Senin, 12 Juni 2023

Nabi Muhammad saw Dihina

SAYA kaget bin reuwas. Saya geram dan marah. Namun, sayang itu hanya terbenam dalam hati. Tidak bisa dikeluarkan karena memang setelah dipikir: kemarahanku tidak akan mengubah sebuah fenomena. Hanya sebuah emosi yang meledak-ledak semata ketika mata tertuju pada sebuah berita pada harian umum republika.co.id (Rabu, 16 Juni 2010) tentang grup facebook (FB) yang menghina junjunganku, Muhammad saw.

Pada berita itu diterangkan bahwa pada wall grup FB tertulis kalimat yang menghina danya menyamakan sosok Muhammad saw dengan binatang. Salah satunya muncul kalimat: ”Muhammad SAW bukanlah nabi, melainkan perampok dan penzinah” dan hampir semua komunikasi dalam grup tersebut dilakukan dengan bahasa Indonesia. Pada akun grup tersebut juga memuat gambar dan kartun-kartun yang menghina Nabi Muhammad saw.

Bahkan, yang paling mengagetkan adalah alamat si pemilik grup FB tersebut di Makkah—yang notabene salah satu Kota Suci Islam—dan memiliki 1.124 anggota. 

Saya tidak habis pikir, di negeri kelahiran Islam sendiri ternyata bercokol musuh Islam. Bukankah di sana ada Sang Raja dan ulama-ulama Islam yang seharusnya menjadi penjaga Islam dari berbagai penistaan dan penghinaan? Tampaknya harus segera dikeluarkan memori yang tertanam dalam benak saya tentang indah dan sakralnya Kota Makkah. Kenapa bisa sampai terjadi ya? 

Ah, bukankah negeri Arab juga sebenarnya yang kadang membuat bangsa kita geram? Kita tahu sendiri banyak TKW kita yang pulang tinggal nama dan jasad serta perut buncit karena diperkosa. Bahkan, perilaku keji orang Arab terhadap bangsa kita menginspirasi Tasaro GK menulis novel yang berjudul “Galaksi Kinanthi”; sebuah novel yang mampu mengeluarkan air mata. 

Memang, sejarah juga bicara demikian. Pada awal abad dua puluh dikabarkan bahwa kuburan Nabi Muhammad saw pun sempat hendak dipugar dengan alasan banyak kemusyrikan terjadi pada tempat tersebut. Rumah tempat kelahiran Muhammad saw pun hingga kini tidak pernah dipelihara; dindingnya banyak dicorat coret dan bangunannya pun kusam serta  tidak terawat. Kabarnya dijadikan perpustakaan, tetapi ketika salah seorang ustadz saya umrah dan haji beberapa kali rumah tersebut ditutup terus. Coba kalau melihat tempat kelahiran Isa Al-Masih di Betlehem, sampai sekarang terawat dan menjadi objek wisata rohani. 

Dalam dunia perbukuan, banyak sekali karya tulis dari orang-orang Barat yang menghina sosok Muhammad saw. Bahkan ditulis oleh orang yang katanya berasal dari negeri Islam. Salman Rusdie. Dialah penulis “Satanic Verses” yang menggambarkan Muhammad sebagai pemabuk, berpenyakitan, dan senang main perempuan. 

Abdurrahman Syarqawi dalam novel yang kini sudah diterjemahkan dan terbit di Indonesia dengan judul “Muhammad: The Messenger” pun tidak kalah dahsyat. Dalam novelnya, ia dengan licah dan halus menyangkal kenabian Muhammad saw dari Allah; dengan menggambarkan bahwa mimpi-mimpi Muhammad yang menjadi sumber risalah dan kenabian Muhammad bukan karena wahyu, tetapi karena optimalisasi dan obsesi dia untuk menjadi manusia nomor satu. 

Pantas kalau almarhum Imam Khomeini, pemimpin tertinggi Republika Islam Iran, mengeluarkan fatwa mati terhadap Salman Rusdie. Namun sayang fatwa teresebut tidak muncul di negeri-negeri Islam yang katanya pecinta Sunnah Nabi. 

Belum lagi pada tahun-tahun belakangan muncul kartun-kartun Nabi yang menghina. Hanya Republika Islam Iran yang memberikan respons dengan menggelar lomba pembuatan kartun kebejadan dan keganasan Barat.  Lalu, apa yang dilakukan negeri kita? Anda sendiri yang tahu! *** (ahmad sahidin)