Selasa, 27 September 2016

Ragu Dalam Rakaat Shalat

Bebetapa waktu yang lalu, saya ditanya orang tentang ragu dalam rakaat shalat. Kemudian coba cari dari marja taqlid: Ayatullah Udzma Sayyid Muhammad Husein Fadhlullah (allahu yarham) terkait dengannya. 

Alhamdulillah di bawah ini jawabannya. 

Soal: apakah ragu pada rakaat kedua dan ketiga dalam shalat maghrib, membatalkan shalat?

Jawab: ya, batal shalatnya.


س: هل الشك بين الركعتين الثانية والثالثة في صلاة المغرب يبطل الصلاة؟

ج: نعم يبطلها.

⬅ *ختمة قرآنيّة في البحرين عن روح المرجع فضل الله(رض)*

http://arabic.bayynat.org.lb/NewsPage.aspx?id=22444

♦ *الحساب الرسمي للمؤسسة على خدمة  telegram*
https://goo.gl/pQndDy


Jumat, 23 September 2016

Pentingnya Berjiwa Sosial

SUATU hari Ali bin Abu Thalib melihat seorang wanita setengah baya membawa kantung air dari kulit dengan tergopoh-gopoh. Ali kemudian menawarkan bantuan, hingga membawakannya ke rumah wanita itu. Ali menanyakan kenapa keluarganya tidak membantunya.

Wanita itu menjawab, ”Ya Amirul Mukminin, di rumah ini tidak ada lelaki dewasa karena suamiku telah wafat ketika berperang bersamamu melawan kaum kafir, dan anak-anakku masih kecil.”

Mendengar penututuran itu Ali segera pulang ke rumah. Ia termenung dan memikirkan terus, hingga dikabarkan tidak tidur semalam suntuk. Esoknya, bersama kedua putranya datang kembali ke rumah wanita itu dengan membawa sekarung gandum dan beberapa kilo daging. Mereka memasak dan menghidangkannya kepada wanita dan anak-anaknya itu.

Selesai menghidangkan makanan, Ali mengambil bara api dengan kedua tangannya. Bara itu digenggam dengan sekuat-kuatnya seraya berujar, “Ali, rasakanlah panasnya bara ini agar kau tidak melupakan panasnya api neraka karena melalaikan kaum mustadhafin.”

Kamis, 22 September 2016

Andai Pemimpin Kita Seperti Umar

PADA suatu malam Umar bin Khaththab pergi ke pinggiran kota Hurra Waqim bersama Aslam, salah seorang pembantunya. Ketika mereka sampai di Shirar, Umar bin Khaththab melihat cahaya api.

“Hai Aslam, aku melihat di sana ada serombongan tamu yang kemalaman. Mereka terpaksa berhenti di tempat itu karena kedinginan hingga membuat perapian untuk menghangatkan tubuh mereka. Mari kita ke sana ,” kata Umar sambil menunjuk tempat yang dimaksud. Merekapun pergi ke tempat cahaya api itu. Di tempat itu mereka menjumpai seorang wanita bersama anak-anaknya yang masih kecil. Di atas nyala api terdapat sebuah panci yang sedang digunakan untuk memasak sesuatu. Sementara itu anak-anak kecil itu menangis tanpa henti.

Selasa, 20 September 2016

Tarikh Nabi: Peristiwa Setelah Ghadir Khum


Peristiwa Ghadir Khum terjadi pada 18 Dzulhijjah 10 Hijriah. Dihadiri lebih dari 120 ribu orang, termasuk sahabat-sahabat yang masuk Islam sebelum Hijrah.

Di Ghadir Khum, perbatasan antara Makkah dan Madinah, Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk beristirahat. Menurut Al-Fakhr al-Razi, ketika itu turun surat Al-Maidah ayat 67 berkenaan dengan keutamaan Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah

Ketika turun ayat ini, Nabi menggenggam tangan Imam Ali dan mengangkatnya seraya bersabda, “Man kuntu mawlahu, fa Aliyyun mawlahu. Allahumma wali man walahu wa ’adi man ’adahu (Barangsiapa menjadikan aku sebagai mawlaku (pemimpinnya), hendaknya dia menjadikan Ali sebagai pemimpinnya juga. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya. Musuhilah orang yang memusuhinya).”

