Jumat, 28 Agustus 2015

Laki-laki dan Perempuan, Bedakah?

SAYA pernah baca sebuah buku tentang perempuan yang ditulis oleh salah seorang Muslim yang cukup terkenal di Indonesia. Pada buku itu diterangkan bahwa perempuan pada dasarnya punya kekhususan yang sangat berbeda, baik dari mental, intelektual maupun spiritual. Menurut penulis buku itu, Tuhan memberikan syahwat kepada wanita sebanyak sembilan dan pada laki-laki diberikan satu; sedangkan akal diberikan pada wanita satu dan sembilan pada laki-laki.

Jelas, pernyataannya itu tampak bahwa semua yang tampak pada wanita sangat bernuansa syahwat atau mengandung daya tarik birahi kaum laki-laki. Syahwat biasanya dekat dengan dimensi emosi. Karenanya, mengapa wanita cenderung lebih emosional dan cepat marah serta sensitif, karena aspek syhwat lebih besar. Tapi ini penting. Sebab syahwat itu dapat menentramkan laki-laki dan mengendalikan seorang pasangannya. Cuma kalau sudah aspek syahwat yang keluar, seorang
wanita kadang tak bisa mengendalikan dirinya. Ia suka cepat ngambil kesimpulan, suka cepat emosi, dan rada susah baik kembali. Juga suka memendam masalah.

Kamis, 27 Agustus 2015

Kesalahpahaman Terhadap Rasulullah SAW


Senin, 9 Maret 2009, saya menghadiri sebuah acara Maulid Nabi Muhammad saw di sebuah pertokoan Muslim di kawasan BKR Lingkar Selatan Bandung. Pada hari libur itu saya mendapatkan wawasan luar biasa mengenai sejarah Islam, khususnya pemahaman tentang Rasulullah saw, dari seorang ustadz muda lulusan dari Iran yang bernama Miftah Fauzi Rakhmat.

Ustadz Miftah memulai kajiannya dengan melemparkan tiga pertanyaan kepada jamaah. Setiap jamaah yang bisa menjawabnya mendapatkan buku yang dibawanya, yang berjudul “Al-Musthafa”.
Pertanyaan pertama yang dilontarkannya adalah: di daerah manakah Rasulullah saw lahir? Sebutkan lima silsilah Nabi saw lima ke atas dan lima ke bawah? Dan siapa yang paling duluan datang ke majelis tersebut?

Jawaban yang ketiga diketahui melalui daftar hadir. Untuk jawaban pertama dan kedua tampaknya sangat sulit bagi jamaah yang hadir. Meski agak lama, tapi ternyata ada juga yang bisa menjawabnya. Yakni bahwa Rasulullah saw lahir di kaki gunung Qubaisyi, kampung Suqullail, Makkah. Kini rumah tempat kelahirannya itu menjadi perpustakaan umum yang tidak pernah dibuka. Perpustakaan tersebut, menurut Ustadz Miftah, setiap kali datang ke sana selalu dalam keadaan tutup. Kondisinya pun cukup memperihatinkan karena berada di belakang lokasi tempat kelahiran Rasulullah saw terdapat terminal yang kebersihannya tidak terjaga.

Selasa, 25 Agustus 2015

Nasrudin Khoja

Suatu saat Nasrudin Khoja diundang ke istana. Di pintu istana ia dicegah masuk oleh pengawal karena berpakaian sederhana. Ia pulang dan kembali ke istana dengan baju yang lebih mewah. Begitu sang pengawal mengizinkannya masuk, dia buka pakaiannya dan menyuruh pengawal itu membawa pakaian tersebut ke balai pertemuan.

Kisah tersebut jelas mengajarkan bahwa mungkin masih ada di antara kita yang masih terbuai oleh penampilan-penampilan luar. Keislaman seseorang tidak bisa ditentukan dengan jidat hitam, banyak umbar sedekah atau ibadah sosial yang disebar melalui media, atau pakaian-pakaian ala Arab, dan lainnya. Allah SWT berfirman, “bukanlah daging atau darahnya yang dapat
mencapai Allah melainkan ketaqwaan darimu” (QS Hajj ayat 37).


