Rabu, 22 Februari 2017

Sikap Imam terhadap Penguasa Umayyah

Salah satu tradisi saat berkuasanya Daulah Umayyah adalah menyampaikan ceramah singkat atau kultum tiap menjelang shalat berjamaah di masjidSelain menyampaikan doktrin Islam, juga digunakan sebagai alat untuk mencaci-maki dan menghina atau menghujat lawan politiknya. Sudah bukan lagi rahasia jika keluarga Imam Ali bin Abu Thalib dan Syiah dianggap sebagai penentang.

Setelah wafat Imam Ali, masyarakat Islam meyakini Imam Hasan putra Imam Ali sebagai khalifah rasyidin yang keempat. Namun karena desakan situasi politik yang tidak memihak dan teror terus menimpa umat Islam dari penguasa Daulah Umayyah, khususnya Muawiyah bin Abu Sufyan maka Imam Hasan berdamai kemudian menyerahkan pemerintahannya kepada Muawiyah.

Selama memerintah, penguasa Daulah Umayyah tidak berhenti menyakiti keluarga Imam Ali beserta pengikutnya. Dapat dipahami tindakan tersebut untuk menghambat jalur-jalur pemberontakan terhadap Daulah Umayyah. Karena itu, setiap kali ada yang tidak sepakat atau dianggap berpotensi merongrong kekuasaan maka dengan segera diamankan sampai berakhir dengan kematian.

Rabu, 08 Februari 2017

Skisma Dalam Umat Islam

Ranah fikih dan akidah/ilmu kalam bersifat personal sehingga tak jarang ada penafsiran yang beda di antara sesama muslim, terutama di antara ulama/mujtahid.

Bukan hanya di antara mazhab yang besar, sunni dan syiah, juga di dalam internal keduanya.

Minggu, 05 Februari 2017

Tasawuf Mempertemukan Sunni dan Syiah

Dr Ajid Thohir dalam perkuliahan di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung pernah menyampaikan bahwa pertemuan Sunni dan Syiah terwujud pada tasawuf.

Dalam tasawuf, terdapat silsilah keilmuan dan guru yang berantai hingga kepada Rasulullah saw dan Allah. Setiap mata rantai guru sufi menyambung kepada para Imam Syiah seperti Imam Ali Ridha kemudian kepada Imam Musa Kazhim, Imam Jafar Shadiq, Imam Muhammad Baqir, Imam Zainal Abidin, Imam Husain, Imam Hasan, dan Imam Ali bin Abi Thalib ra.

Kamis, 02 Februari 2017

Abdul Karim Soroush: Agama dan Pemikiran Keagamaan

Abdul Karim Soroush lahir di Teheran, Iran, tahun 1945. Pendidikan menengah di Sekolah Menengah Murtazawi dan Sekolah Menengah Alawi, dan masuk Jurusan Farmakologi Universitas Teheran, Iran. Kemudian melanjutkan ke program doktor bidang sejarah dan filsafat sains di Chelsea College, London, Inggris.

Semasa belajar di Sekolah Dasar, Soroush menyenangi puisi-puisi karya Sa`di dan sering membuat puisi. Saat di sekolah menengah sempat menjadi anggota Anjoman-e Hojatiyyeh (organisasi yang khusus mengkaji tradisi Syi`ah dan ajaran-ajaran Bahai`) dan terlibat dalam organisasi non-sekterian Muslim Qurani.

Abdul Karim Soroush mengaku bahwa dirinya sangat mengagumi pemikiran keagamaan dan filsafat Ayatullah Murtadha Muthahhari, terutama karya-karya Muthahhari yang berbau filsafat. Salah satunya buku komentar dan penjelasan (syarh) atas karya Allamah Muhammad Husain Thabathabai` yang berjudul Ushul Falsafe wa Rawish-e Rialism. Bahkan Soroush mendapatkan bimbingan langsung dari ulama yang direkomendasikan Muthahhari saat meminta padanya untuk diajari filsafat Islam. Kekaguman Soroush pada Muthahhari tidak menutupnya untuk melayangkan kritik yang cukup pedas. Menurut Soroush, Muthahhari merupakan sosok ulama-intelektual yang pemikiran-pemikirannya terlihat menyakralkan filsafat Islam. Padahal, filsafat Islam tidak lain hanyalah variasi dari filsafat Yunani dan produk pemikiran manusia yang masih terbuka untuk dikritik dan direvisi ulang.