Kamis, 15 Juni 2023

Tarikh Nabi: Peristiwa Wafat Rasulullah saw

IMAM Al-Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari memuat sebuah hadits dengan sanad dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah dan berasal dari Ibnu Abbas bahwa ketika Rasulullah saw sedang mendekati ajal, berkata kepada para sahabat yang berada di sekelilingnya. Nabi Muhammad saw berkata, “Marilah, akan kutuliskan untuk kalian suatu wasiat yang dengannya kalian tidak akan sesat sepeninggalku.” 

Namun salah seorang sahabat yang hadir, Umar bin Khaththab, langsung berkomentar, “Nabi dalam keadaan sangat payah dan kalian telah mempunyai al-Quran. Cukuplah Kitab Allah itu bagi kita.”

Para sahabat lainnya berselisih. Ada yang segera minta supaya disediakan alat tulis agar Rasulullah saw menuliskan wasiatnya yang terakhir. Ada pula yang menganggapnya sebagai igauan seorang yang sakit. Terjadilah adu mulut di antara mereka yang membuat Rasulullah saw terbangun kemudian menghardik, “Enyahlah kalian!”

Hadits yang sama diriwayatkan juga oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim pada bagian wasiat terakhir dengan sanad dari Sa'ad bin Zubair yang berasal dari Ibnu Abbas. At-Thabrani dalam Al-Ausath menyebutkan, “Pada waktu Rasulullah saw menghadapi ajal, beliau berkata, ‘Bawalah kepadaku lembaran dan tinta. Akan kutuliskan untuk kalian yang dengan itu kalian tidak akan sesat selama-lamanya.’ 

Para sahabat terdiam. Kemudian para wanita yang menunggu di belakang tabir berkata kepada para sahabat Nabi Muhammad saw yang berada di tempat itu, ‘Tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan Rasulullah?’

Umar bin Khaththab segera berkomentar: ‘Kalian itu sama dengan wanita-wanita yang mengelilingi Nabi Yusuf. Jika Rasulullah sakit kalian mencucurkan air mata dan jika beliau sehat kalian menunggangi lehernya!’

Mendengar itu, Rasulullah kembali berkata: ‘Biarkan mereka itu, mereka itu lebih baik daripada kalian.’”

Dalam kondisi itu, sakit yang diderita Rasulullah saw semakin gawat dan detik-detik ajal pun menghampirinya. Menurut Ahmad bin Hanbal dan At-Thabariy bahwa Rasulullah saw wafat di atas pangkuan Ali bin Abu Thalib dengan ucapan terakhirnya, “Ar-Rafiqul A'laa. minal jannah.” Peristiwa ini terjadi pada 28 Shafar 11 Hijriah (24 Mei 632) di Madinah Al-Munawwarah.

Begitu juga dalam kitab Thabaqât, Ibnu Sa’d meriwayat­kan dari Imam Ali bin Abi Thalib bahwa tatkala Rasulullah saw wafat kepala beliau berada di pangkuan Alî. Ali bin Abi Thalib berkata: “Rasulullah saw bersabda tatkala beliau sedang sakit: ‘Panggilkan untukku saudaraku!’ Mereka pun memanggil aku (Ali). Dan beliau bersabda: ‘Dekatlah kepadaku!’ Dan aku mendeka­tinya. Kemudian Beliau bersandar dan berkata-kata kepadaku .. sampai penyakitnya menjadi berat di pangkuanku!”

Abu Ghatfan berkata: “Aku bertanya kepada Ibnu Abbâs, apakah engkau melihat bahwa Rasulullah saw wafat dan kepalanya berada dipangkuan seseorang?’ Ibnu Abbas  menjawab: ‘Rasulullah wafat sambil ber­sandar pada Ali!’ Dan aku bertanya: ‘Urwah menceritakan kepadaku yang didengarnya dari Aisyah yang berkata: ‘Rasulullah saw wafat sedang kepalanya berada antara dada dan leherku (baina sahrî wa nahrî)!  Ibnu Abbâs menjawab: ‘Apakah engkau berakal? Demi Allah, sungguh Rasulullah saw wafat sambil bersandar ke dada Ali dan Ali memandikan Beliau.’ 

Wafatnya Rasulullah saw mengakibatkan sebagian kaum Muslim terombang-ambing antara percaya dan tidak. Bahkan, Umar bin Khaththab sendiri yang berada sekitar pembaringan Rasulullah saw tidak percaya. Meskipun melihat sendiri bagaimana jenazah Rasulullah saw terbaring kaku, masih tetap berseru kepada orang-orang dengan penuh emosi: “Rasulullah tidak wafat! Beliau hanya menghilang dan akan kembali lagi! Beliau hanya pergi menghadap Allah, sama seperti Musa bin Imran yang menghilang dari tengah-tengah kaumnya selama 40 hari dan akhirnya kembali lagi kepada mereka.”

Sambil mengacungkan pedang, Umar di hadapan orang-orang yang berkerumun di Masjid Nabawi, berteriak: “Barangsiapa berani mengatakan Rasulullah telah wafat, akan kupotong kaki dan tangannya!”

Mendengar pernyataan tersebut, Abu Bakar yang baru datang dari Sunh langsung membacakan surah Ali Imran ayat 144, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yang berbalik ke belakang; maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” *** (ahmad sahidin)

REFERENSI

  1. H.M.H.Al-Hamid Al-Husaini, Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a. (Jakarta: Penerbit Lembaga Penyelidikan Islam, 1981)
  2. Abu ‘Abdullâh Muhammad bin Sa’d, Ath-Thabaqat Al-Kubra, jilid 2.
  3. Kitab Kanzul 'Ummal, jilid III.
  4. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid II.
  5. Ibnu Jarir At-Thabariy, Dzakha'irul'Uqba'.
  6. Shahih Bukhari.