Rabu, 21 Juni 2023

Jangan Bertengkar, Dahulukan Akhlak!

Suatu ketika Hasan Al-Banna—tokoh Ikhwan al-Muslimin, masuk ke sebuah masjid pada bulan Ramadhan. Di sana ia mendapati orang-orang bertengkar soal jumlah rakaat tarawih. Satu kelompok bilang 11 dan yang lain 23 rakaat. 

Melihat pertengkaran itu, Al-Banna menghampiri dan bertanya pada kelompok yang mendukung 11 rakaat. “Menurut kalian, apa hukumnya shalat tarawih?” tanya Hasan Al-Banna.  “Sunnah!” jawab mereka serempak. 

Pertanyaan yang sama Al-Bana utarakan pada kelompok yang dukung 23 rakaat. Jawabannya pun sama,“Sunnah!” 

Kemudian Al-Bana bertanya kembali, “Apa hukum bertengkar antara sesama kaum Muslim di masjid?” “Haram,” jawab kedua kelompok tersebut. 

Al-Banna kemudian melanjutkan pembicaraannya, “Mengapa kalian melakukan tindakan yang haram demi mempertahankan yang sunnah?”

Mendengar perkataan itu, kedua kelompok tersebut diam. Mereka kemudian melaksanakan shalat tarawih sesuai dengan yang diyakininya.

Cerita yang hampir sama terjadi dalam sejarah Islam masa klasik. Suatu waktu, Imam Syafii melakukan shalat di Kufah, Irak. Dia tidak melakukan qunut pada waktu shalat subuh di masjid yang berdekatan dengan kuburan Imam Abu Hanifah. Para makmum bertanya, “Kenapa Anda tidak qunut?”

“Aku menghormati penghuni kuburan di situ,” jawab Imam Syafii sambil menunjuk kuburan Abu Hanifah. Memang saat Imam Syafii ke Kufah, Imam Abu Hanifah sudah meninggal dunia dan masyarakat tetap mengikuti pahamnya. Maka, demi menghormati Abu Hanifah, Imam Syafii tidak membaca qunut.

Sungguh bijak dan tenteram rasanya bila kedua cerita di atas hadir dalam kehidupan beragama di dunia, terutama Indonesia. Kedua cerita itu menunjukkan betapa pentingnya menghidupkan akhlak Muslim demi tegaknya ukhuwah Islamiyah dengan cara menghargai dan menghormati sekaligus menyadari adanya perbedaan.

Meski ada perbedaan, yang terpenting akhlak harus didahulukan! Sesuai dengan misi Rasulullah Saw bahwa keberadaannya untuk menyempurnakan akhlak. Karena itu, sesuai dengan pendapat KH Dr Jalaluddin Rakhmat bahwa kita harus “dahulukan akhlak.” *** (ahmad sahidin)