Senin, 12 September 2016

Makna Haji Mabrur

HAJI mabrur seringkali terucap dari mulut seseorang yang membahas perihal Rukun Islam ke-5, yaitu melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu. Haji mabrur merupakan dambaan setiap muslim khususnya yang berhaji. Entah mereka berusaha memahami makna kata tersebut atau tidak. Sebagai upaya meningkatkan kualits diri di hadapan Allah, sudah selayaknya kita tidak hanya mampu mengucapkan, tetapi juga memahami makna dan dapat meraihnya. 

“Jihad yang paling utama adalah haji mabrur,” begitulah Rasulullah SAW bersabda. Dari sabda tersebut jelas bahwa nilai ibadah haji mabrur sangat begitu tinggi. Konsekuensinya, setiap yang bernilai tinggi, usaha meraihnya pasti sulit. Hanya orang-orang tertentu yang dapat memperoleh­nya. Oleh karena itu, jama’ah mana yang dapat memperoleh derajat haji mabrur? Mungkinkah semua jamaah khususnya yang berhaji tahun ini mendapatkan predikat haji mabrur? Pasti sangat sulit menjawabnya secara hakiki. Karena yang mengetahuinya hanyalah Allah. Namun sebagaimana kita mengukur “khusyu’nya” shalat seseorang, kita dapat pula mengukur predikat haji seseorang. Sudah pasti ukuran penilaian ini sifatnya relatif dan manusiawi.

Minggu, 11 September 2016

Saya Tidak Pernah Bercita-Cita untuk Bisa Menulis

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad wa aali Sayyidina Muhammad

DAHULU ketika kecil, saya tidak pernah bercita-cita untuk bisa menulis. Yang terpikir hanya main dan dapat makanan yang enak. Maklum, kondisi ekonomi keluarga pas-pasan. Pemberian makanan dari tetangga rumah setiap sore biasanya saya tunggu-tunggu. Selepas pulang dari masjid biasanya makanan berupa daging ayam tersedia.

Bapak dan Ibu—keduanya sudah almarhum—tidak berani langsung memakan pemberian kalau belum berkumpul semuanya. Dari kakak tertua sampai saya yang bungsu, duduk dilantai dengan karpet plastik yang sudah bolong menanti jatah. Ibu yang biasanya membagikan nasi dan lauk yang diberi dari tetangga. Kalau tidak ada pemberian, kami sekeluarga cukup makan dengan nasi putih dingin dan goreng tahu atau tempe, kadang gorengan bala-bala atau gehu menjadi teman santap nasi. Biasanya Bapak membawanya sepulang dari mengajar ngaji anak-anak yang kemampuan ekonominya lebih dari cukup.

Dalam seminggu, dua kali Bapak membawa gorengan. Meskipun pulangnya sekira pukul 22.00 an, gorengan yang dingin itu ditunggu-tunggu untuk dilahap bersama. Kalau bawanya cukup banyak, Ibu menggoreng kembali dan sebagian diberikan kepada petugas kebersihan masjid yang dibawa saat akan shalat subuh.

Kalau dahulu sebelum shalat sempat berbagi makanan, sekarang lain lagi. Selepas wudhu sambil menunggu azan shubuh, bukan gorengan yang saya bawa, tetapi buku atau majalah. Tidak untuk diberikan, tetapi dibaca. Istri saya pernah menegur, sebaiknya yang dibaca sebelum shalat kitab suci Al-Quran. 

Sabtu, 03 September 2016

Khadijah, Hijrah, dan Kalender Islam

Izinkanlah sedikit berbagi persoalan tentang sejarah Islam. Saya sedang belajar sejarah Islam sehingga membutuhkan pencerahan yang lebih luas dan mendalam. Banyak persoalan sejarah yang hingga sekarang belum saya temukan jawabannya.