Rabu, 02 Desember 2015

Imam Hasan Al-Askari dan Pendeta Nasrani

Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Baghdad mengalami kekeringan. Orang-orang sangat risau dan mengkhawatirkan keadaan ini sehingga melakukan doa bersama untuk turunnya hujan. Meski sudah dilakukan doa, tetapi hujan tidak kunjung turun.

Di tengah kondisi kekeringan, seorang pendeta nasrani (Kristen) datang dan menawarkan bantuan untuk menurunkan hujan. Orang-orang Baghdad menyambutnya dan mempersilakan pendeta tersebut. Tibalah di sebuah pegunungan yang tinggi.

Sambil dikelilingi orang-orang, pendeta itu mulai berdoa dengan mengangkat tangan kanannya lebih tinggi dari yang kiri. Tidak lama kemudian turun hujan. Namun, hujan berhenti lagi ketika pendeta selesai berdoa. Orang-orang meminta lagi kepada pendeta supaya hujan diturunkan. Pendeta itu mengiyakan asal mereka mau mengikuti agamanya dan meninggalkan agama Islam.

Terjadilah pertengkaran di antara masyarakat Baghdad. Orang-orang yang tipis imannya berminat untuk mengikuti agama yang dipeluk pendeta demi hujan. Sementara kaum Muslim yang kuat imannya tidak mau meninggalkan agamanya. Karena tidak ada kesepakatan maka pendeta menunda berdoa untuk menurunkan hujan.

Orang-orang Islam yang imannya kuat mendatangi seorang ulama dari keturunan Nabi Muhammad saw di Samarra. Mereka datang kepada Imam Hasan Al-Askari (lahir 10 Rabiul Tsani 232 H./846 M. – wafat 8 Rabiul Ula 260 H./875 M) bin Ali Al-Hadi bin Muhammad Al-Jawad bin Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kadzim bin Jafar Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Husain putra Imam Ali dan Sayidah Fathimah Az-Zahra binti Muhammad Rasulullah saw.   

Mereka meminta nasihat kepada Imam Hasan Al-Askari. Sang Imam kemudian meminta agar mereka mengundang kembali pendeta tersebut untuk menurunkan hujan. Orang-orang mendatangi pendeta untuk meminta diturunkan hujan. Tiba di sebuah tempat yang cukup tinggi. Di tengah orang-orang yang duduk, pendeta menengadahkan tangan kanannya lebih tinggi dari yang sebelah kiri. Pendeta berdoa kemudian turun hujan. Selesai berdoa, hujan berhenti.

Pendeta berbicara meminta orang-orang agar mengikrarkan ikut agamanya. Orang-orang terdiam. Tiba-tiba muncul Imam Hasan Al-Askari berjalan mendekati pendeta kemudian mengambil yang dipegang tangan kanan pendeta. Imam Hasan menyuruh pendeta berdoa lagi. Anehnya, hujan tidak turun. Pendeta berdoa lebih lama dari sebelumnya. Bukannya hujan yang turun malah keringat yang bercucuran dari kepalanya. Karena tidak berhasil, pendeta itu merasa malu dan menundukan kepala.

Di hadapan orang-orang, Imam Hasan menunjukkan sepotong tulang kecil yang dipegang pendeta ketika berdoa. Sang Imam memberi tahu bahwa tulang tersebut merupakan tulang salah seorang dari anbiya(para nabi) Allah yang jika ditengadahkan ke langit menjadi sebab turunnya hujan. Sang Imam menjelaskan, dengan tulang Nabi itulah hujan turun. Orang-orang Baghdad menjadi sadar karena telah dikelabui pendeta.

Imam Hasan Al-Askari meminta orang-orang untuk menengadahkan kedua tangannya sambil menghadap kiblat. Sang Imam memimpin doa dan turunlah hujan dengan deras selama beberapa hari sehingga musim kemarau berlalu. [ahmad sahidin ]