Rabu, 25 September 2019

Resensi buku Si Kabayan Returns


Buku "Si Kabayan Returns" ini ditulis oleh Yus R. Ismail. Penerbitnya Bhuana Sastra, Jakarta, tahun 2017. Tebalnya 142 halaman. Isinya terdiri 33 cerita. Narasinya pendek dan berbentuk dialog sehingga enak dibaca. Yang paling khas adalah lucu. Ya, memang demikian isi dari buku ini. Sesuai dengan karakter Sunda yang dominan dengan canda dan tawa. 

Dan narasi Kabayan ini lebih dari sekadar tawa, tetapi ada edukasi hidup dan cara menghadapi kehidupan yang susah, cukup dihadapi dengan kecerdikan dan sikap santai. Ini sangat sulit bagi orang biasa. 

Selasa, 24 September 2019

Bahasa Arab dan Belajar Agama


Belajar bahasa asing, khususnya bahasa Arab bisa dikatakan harus penuh waktu dan serius. Kalau hanya paruh waktu, atau sekadar menyempatkan maka akan sangat lambat sampai pada kemampuan baca, paham, dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Ini yang saya alami dan rasakan.

Di kampus UIN Bandung, saya belajar bahasa Arab sekira tiga semester. Saat kuliah pun saya ambil kursus bahasa Arab pada dosen di Universitas Islam Nusantara Bandung sekira enam bulan. Maklum kuliah di jurusan sejarah dan peradaban Islam mesti merujuk pada sumber teks berbahasa Arab sehingga mengetahui tanpa melalui penafsiran dari orang lain. 

Sabtu, 21 September 2019

Dina Sual Paham Agama, Hayu Urang Mayunkeun Akhlak

AYEUNA anu janten obrolan urang Islam di Indonesia, anu keur rame perkawis mazhab Sunni sareng mazhab Syiah. Urang Islam anu mazhabna Syiah nyebatkeun Sayidina Ali bin Abi Thalib ra katut katurunan ti Sayidah Fatimah putrina Rasulullah saw anu kenging wasiat janten Imam (pupuhu dina kaagamaan/otoritas Islam) saba'da Rasulullah saw.  

Hal eta dumasar kana hadis yen aya dua welas jalmi anu baris janten pampingpin: Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Ali Zainal Abidin (putra Husein bin Ali), Muhammad Baqir (putra Ali Zainal Abidin), Jafar Shadiq (putra Muhammad Baqir), Musa Kadzim (putra Jafar Shadiq), Ali Ar-Ridha (putra Musa Kadzim), Muhammad Al-Jawad (putra Ali Ar-Ridha), Ali Al-Hadi (putra Muhammad Al-Jawad), Hasan Askari (putra Ali Al-Hadi), sareng anu pamungkas: Imam Mahdi (putra Hasan Askari). Eta pamingpin Islam sabada Rasulullah saw numutkeun Syiah Imamiyah atanapi Itsna Asyariyah. Aya deui Syiah Zaidiyah, Ismailiyyah, jeung sajabina. Ngan anu seueur umatna mah ukur Syiah Imamiyah.

Kamis, 19 September 2019

Dahulukan Akhlaq agar Tidak Konflik Fiqih

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh. Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. 

Hapunten anu kasuhun ka sadaya wargi kuring. Ini kasus mungkin bisa masuk kategori tentang interaksi yang tidak harmonis dan pendidikan Agama Islam yang tidak komprehensif dalam pemahaman agama Islam. 

Ceritanya bahwa kemarin pun bojo (istri saya) mengabarkan dari temannya tentang dua anaknya bertengkar mengenai buka puasa dengan pamannya. Kejadiannya saat kumandang adzan maghrib. Pamannya mengajak dua ponakannya untuk buka puasa. Salah seorang menjawab dengan kalimat: "engke bukana mun geus poek, can waktuna ayeuna mah (nanti kalau sudah gelap, sekarang belum waktunya)".

Rabu, 18 September 2019

Resensi buku The Road to Muhammad (saw)

Sampurasun. Mugia sadayana anu kersa maos ieu seratan kenging panangtayungan Allah Ta’ala sareng syafaat Kangjeng Nabi Muhammad saw. Allahumma Shalli Sayyidina ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Sayyidina Muhammad. 

Sapertos biasa simkuring bade ngabewarakeun perkawis buku ngeunaan Kangjeng Nabi Muhammad saw. Hapunten dina ieu seratan mah hanteu mundel sabab simkuring kirang pangarti, kirang elmu. Janten ngan ukur wawaran hungkul.

Dahulu saat Kang Jalal (Jalaluddin Rakhmat) memiliki akun facebook, saya sempat tanya tentang buku The Road to Muhammad yang terbit. Apakah itu lanjutan The Road to Allah atau Al-Mushthafa: Manusia Pilihan yang Disucikan? Kang Jalal menjawab: The Road to Allah. Saat itu saya belum beli buku The Road to Muhammad. Kini, sudah memiliki dan tuntas membacanya.

