Masa
kekuasaan Dinasti Abbasiyah, Baghdad mengalami kekeringan. Orang-orang sangat
risau dan mengkhawatirkan keadaan ini sehingga melakukan doa bersama untuk
turunnya hujan. Meski sudah dilakukan doa, tetapi hujan tidak kunjung turun.
Di
tengah kondisi kekeringan, seorang pendeta nasrani (Kristen) datang dan
menawarkan bantuan untuk menurunkan hujan. Orang-orang Baghdad menyambutnya dan
mempersilakan pendeta tersebut. Tibalah di sebuah pegunungan yang tinggi.
Sambil
dikelilingi orang-orang, pendeta itu mulai berdoa dengan mengangkat tangan
kanannya lebih tinggi dari yang kiri. Tidak lama kemudian turun hujan. Namun,
hujan berhenti lagi ketika pendeta selesai berdoa. Orang-orang meminta lagi
kepada pendeta supaya hujan diturunkan. Pendeta itu mengiyakan asal mereka mau
mengikuti agamanya dan meninggalkan agama Islam.
Terjadilah
pertengkaran di antara masyarakat Baghdad. Orang-orang yang tipis imannya
berminat untuk mengikuti agama yang dipeluk pendeta demi hujan. Sementara kaum Muslim
yang kuat imannya tidak mau meninggalkan agamanya. Karena tidak ada kesepakatan
maka pendeta menunda berdoa untuk menurunkan hujan.
Orang-orang
Islam yang imannya kuat mendatangi seorang ulama dari keturunan Nabi Muhammad
saw di Samarra. Mereka datang kepada Imam Hasan Al-Askari (lahir 10 Rabiul
Tsani 232 H./846 M. – wafat 8 Rabiul Ula 260 H./875 M) bin Ali Al-Hadi bin
Muhammad Al-Jawad bin Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kadzim bin Jafar Ash-Shadiq bin
Muhammad Al-Baqir bin Husain putra Imam Ali dan Sayidah Fathimah Az-Zahra binti
Muhammad Rasulullah saw.
Mereka
meminta nasihat kepada Imam Hasan Al-Askari. Sang Imam kemudian meminta agar
mereka mengundang kembali pendeta tersebut untuk menurunkan hujan. Orang-orang
mendatangi pendeta untuk meminta diturunkan hujan. Tiba di sebuah tempat yang
cukup tinggi. Di tengah orang-orang yang duduk, pendeta menengadahkan tangan
kanannya lebih tinggi dari yang sebelah kiri. Pendeta berdoa kemudian turun
hujan. Selesai berdoa, hujan berhenti.
Pendeta
berbicara meminta orang-orang agar mengikrarkan ikut agamanya. Orang-orang
terdiam. Tiba-tiba muncul Imam Hasan Al-Askari berjalan mendekati pendeta
kemudian mengambil yang dipegang tangan kanan pendeta. Imam Hasan menyuruh
pendeta berdoa lagi. Anehnya, hujan tidak turun. Pendeta berdoa lebih lama dari
sebelumnya. Bukannya hujan yang turun malah keringat yang bercucuran dari
kepalanya. Karena tidak berhasil, pendeta itu merasa malu dan menundukan
kepala.
Di
hadapan orang-orang, Imam Hasan menunjukkan sepotong tulang kecil yang dipegang
pendeta ketika berdoa. Sang Imam memberi tahu bahwa tulang tersebut merupakan
tulang salah seorang dari anbiya(para nabi) Allah yang jika
ditengadahkan ke langit menjadi sebab turunnya hujan. Sang Imam menjelaskan,
dengan tulang Nabi itulah hujan turun. Orang-orang Baghdad menjadi sadar karena
telah dikelabui pendeta.
Imam
Hasan Al-Askari meminta orang-orang untuk menengadahkan kedua tangannya sambil
menghadap kiblat. Sang Imam memimpin doa dan turunlah hujan dengan deras selama
beberapa hari sehingga musim kemarau berlalu. [ahmad
sahidin ]