Selasa, 27 Juni 2023

Pengajian Ahad: Manfaat Kasih Sayang bagi Kesehatan Jiwa

Kenakalan remaja dan perilaku-perilaku buruk tidak muncul karena takdir. Kalau dilacak secara psikologi maka diakibatkan faktor yang bersifat kejiwaan dan lingkungan keluarga. Anak yang hanya dibesarkan dengan makan dan minum atau hanya dipenuhi kebutuhan fisik tanpa belaian kasih sayang dari orangtua dan orang-orang terdekat maka akan tumbuh dalam kondisi yang tidak normal. 

Demikian disampaikan Ustadz Jalaluddin Rakhmat dalam Pengajian Ahad pagi (7 Oktober 2012) di Masjid Al-Munawwarah, Jalan Kampus IV, Kiaracondong kota Bandung. 

Ustdaz Jalal—begitu biasa disapa jamaah—memberikan penjelasan manfaat kasih sayang bagi kesehatan jiwa berdasarkan penelitian para ahli psikologi yang ditayangkan melalui film-film pendek. Ustadz memperlihatkan film seekor anak kera yang berada dalam kandang di sebuah laboratorium. Anak kera yang berumur bulanan diberi dua bentuk boneka induk kera. Yang pertama dibuat terbuat dari kain dengan warna yang disesuaikan sehingga mirip induk kera. Sedangkan boneka yang kedua terbuat dari kawat dan tidak berbentuk kera. Anak kera diberi makan dan minum. Dari kedua boneka induk kera, anak kera lebih tertarik pada boneka induk yang terbuat dari kain. Anak kera itu memeluknya seolah-olah boneka kera tersebut induknya. 

Kemudian kandang itu dimasukan benda bergerak yang mirip dengan kera terbuat dari seng dengan suara yang bising. Ketika melihat benda itu anak kera berteriak-teriak ketakutan. Segera memeluk induk boneka kera. Cukup lama sambil melihat benda yang bergerak-gerak. Dilihat kemudian memberanikan diri memegang benda tersebut. Anak kera jadi lebih berani setelah memeluk induk boneka.   

Dari perilaku anak kera itu peneliti menyimpulkan bahwa anak kera tumbuh sehat dan selama dalam kandang tidak mengalami sakit. Anak kera sering bergerak dan bermain-main sendiri serta terlihat senang berada dalam kandangnya. 

Ustadz Jalal memutarkan film kera lainnya. Anak kera yang berada dalam kandang dengan induk kera yang terbuat dari kawat. Tidak ada penghangat dari kain dan terdiam saat disentuh anak kera. Anak kera yang berada dalam kandang ini meski diberi makan dan minum tidak terlihat seceria dan sesenang anak kera dalam kandang dengan induk boneka kain yang mirip dengan aslinya. Anak kera dalam kandang induk kera kawat mengalami sakit, murung, lemah, dan kadang berperilaku garang saat ada yang memasukan makanan dan minuman. Anak kera itu senantiasa berupaya menyerang yang dimasukan ke dalam kandangnya. 

Kemudian diperlihatkan juga kandang yang berisi anak kera dengan induk kera asli. Anak kera yang diasuh langsung induk kera dengan sentuhan yang hidup dan bermain-main bersama induknya tampak lebih ceria dari anak kera dengan asuhan induk boneka kera. Anak kera tersebut sehat dan tumbuh kembang tanpa sakit dan terlihat bahagia dari gerakannya. 

Menurut Ustadz Jalal, tiga anak kera tersebut menggambarkan perilaku jiwa manusia yang berbeda-beda. Perilaku anak kera dengan induk kera kawat menjadi mudah menyerang karena tidak ada belaian kasih sayang dari induknya. Seorang anak kalau dibesarkan tanpa kasih sayang maka akan tumbuh tidak normal dan kemungkinan berjiwa beringas dan tumbuh dengan perilaku yang kurang baik. 

“Anak yang kesepian atau tidak mendapat kasih sayang dari ibunya akan berperilaku tidak normal, jahat, beringas, dan tidak punya perasaan bersalah kalau melakukan kesalahan. Anak tersebut otaknya sudah rusak sehingga tidak memiliki empati karena tidak pernah memikirkan baik buruk dari perbuatannya. Banyak anak yang berperilaku jahat dan ketika ketahuan tidak merasa bersalah atau menyesal. Kalau sudah demikian maka ia sudah termasuk anak psikopat,”  papar Ustadz Jalal. 

Sementara anak kera bersama boneka yang mirip induknya dapat disamakan dengan anak yang tumbuh dengan perhatian yang tidak penuh dari orangtuanya. Sedangkan anak kera dengan induk asli menggambarkan anak manusia yang tumbuh sehat dan ceria karena belaian kasih sayang yang penuh dari orangtuanya. 

“Anak menjadi tidak normal karena dibesarkan tanpa kasih sayang ibunya. Anak yang tumbuh tanpa seorang ayah atau diperlakukan dengan tidak baik akan menjadi seorang atheis, penyerang, dan pendendam,” kata Ustadz Jalal sembari menyentil tentang perilaku orang-orang beragama yang melalukan tindakan anarkis terhadap umat lainnya. 

Di hadapan jamaahnya, Ustadz Jalal menjelaskan bahwa Islam mementingkan perilaku kasih sayang dan menyambungkannya dengan sesama manusia. Mengutip surah Annisa ayat 1, Ustadz Jalal menyimpulkan umat Islam dituntut untuk bertakwa kepada Allah dan menyambung kasih sayang di antara sesama umat Islam. 

Ustadz Jalal sambil menutup pembicaraan mengutip salah satu ayat dalam surah Muhammad bahwa orang yang berpaling dari agama Allah adalah mereka yang memutuskan kasih sayang. 

“Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun pada suatu kelompok kalau mereka memutuskan kasih sayang,” pungkas Ustadz Jalal yang kemudian diiringi doa dan shalawat. *** (ahmad sahidin)