Kamis, 15 Juni 2023

Mari Kita Doakan Mayat Ini Masuk Neraka

Seorang ustadz yang mengajar tahfidz quran bercerita tentang tahlilan. Ceritanya begini: suatu hari seorang kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang memimpin sebuah pesantren meninggal dunia. Seluruh keluarga hadir, termasuk anaknya yang nyantri di sebuah perguruan tinggi Islam di Timur Tengah. Selesai pengurusan jenazah (memandikan, mengafani, dan menshalati) kemudian dikuburkan.

Selesai penimbunan, masih di atas kuburan, paman dari pihak keluarga menyampaikan undangan untuk mendoakan kiai dalam kegiatan tahlilan. Karena memang itu yang biasanya dilakukan kalau selesai penguburan mayat. 

Belum selesai bicara, anak yang baru pulang dari Timur Tengah itu berkata, “Bapak, Ibu, dan saudara sekalian. Tidak usah datang. Biarlah almarhum mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya. Tidak ada contohnya dari Nabi menyelenggarakan tahlilan dan termasuk ajaran yang dilarang dalam agama. Doa dan amalan Bapak Ibu sekalian tidak akan sampai kepada almarhum.”

Sang paman kemudian berdiri dan berbicara , “Bapak, Ibu saudara sekalian. Marilah kita doakan almarhum atau mayat ini supaya masuk neraka dan dosanya tidak diampuni.”

“Lho…. Jangan doain begitu,” cegahnya.

Sang paman menjawab, “Emangnya kenapa? Bukankah tadi kamu bilang tidak akan sampai doa kita ini kepada almarhum. Jadi, jangan marah karena tidak akan sampai. Tapi saya yakin bahwa Allah Maha Mengetahui dan Mengabulkan doa umat manusia. Termasuk dalam doa-doa yang kita lakukan dalam tahlilan untuk yang sudah meninggal dunia.”

Si anak terdiam. Ia tertunduk. Karena tidak ada komentar lagi maka sang paman menyampaikan kembali undangan tahlilan. Dan, tahlilan kiai Nahdlatul Ulama pun diselenggarakan, termasuk si anak yang menolak. *** [ahmad sahidin, tukang dengar]