 

Sabtu, 22 Agustus 2015

Resensi buku Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan

Baru saja saya selesai membaca buku Islam dan Pluralisme: Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan. Buku ini diterbitkan Serambi, 2006. Ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat atau yang biasa disapa Kang Jalal.

Buku Islam dan Pluralisme ini tidak tebal, hanya berjumlah 292 halaman. Termasuk buku saku sehingga mudah dibawa-bawa. Dari segi bahasa, ditulis dengan bahasa yang mengalir dan dan pilihan kosa kata yang pas sehingga mudah dicerna.

Jumat, 21 Agustus 2015

Resensi buku Tadarus Cinta Buya Pujangga

Membaca novel buat saya bagian dari hiburan. Karena memang novel bukan sesuatu yang sakral dan pelajaran yang tertuang dalam novel bisa multitafsir. Tidak ada ketentuan dalam masalah tersebut.
Untuk buku yang berbau agama dan keagamaan, baru ada nuansa sakral dan nilai-nilai penting bagi umat manusia. Kadang untuk mempertahankan sakralitas itu orang-orang yang menjabat selaku pemegang otoritas agama terjun dalam menilai dan menyampaikan kepada publik.

Untuk novel memang ada juga yang kena semprot otoritas agama. Saya kira itu bagian dari jiwa liar dan tidak terkontrol dalam proses menulisnya. Namanya juga novel, pasti tidak benar-benar berasal dari fakta. Dominan imajinasi yang tertuang. Karena itu, sumber daya kreatif dan tujuan sang penulis dalam menulis novel harusnya dipertanyakan sebelum meluncurnya karya di tengah masyarakat.

Kamis, 20 Agustus 2015

Novel: Kenapa Aku Dijual?

Judul : SOLD: Kenapa Aku Dijual?
Penulis : Zana Muhsen & Andrew Crofts
Penerjemah : Astuti Pramiyanti
Penerbit : Madanisa (Salamadani)
Terbit : April 2008
Tebal : 401+xii halaman

Saat Zana Muhsen dan adiknya, Nadia Muhsen, berumur 15 dan 14 tahun, ayah mereka mengiming-imingi “Liburan Gratis ke Luar Negeri”.

Betapa bahagianya kedua gadis ini mendengar tawaran ayahnya. Tanpa berpikir dua kali, mereka mengiyakan. Namun, betapa terkejutnya Zana dan Nadia setelah mengetahui bahwa ayah mereka telah berbohong. “Liburan” yang mereka “nikmati” ternyata sebenarnya adalah dinikahkan dengan laki-laki keturunan Yaman. Dari sinilah penderitaan dan kekerasan itu mula terjadi.

Selasa, 18 Agustus 2015

Pengalaman Keur Nyeri Patuangan

Tadi wengi dugi kiwari kuring keuna nyeri beuteung. Biasa alatan tuang sareng anu lada. Kamari uih ti sakola sareng pun bojo ngahaja barangtuang gurame bumbu rica-rica. Habeuk bae dituang. Kirang langkung ti sajam, kontan karasa kukurileubeukan patuangan. Biasa ka jamban. Lima menit saatos ti jamban karaos deui. Teras bae pulang anting ka jamban. Mun teu salah mah dugi ka langkung lima balikan.

Tadi oge subuh bulak balik ka jamban. Teras dugi ayeuna. Tangtos dinten ieu kuring teu ka sakola. Kabayang atuh mun keur di sakola hayang ka jamban sareng bulak balik, tangtos ngaganggu aktivitas kuring di sakola. Kusabab kita kuring ngahaja libur heula. Di imah bae.

Minggu, 16 Agustus 2015

Duhai Baginda, Maafkanlah Saya

Saya tidak tahu apakah diri saya ini bagian dari semesta; ataukah sebaliknya? Apakah hidup ataukah mati yang sedang saya alami kini? Terasa dekat batas akhir hidup ini. Saya merasa demikian karena kadang dalam diri muncul sejumlah penyesalan atas yang pernah dilakukan dahulu atas sejumlah dosa dan salah. Inginnya segera terhapus. Bagaimanakah? Terlalu banyak masalah. Terlalu banyak keinginan dalam diri ini. Banyak tuntutan dan tantangan zaman. Bila tak ikut maka tak layak bagian dari mereka. Bila ambil jalan sendiri, maka dibilang menyimpang. Selalu ada saja yang membuat diri saya ini termenung. Harus bagaimana? Siapa diri ini? Hendak ke mana? Mengapa harus hidup dan bingung dengan hidup? Akan bagaimana masa depan hidup ini? Ah… itu lagi yang muncul. Terus membayangi diri ini.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Rekayasa Sosial, Reformasi atau Revolusi?

