Sabtu, 24 Juni 2023

Buku Mukjizat Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib

MUHAMMAD Quraish Shihab dikenal sebagai ulama dan cendekiawan yang mumpuni dalam tafsir dan kajian Al-Quran. Karya tulisnya cukup banyak. Hampir semua bukunya berkaitan dengan tafsir dan kajian Al-Quran. Kalau dilihat dari latar belakang pendidikannya, beliau memang konsentrasi dalam kajian Quran dan tafsir. Tidak salah kalau kemudian berhasil merampungkan Tafsir Al-Mishbah sebagai karyanya. 

Dalam karier, beliau pernah menjadi Menteri Agama Republik Indonesia dan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI). Juga menjadi professor untuk kajian Quran di beberapa universitas di Indonesia. Hampir setiap Ramadhan mengisi kajian tafsir di salah satu televisi. Begitu juga di koran-koran seringkali muncul artikel-artikelnya. Beberapa tanya jawab soal agama telah dikumpulkan dalam sebuah buku yang cukup tebal dan diterbitkan Lentera Hati Jakarta. 

Kalau tidak salah bukunya berjudul M.Quraish Shihab Menjawab. Buku tersebut, mungkin bisa disebut fatwa-fatwa beliau karena dari segi isi berupa tanya jawab mulai dari ibadah, rumah tangga, sosial, dan perbedaan mazhab terdapat dalam buku tersebut. 

Alhamdulillah, sekira tiga judul buku karya beliau yang saya miliki di rumah. Di antaranya berjudul ‘Mukjizat Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib yang diterbitkan Mizan tahun 2003. Buku ini saya baca akhir pekan lalu, tetapi tidak beres. Biasa banyak aktivitas. Sekarang ini sudah masuk bab IV bagian Bahasa Al-Quran. 

Dari bagian tersebut, saya mendapat pencerahan tentang bahasa Arab yang istimewa. Karena itu, Allah menjadikannya sebagai bahasa Quran. Menurut Quraish, setiap perubahan harakat dalam kalimah yang sama pada bahasa Arab, artinya bisa berbeda. Bahkan dalam melafalkan huruf kalau salah dapat berbeda artinya. Saya baru sampai bagian ini. Maklum membacanya sambil melakoni kerjaan sehingga tidak terlalu serius.  

Tentang mukjizat

Sementara pada  Bab  I sampai III atau bagian sebelumnya, Quraish Shihab pandangannya dalam soal mukjizat tidak jauh berbeda dengan yang lain. Quraish menerangkan, mukjizat bersifat khusus dan diberikan kepada Nabi untuk melemahkan kekuatan lawan sehingga tunduk dan mengakui kebenaran yang dibawa Sang Nabi. Oarng yang kuat ditebas golok atau mampu makan pecahan kaca dalam seni debus dari Banten tidak masuk mukjizat karena kepiawaian tersebut dimiliki karena sebelumnya dilatih atau berlatih dan dipersiapkan dahulu. Sedangkan mukjizat justru langsung diberikan dari Allah sebagai jawaban untuk manusia yang tidak yakin. 

Kemudian tentang Al-Quran sebagai karya Allah. Menurut Quraish,  Quran berasal dari Allah dan tidak ada yang menandinginya. Manusia sampai sekarang ini belum ada yang mampu menandingi keindahan susunan kata, susunan kalimat, susunan sastra, dan isinya yang begitu indah dan penuh makna serta melahirkan para penafsir (muafsir). Irama lafalnya pun terasa enak dibaca dengan gaya dan lagam yang berbeda. Para pembaca Quran (qari) dari berbagai negara berbeda satu sama lain dalam melantukan Al-Quran. Bahkan, sampai lombanya yang diadakan seluruh dunia.    

Teguran kepada Nabi

Quraish menyebutkan, Quran benar-benar karya Allah dan bukan karya Muhammad saw.  Hal ini terlihat dari koreksi Allah atas tindakan Nabi yang termuat dalam Quran. Misalnya teguran Allah kepada Nabi tentang bermuka masam kepada orang buta yang ingin belajar agama. Dalam surah Abasa, Nabi ditegur karena lebih memperhatikan bangsawan Quraisy ketimbang orang yang ingin belajar agama. 

Kemudian tentang Perang Uhud, Nabi mengecam para musyrikin Makkah. Turunlah surah Ali Imran ayat 128 yang menegur Nabi. Juga tentang tawanan Perang Badar yang justru dalam curah pendapat yang diambil pendapatnya Umar bin Khaththab bahwa tawanan harus dibunuh. Allah dalam surah Anfal ayat 67-69 menegur Nabi yang mengambil pendapat harus dimaafkan (silakan baca buku Mukjizat Quran halaman 77-81). 

Kalau dicermati bahwa pandangan Quraish Shihab berkaitan dengan ayat-ayat Alquran yang dianggap sebagai teguran kepada Nabi bertentangan dengan pendapat Ustadz Jalaluddin Rakhmat bahwa Nabi Muhammad saw berdasarkan ayat-ayat Quran merupakan seorang manusia suci, berakhlak mulia, ucapannya berdasarkan wahyu, dan teladan yang baik. Sehingga tidak mungkin berbuat kesalahan sampai ditegur oleh Allah.

Ayat-ayat yang bersifat teguran kepada Nabi Muhmmad saw, menurut Quraish Shihab bahwa itu merupakan bukti al-Quran benar-benar berasal dari Allah. Tidak percaya, silakan baca sendiri! *** (Ahmad Sahidin)