Jumat, 13 September 2019

Resensi buku Struktur Filosofis Artefak Sunda


Buku Struktur Filosofis Artefak Sunda ini tebalnya 186 halaman. Terbagi 4 bab dan tersaji juga lampiran. Meski dibilang tipis, tetapi isinya tak bisa langsung dicerna. Mesti dikunyah saat baca. Mesti perlahan dan tidak terburu-buru. Pasalnya ini buku mengajak untuk memberi makna atas sejumlah artefak berupa tinggalan masa lalu di Jawa Barat dari sejak benda pekakas, syair, gundukan tanah, makam, posisi jalur sungai sampai batuan yang menumpuk pun diberi interpretasi.

Sekilas itulah isi buku karya Prof Jakob Sumardjo yang berjudul Struktur Filosofis Artefak Sunda (Bandung: Kelir, 2019). Pak Jakob adalah seorang budayawan kelahiran Klaten Jawa Tengah dan besar serta berkiprah di Bandung. Saat kenal Pak Jakob di kampus UIN Bandung. Ia kerap datang saat mahasiswa memintanya untuk menadi narasumber diskusi secara terbatas. Meski bukan dosen UIN, tetap bersedia dan mau berbagi ilmu dengan mahasiswa tanpa dibayar.

Selasa, 10 September 2019

Review Buku CERITERA DIPATI UKUR: KARYA SASTRA SEJARAH SUNDA

DI Tatar Sunda terdapat tokoh-tokoh yang terkenal. Saking hebatnya ada yang sampai disakralkan. Di antara tokoh yang kerap hidup dalam memori kolektif masyarakat Sunda adalah Bagenda Ali (bin Abi Thalib), Abdul Qadir Jaelani, Prabu Siliwangi, dan Dipati Ukur. 

Dua nama yang pertama dikenal pada kalangan masyarakat Islam Sunda. Sedangkan dua nama yang terakhir populer pada kalangan masyarakat Sunda yang memliki orientasi kebudayaan dan merindukan kejayaan Sunda.

Sosok Siliwangi, dikenal tokoh sakti dan raja Sunda yang hebat. Hingga kini sosok legendaris Sunda itu misterius keberadaannya. Tidak ada makamnya. Ada yang bilang ngahiang, tilem. Begitu pun Kerajaan Pajajaran, tidak ada laratan berupa jejak bangunan. Padahal, secara historis lebih awal berdiri dari Kesultanan Cirebon dan Banten. Kedua kerajaan ini memiliki jejaknya yang sampai sekarang pun memiliki raja. Namun, untuk Pajajaran tidak ada. Seakan-akan menjadi misteri yang hilang dari sejarah Sunda.

Senin, 09 September 2019

Review buku Sejarah Lisan, Konsep, dan Metode

Book Review[1]

SEJARAH lisan, bagi saya, termasuk disiplin ilmu baru. Dahulu saat kuliah saya tidak mempelajarinya karena memang belum masuk dalam mata kuliah. Sekarang ini saya mulai mengenalnya. Guru saya, Dr Asep Ahmad Hidayat dan Dr Setia Gumilar, menyatakan sejarah lisan bagian dari metode penelitian sejarah untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersumberkan dari memory (ingatan). Sejarah yang bertumpu pada kaidah: no document, no history, dinilai kurang memuaskan sebagian peneliti dalam mengungkap dan memahami masa lalu yang tidak tertulis. Selama ini rekonstruksi sejarah masih bertumpu pada peristiwa dan tokoh besar. Sejarah identik dengan kaum elit dan istana. Sedangkan kalangan wong cilik dan kaum alit kurang muncul dalam gelanggang sejarah yang direkonstruksi para peneliti sejarah.

Jumat, 06 September 2019

Tentang Kasus Milkul Yamin

Saya tidak tahu harus komentar apa. Hanya saja terkait dengan disertasi Milkul Yamin ini masalah ilmiah menjadi urusan MUI dan wacana publik. Saya kira problematika media dan sebarannya yang kemudian menjadi wacana. Mulai dari Kyai, Ustadz, masyarakat awam, sampai tukang becak pun ikut ngomong.

Kamis, 05 September 2019

Review buku Sejarah Lisan untuk Masyarakat Sejarawan Setempat

Book Review[1]

Willa Klug Baum lahir di Chicago,  4 Oktober 1926 dan pernah tinggal di Jerman dan Swiss untuk menempuh pendidikan. Willa pernah menjadi reporter koran lokal dan menimba ilmu sejarah dari Profesor Paul Smith dengan beasiswa dari Mills College di Oakland.

Setelah mendapat gelar master dari Mills, Willa menerima beasiswa dari Universitas California untuk program Ph.D bidang sejarah. Di tempat kuliah ini bertemu dengan Paul Baum, yang juga seorang mahasiswa, kemudian menikah dan tinggal di Berkeley.