Minggu, 12 Desember 2021

Tarikh Nabi: Menjadi Rasul Allah

Pada usia empat puluh tahun, Sayyid Muhammad bin Abdullah yang sehari-hari bersama istri dan keponakannya, Ali bin Abi Thalib, merasakan suasana yang tidak sempurna dalam kehidupan masyarakat Arab. Sejak lahir hingga menikah, Sayyid Muhammad bin Abdullah melihat masyarakat Arab terus menerus berada dalam Kondisi tidak bermoral dan menyembah patung-patung (berhala).  Hampir setiap hari melihat penindasan dan perbuatan-perbuatan tidak manusiawi yang dilakukan masyarakat Makkah. Para budak terus menerus dipekerjakan tanpa upah yang cukup, bahkan tidak sedikit yang disiksa hanya karena tidak sempurna dalam bekerja. Kaum perempuan hanya dimanfaatkan sebagai pemuas syahwat (berahi). Praktik zinah berlangsung di tengah masyarakat Makkah. Setiap lelaki kaya dan bangsawan boleh berganti-ganti pasangan. Setiap lelaki yang beristri diperbolehkan untuk bertukar pasangan dengan kawannya. Seorang anak lelaki yang ditinggal mati ayahnya menjadi pemilik sah istri-istri ayahnya dan anak lelaki tersebut diperkenankan untuk memuaskan berahi dengan istri ayahnya (asal bukan ibu kandungnya). Bahkan ia bisa mempekerjakannya sebagai wanita penghibur.

Jumat, 10 Desember 2021

Tarikh Nabi: Pemugaran Kabah

Saat Sayyid Muhammad bin Abdullah berusia 35 tahun, kabilah Quraisy Makkah pernah konflik. Peristiwa ini terkait dengan renovasi Kabah (Baitullah) yang rusak akibat banjir. Orang-orang Makkah memperbaikinya dengan melibatkan seluruh kabilah yang ada di Makkah. Pekerjaan ini diawali oleh Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian diikuti yang lain setelah melihat tidak terjadi apa-apa terhadapnya. Mereka membagi bagian bangunan Kabah sehingga setiap kabilah mendapat bagian dan mereka mengerjakan sesuai dengan bagiannya. Disebutkan bahwa yang menjadi pimpinan proyek bernama Baqum berasal dari negeri Romawi.

Kamis, 09 Desember 2021

Tarikh Nabi: Masa Kecil hingga Dewasa

Setelah persalinan, beberapa hari kemudian Abdul Muthalib, sang kakek, membawa Sayyid Muhammad yang masih bayi itu ke Baitullah (Ka’bah) dan diberi nama Muhammad, yang berarti orang yang terpuji, dan ibunya memberi nama Ahmad.[1] Kemudian para ulama menyebut Nabi Muhammad Saw dengan panggilan Al-Mushthafa, manusia pilihan.

Rabu, 08 Desember 2021

Martabat Tujuh menurut Hasan Mustapa

Menurut Hasan Mustapa, setelah mencapai (mengalami) tahap akhir Gelaran Sasaka Di Kaislaman (untuk menjadi manusia sempurna) seseorang harus memahami (meyakini) perjalanan ketuhanan dan proses penciptaan alam semesta.

Proses perjalanan spiritual yang dibahas Hasan Mustapa ini terangkum dalam naskah Martabat Tujuh. Kalau dilihat dari khazanah sufistik, konsep Martabat Tujuh merupakan adaptasi dari teori kosmologi yang dikemukakan Syaikh Syamsuddin Pasai.

Minggu, 05 Desember 2021

Buah Berbakti kepada Ibu

SEORANG pemuda beragama Nasrani (Kristen) yang baru masuk Islam menjumpai Imam Ja‘far Shadiq.

Ketika pemuda itu sudah sampai di rumah, Imam Jafar memanggilnya untuk masuk. Setelah itu Imam Jafar bertanya, “Katakanlah apa yang kau butuhkan?”

Pemuda itu berterus terang, “Sesungguhnya ayah dan ibuku serta seluruh keluargaku beragama Nasrani. Ibuku matanya buta dan aku hidup bersama dengan mereka dan makan dari bejana mereka.”

Imam Jafar berkata, “Apakah mereka makan daging babi?”

Jumat, 03 Desember 2021

(Sekadar) Resensi buku Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis

Akhirnya saya menulis lagi dan tetap tidak serius. Maklum hanya pembaca dan sekadar berbagi saja. Masih tentang buku yang dibaca. Kali ini buku yang dibaca berjudul Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis. Mari kita mulai.

Kamis, 02 Desember 2021

Khutbah Jumat Pertama Rasulullah Saw

Dalam perjalanan hijrah, Nabi singgah di Quba dan tinggal di rumah Kultsum bin Hadam, kepala Bani Amar bin Auf, yang terletak sekira 10 km dari Madinah. Di tempat persinggahan ini Nabi membuat masjid yang dikenal dengan nama Masjid Quba atau disebut Wadi. Nabi juga menggelar shalat dan khutbah Jumat yang pertama dalam sejarah. Rasulullah Saw dalam khutbahnya menyampaikan:

Rabu, 01 Desember 2021

Resensi buku The Heart of Islam

Seyyed Hossein Nasr, penulis buku The Heart of Islam. Buku ini terbit dalam bahasa Indonesia oleh Mizan tahun 2003. Buku yang bernas dengan pemikiran yang coba jawab tantangan zaman yang di masyarakat Islam modern. 

Tebal buku 405 halaman dan diberi pengantar Budhy Munawar Rachman.Saya membaca buku ini sekira tiga pekan. Full dari halaman awal sampai akhir halaman, termasuk indeks pun saya lihat. Dari konten, buku ini padat dan tema yang disajikan dalam tiap babnya pun relevan dengan kondisi zaman modern.