasannya, dan surah Al-Mulk ayat 2 bahwa Allah menjadikan mati dan hidup untuk menguji siapa yang terbaik amalnya. Dalam surah Al-Maidah ayat 69 disebutkan bahwa, “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabi’in dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Tercantum pula dalam surah Al-Baqarah ayat 62 dan al-Hajj ayat 17dengan subtansi yang sama.

Dengan mengutip penafsiran Sayyid Muhammad Husein Fadlullah dalam kitab Min Wahy al-Qur’an,  Dr Jalaluddin Rakhmat dalam buku Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan, menyatakan makna ayat tersebut menegaskan keselamatan pada hari akhirat akan dicapai oleh seluruh agama yang berbeda-beda di dalam pemikirannya, di dalam pandangan hidupnya dalam syariatnya; tetapi Allah terima semuanya itu dengan satu syarat, yaitu iman kepada Allah, iman kepada hari akhir, dan melakukan amal saleh. (Ahmad Sahidin)