Jumat, 16 Juni 2023

Tahlilan Dilakukan juga oleh Komunitas IJABI

TAHLILAN bagi masyarakat Islam Indonesia bukan hal yang aneh, khususnya masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) yang bermazhab Ahlussunah (Sunni). Kegiatan baca quran dan doa bersama ini biasanya diselenggarakan setelah penguburan jenazah di rumah yang sedang berduka atau masjid yang berdekatan. Yang hadir biasanya jamaah masjid, tetangga, dan saudara-saudara terdekat yang berduka. Kegiatan ini berlangsung mulai hari pertama sampai ketujuh. Kemudian di sambung hari keempatpuluh dan hari keseratus. Selanjutnya setiap tahun saat tiba pada hari wafatnya; yang disebut haul.

Kegiatan tahlil dilakukan juga oleh kaum Muslim Syiah, yang popular disebut pengikut mazhab Ahlulbait. Hampir seluruh pengikut mazhab Ahlulbait (Syiah) tiap tanggal 10 Muharram menyelenggarakan kegiatan Asyura untuk mengenang wafatnya Imam Husain, Cucu Nabi Muhammad saw, yang dibantai di Karbala atas perintah Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan, penguasa Bani Umayyah.

Selain pada hari kesatu kematian, kaum Muslim Syiah menyelenggarakan juga pada hari keempatpuluh yang disebut Arbain. Isinya hampir sama: mengenang kisah kematian, mengambil pelajaran (ibrah) dari kehidupan Imam Husain beserta Keluarga Nabi yang ditindas penguasa Bani Umayyah, membacakan al-Quran, shalawat, dan doa-doa.

Di Bandung ada organisasi dari para pecinta Rasulullah saw dan pengikut mazhab Ahlulbait (Syiah) yang disebut Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) senantiasa menyelenggarakan Asyura setiap tanggal 10 Muharram. Kemudian juga menggelar Mawlid Nabi pada setiap 12 Rabiul Awwal dengan kegiatan yang besar dengan mengundang makan orang-orang dhuafa dan menyelenggarakan syahadah (mengenang wafatnya) Rasulullah saw setiap 28 Shafar. Kegiatan tersebut isinya: pembacaan Quran, shalawat kepada Nabi dan keluarganya, ceramah, pembacaan kisah hidup serta teladan, dan doa-doa ziarah.

Tidak hanya untuk wafatnya Keluarga Nabi, kegiatan tahlilan diselenggarakan pula untuk kematian ulama-ulama dan umat Islam. Baik orang yang bermazhab Ahlulbait (Syiah) maupun Ahlussunah (Sunni) biasanya juga menggelarnya.

Kalau dilihat dari isi kegiatannya, yang dilakukan IJABI sama dengan kegiatan tahlilan atau haul yang diselenggarakan masyarakat Islam NU. Sama-sama berisi pembacaan Quran, tasbih, tahmid, takbir, shalawat, doa, dan ceramah tentang Islam.

Guru saya yang pernah belajar di Suriah pernah bercerita bahwa di Suriah ada kegiatan agama yang mirip dengan tahlilan. Di Suriah, setiap ada kematian biasanya diundang tetangga untuk menghadiri tahlilan. Bedanya hanya pada pembacaan Quran bersama. Kalau di Indonesia yang dibaca surah Yasin dari hari kesatu sampai ketujuh, bahkan hari empat puluh dan seratus pun surah Yasin. Wajar kalau orang-orang yang sering tahlilan hafal surah Yasin karena sering diulang-ulang.  Di Suriah yang dibaca mulai dari surah Yasin untuk hari kesatu. Hari kedua dan selanjutnya pindah surah yang urutannya setelah surah Yasin sehingga setiap hari dalam tahlilan berbeda pembacaan surahnya. Yang lainnya tetap sama: doa, shalawat, tasbih, tahmid, dan ceramah agama.

Dahulu ada seorang kawan saya, alumni Pesantren Persatuan Islam, Pajagalan Bandung, menyampaikan bahwa tahlilan yang digelar masyarakat Islam Indonesia termasuk bidah atau ajaran baru yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad saw. Kawan saya yang lain mengatakan tahlilan bukan bid’ah karena isi dari kegiatan tahlilan berisi hal-hal yang baik dan yang diperintahkan Nabi. Berdoa, shalawat, tahmid, takbir, dan membaca Quran merupakan hal yang dianjurkan Allah dan Nabi. Ada pun diselenggarakannya dengan ditentukan waktu dan secara bersama hanya soal penyesuaian. Apalagi kalau dilakukan secara bersama, nuansa kebersamaan dan ukhuwah lebih terasa ketimbang baca shalawat dan baca quran sendiri-sendiri.

Lama setelah berdiskusi dengan kawan saya itu, di perpustakaan daerah saya menemukan buku Ayat-Ayat Tahlil karya Muhammad Quraish Shihab, doktor tafsir dan hadis. Pak Quraish adalah mantan menteri agama dan pernah menjadi pengurus pusat organisasi Muhammadiyah serta Majelis Ulama Indonesia. Sudah bukan rahasia lagi bahwa orang-orang dari (pengikut Mazhab Sunni) Muhammdiyah dikenal anti-tahlilan dan shalawatan. Mereka ini biasanya berselisih paham dengan orang-orang (Sunni) Nahdlatul Ulama.

Namun, Pak Quraish ternyata tidak anti-tahlil. Bahkan ia memimpin tahlilan di Cendana Jakarta saat Ibu Tien Soeharto wafat yang diminta langsung oleh Pak Soeharto, presiden yang kedua.  

Dalam buku Ayat-Ayat Tahlil, Pak Quraish menjelaskan dalil-dalil dari tahlilan dan penjelasan berkaitan dengan ayat-ayat serta bacaan yang sering dibaca dalam acara tahlilan. Nah, bagi yang ingin tahu lebih jauh silakan baca buku tersebut. 

Sekadar menambah bukti bahwa kaum Muslim Syiah melakukan tahlilan yakni saat wafat Kang Jalal (tokoh pendiri dan ketua dewan syura IJABI) pada 15 Januari 2021. Komunitas IJABI menyelenggarakan tahlilan yang disiarkan melalui YouTube Majulah IJABI dengan bacaan tahlilan seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Diawali surah Yaasin kemudian surah Al-Mulk dan Al-Insan. Selanjutnya bacaan tahlil dan diakhiri dengan doa diiringi shalawat. Dari hari kesatu sampai hari ketujuh dan disambung hari keempat puluh serta haul tiap tahun. Saya mengikuti melalui youtube Majulah Ijabi. Cag!*** (ahmadsahidin)