Senin, 19 Juni 2023

Yusuf Mansur dan Buku Seri Kun Faya Kun

USTADZ kondang Yusuf Mansur ditemani Owner Penerbit Salamadani Bandung, H.Saifullah Sirin, melakukan konferensi pers di halaman gedung Sekolah Daarul Quran Internasional (SDQI), Ketapang, Cipondoh, Tangerang, pada 24 Juli 2008 siang. Berikut ini kutipannya: 

YUSUF MANSUR: Terima kasih atas kehadiran teman-teman pers. Hari ini hari yang teramat istimewa buat saya dan teman-teman dari Salamadani. Kita mencetak rekor muri baru karena launching buku saya yang diterbitkan teman-teman Salamadani, yang berjumlah sembilan buku secara sekaligus hari ini. Buku ini terdiri dari buku-buku yang mudah-mudahan bisa menjadi spirit dan dorongan para ustadz di tanah air, agar lebih banyak lagi berkarya. Karena kalau lewat buku, Insya Allah dakwah akan terus menerus terjadi, walaupun tengah malam kami-kami sudah pada tidur. Karena jika orang baca buku ini, berarti kami sedang berdakwah. Dengan launching buku ini kami ingin mendorong para ustadz, terutama yang muda-muda supaya lebih banyak lagi berkaya untuk negeri kita. 

WARTAWAN:  Ustadz berapa lama proses mengerjakan buku-buku ini?

YUSUF MANSUR:  Buku ini saya tulis ketika negeri ini sedang mengalami krisis yang melanda bangsa Indonesia, khususnya krisis ekonomi. Kita semua tahu, Indonesia bukan cuma negaranya saja yang sedang susah, tapi juga sampai kepada rakyat-rakyatnya yang paling rendah. Ada yang tidak punya pekerjaan, ada yang tak tahu bagaimana caranya bisa mendapatkan makan, bagaimana untuk membayar sekolah atau tidak punya bayangan apa-apa untuk bagaimana hidup.

Nah, buku ini keluar mudah-mudahan bisa menemani ikhtiar teman-teman di seluruh tanah air, bahwa kesusahan itu buat Allah gampang. Seperti buku ini judulnya ”Buat Apa Susah?” Karena susah itu mudah buat Allah. Jadi, susah itu mudah kalau kita tahu kunci-kunci yang membuat persoalan itu mudah, ya bisa selesai. Walaupun ada orang yang mengatakan, ya tak apa-apa kan kesusahan itu sah-sah saja. Ya memang betul, tapi kalau kesusahan itu datang dan orang tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, kan repot. Bisa-bisa jalan setan yang ditempuh. Mencuri, korupsi, berulah merugikan oranglain, dan maksiat kepada Allah. 

Saya bersyukur teman-teman Salamadani mau menerbitkan buku-buku ini dengan mewujudkannya sekali jadi. Ini bukan perkara gampang untuk menerbitkan sekaligus. Ini bukan perkara mudah, kalau semata-mata berorientasi bisnis. Kan sekarang ini daya beli masyarakat sedang rada susah, pasti menimbang-menimbang. Tapi karena memang pembuatan buku ini untuk menjadi sebuah solusi untuk masyarakat, ya Alhamdulillah Salamadani menerbitkan juga.

WARTAWAN:  Apa yang ditawarkan dari buku-buku ini sebagai solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dialami masyarakat sekarang ini? Dan seberapa yakin Anda bisa menjual buku ini hingga sukses?

YUSUF MANSUR:  Kan sekarang ini orang lagi pusing. Ketika ahli politik, ahli hukum, ahli ekonomi berfikir bahwa bangsa ini acak-acakan, jadi tak ada solusinya. Menurut kami ada solusinya, yaitu Allah. Allah solusinya. Ketika masyarakat bilang bahwa tak ada lagi orang atau jalan keluar untuk persoalan kita, saya bilang ada dengan kembali pada Allah, back to Allah.

Saya yakin buku ini bisa mencerahkan bangsa. Sebab buku ini berisi kisah-kisah hidup dari orang-orang yang masih hidup. Kisah-kisah orang yang berhasil mengatasi persoalan hidupnya. Di antaranya kisah hidup saya ketika saya bermasalah dan menemukan jalan keluarnya. Mengapa saya bilang buku ini bisa sukses, karena saya dan penerbit pun sama, bahwa buku ini bisa mengatasi dahaga masyarakat yang mau menyelesaikan permasalahan hidupnya.

WARTAWAN:  Kenapa sih launching ini bukunya banyak?

YUSUF MANSUR:  Ya memang karena bukunya banyak. Setiap hari, seperti yang saya sampaikan pada sahabat-sahabat dekat saya bahwa sesungguhnya pekerjaan yang saya cintai, selain mengurus bidang pendidikan dan menjadi dai` ilallah, juga menulis buku. Kadang-kadang ketika saya bangun tengah malam, yang saya ambil duluan pena daripada mengambil wudhu. Kadang-kadang begitu. Ketika ingat, saya langsung menulis dulu, baru mengerjakan yang lainnya. Itu karena saya mencintai pekerjaan menulis.