TADI pagi saya baca buku “Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi?” karya Jalaluddin Rakhmat. Buku ini diterbitkan Rosdakarya tahun 1999. Sudah lebih sepuluh tahun buku ini beredar. Terbilang buku lama. Tetapi isinya tetap aktual dan mencerahkan pikiran saya yang rada kurang intelek. Maklum saya orang dusun; orang kampung. Jadi, tak belajar banyak dari buku-buku ilmiah sehingga pikiran dan logika pun seadanya, sekenanya.

Jumat, 14 Agustus 2015

Gumam Orang yang Banyak Dosa (Barangkali Anda Minat Baca)

Inilah diri saya yang sedang sadar dan kadang tidak sadar kalau diri ini punya dosa. Kalau diri punya sombong. Kalau diri, yang bersatu padu antara tubuh dan jiwa ini, sulit dikendalikan. Kalau diri sendiri sulit dikendalikan, tentu saja yang bukan bagian dari diri sendiri pun akan tidak bisa dikendalikan. Karena itu, saya mengakui kalau saya bukan seorang jagoan. Kalau saya bukan seorang yang ahli. Kalau saya bukan yang terpenting. Apalagi yang paling mampu. Dan kini saya sadar kalau saya punya dosa yang banyak. Saya sadar kalau saya punya banyak salah.

Kamis, 13 Agustus 2015

Review Tesis, Membaca Sejarah Kota dengan Ilmu Sosial

SAYA sadar dengan kemampuan yang minim dalam ilmu-ilmu sosial humaniora. Penguasaan dan pemahaman teori cukup berat dikuasai selama satu semester. Apalagi perkembangan dan perubahan khazanah ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga tidak mudah untuk memahaminya dengan benar.
Sesuai dengan pendapat almarhum Prof Kuntowijoyo bahwa ilmu-ilmu sosial yang bersifat sinkronis diperlukan dalam memahami ruang peristiwa secara komprehensif dalam kajian peristiwa-peristiwa sejarah. Rangkaian perjalanan sejarah yang diakronis akan terasa kering kalau hanya sekadar merunut dari awal hingga akhir. Agar tidak terasa kering maka peran ilmu sosial diperlukan memberi penjelasan atas setiap peristiwa sejarah.

Senin, 10 Agustus 2015

Membaca Buku The Venture of Islam

Salam. Sampurasun.... Ini saya anggap, mungkin bisa sedikit untuk memahami atau, pengantar untuk memahami Islam yang bercorak budaya. Kini sedang marak wacana Islam Nusantara. Saya kira lebih konteksual dengan kondisi sekarang adalah Islam Indonesia. Sekarang ini negeri kita bukan lagi Nusantara berdasarkan administratif. Secara historis memang Nusantara. Islam Nusantara dalam sejarah berkaitan dengan kerajaan-kerajaan Islam di masa lalu. Dahulu memang banyak kerajaan Islam tersebar di berbagai nusa atau pulau-pulau yang kini masuk kawasan NKRI.

Meski berbeda, kerajaan tersebut memiliki kesamaan satu sama lain dalam agama yang dipegang: agama Islam. Dari sana muncul ragam Islam dari berbagai pulau atau daerah dengan kekhasannya. Mungkin dari berbagai ragam wajah Islam yang muncul dari berbagai kerajaan (sebelum kolonial Hindia Belanda dan kemerdekaan Indonesia) wajah Islam yang beragam bisa dimaknai sebagai Islam Nusantara. Secara historis ragam pemahaman Islam ini lahir dari penyesuaian dengan budaya dan sosial masyarakat di mana umat Islam berpijak. Sehingga corak Islam yang muncul berbeda dengan Timur Tengah dan Eropa. Saya memahami demikian berdasarkan pemnacaan dari buku The Venture of Islam.