Saya menulis buku diilhami dari ulama-ulama terdahulu, seperti Imam Al-Ghazali. Saya tidak pernah bertemu dengan dia. Orang aslinya saya tidak pernah bertemu. Tapi kitabnya yang ditulis dipelajari di pesantren ini dan pesantren lainnya juga. Sehingga ia hidup selama-lamanya. Karena itu, terilhami darinya saya membuat buku yang pertama ”Mencari Tuhan Yang Hilang”. 

Akhirnya saya menilai bahwa menulis buku adalah jalan dakwah yang efektif. Dan saya akan terus menulis. Buku yang saya tulis sudah sekitar 40 an buku, yang sekali terbitnya berkala. Tapi terbitnya buku-buku ini memang banyak. Yang memang tiap orang kan masalahnya berbeda-beda. Ada orang yang belum punya jodoh, dan belinya tentang jodoh saja. Ada orang yang punya utang, belinya yang berkaitan dengan melunasi utang. Jadi itu pilihan. Tapi jika ada orang yang ingin tahu cara mengatasi permasalahan yang beragam, ya beli semua buku ini. Insya Allah bermanfaat buat semua orang. 

WARTAWAN:  Menurut ustadz sendiri, di antara buku-buku tersebut mana yang paling jadi favorit ustadz? 

YUSUF MANSUR:  Oh, semua buku saya suka. Semua buku favorit saya. Tak ada yang lebih istimewa satu sama lainnya. Mengapa saya mencintai buku-buku ini, karena buku-buku ini mengantarkan saya pada Al-Quran. Buku ini membawa saya dan pembacanya kepada al-Quran. Misalnya ketika saya membedah kisah orang-orang yang panjang umurnya, salah satunya kisah nenek saya. Nenek saya ketika kecil bertanya pada saya, cobalah cari  tahu buat Ummi, ada tidak obat yang bisa buat Ummi tidak tidur. Kan itu aneh ya. Orang lain mencari obat agar bisa tidur, malah nenek saya cari obat agar tidak bisa tidur. Ketika saya tanya, mengapa mencari obat agar tidak bisa tidur? Nenek saya menjawab, ya Ummi mah sebel, kalau banyak tidur umurnya pendek. Nenek saya memberitahu ayat Quran dan saya tulis ulang di buku ini. 

WARTAWAN:  Ustadz, buku ini kan identik dengan ajaran Islam, adakah yang lainnya yang lebih universal?

YUSUF MANSUR: Kalau dilihat dari kemasan buku, sebenarnya tidak terlalu Islam banget, ya hanya Yusuf Mansurnya lagi pake peci. Kita harus meyakini bahwa Islam bukan hanya untuk Muslim atau orang Islam, tapi untuk seluruh alam, untuk manusia. Al-Quran itu petunjuk untuk manusia. Kita harus yakin dan percaya bahwa apa yang dikatakan dalam buku ini adalah betul-betul sesuatu yang sangat berguna, termasuk untuk orang-orang yang non-Muslim. Lihat buku motivasi tingkat dunia, mereka di dalamnya ringan banget mengutip ayat-ayat bibel mereka, seperti matius ayat sekian dan sekian. Kenapa kita tidak. Mari kita berlomba-lomba menjadi rahmat bagi semua.

 WARTAWAN:  Apakah ustadz ada upaya untuk berubah dari penakwah jadi penulis? 

YUSUF MANSUR:  Semua di antara kita itu bisa jadi pendakwah. Kalian semua ini, dengan kamera ini orang melihat setelah diedit, lalu orang dapat sesuatu yang berguna, ya sudah berdakwah. Saya uga berdakwah lewat catatan-catatan saya, lewat SMS-SMS saya. Atau kemarin saya lewat layar lebar, film. Itu juga saya berdakwah.

WARTAWAN:  Saya ingin tanya pada pak Saeful, mengapa tertarik untuk mewadahi ide-ide dan menerbitkan buku-buku ustadz Yusuf Mansur?

H.SAIFULLAH SIRIN:  Ini berawal dari pertemuan kami dengan beliau ketika kami undang dalam sebuah acara di Bandung. Kebetulan kami ada masjid namanya Darussalam di Bandung dan beliau berkenan hadir. Kami sendiri sedang dipercaya untuk membangun pesantren gontor cabang  Sumatera Barat.  Saya bercerita pada beliau, sebetulnya bukan untuk mencari dana. Tapi beliau bercerita tentang semangat bersedekah. Dan dalam waktu yang hanya setengah jam, dari seluruh karyawan kami, terkumpul 45 juta. Karena itu kami tertarik bekerjasama dengan beliau, karena Salamadani tidak hanya menerbitkan buku-buku umum, tapi juga buku-buku yang bernuansa agama. 

WARTAWAN:  Ustadz, dari buku-buku ini ada tidak yang bisa menjadi inspirasi untuk dijadikan film?

YUSUF MANSUR: Buku-buku ini kan isinya kiah-kisah. Ada orang yang bercerita tentang kisah hidupnya yang bermasalah dan bisa menyelesaikannya. Kenapa saya bisa menulis buku, karena saya tidak literatur riset, tapi alam riset. Alam ini dengan segala fenomenanya datang mengadu pada saya dan itu saya tulis. Sehingga dalam satu minggu itu dikumpulkan jadi satu buku. Dari buku-buku ini, yang berisi kisah-kisah, ya Insya Allah ada satu dua yang bisa diangkat jadi film. *** (Ditranskrip oleh AHMAD SAHIDIN)