Selasa, 01 Januari 2019

Surat untuk Tuhan

Ada ORANG miskin kebingungan. Ia tak tahu harus pada siapa meminta bantuan untuk melunasi utang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia telah mencoba pinjam tetangganya, tapi karena keseringan minta bantuan sehingga tidak diberi.


Meski kepepet, ia tidak melakukan perbuatan yang a-moral atau tindakan kriminal. Ia teringat pada pengajian yang pernah diikutinya beberapa tahun silam, bahwa Tuhan merupakan tempat mengadu dan meminta pertolongan. Ia tersenyum sambil bergumam, “saya mau minta kepada Tuhan.”


Namun, beberapa saat kemudian terdiam dan bergumam kembali, “bagaimana caranya, berdoa kan sudah kulakukan.”


Kembali diam. Ia beringsut ke keluar ruangan. Ia bolak-balik sambil terus memegang kepalanya mencari ide yang terbaik dan jitu. Tiba-tiba setengah meloncat ia berujar, ”Aha, saya akan kirim surat saja.”


Ia langsung membuka buku tulis yang sudah agak kucel. Ia pegang pulpen dan mulai menuliskan maksudnya. Selanjutnya, surat itu dilipat dan dimasukkan pada amplop.


”Aduh….alamatnya dimana ya?” ujarnya, sambil garuk-garuk kepala. ”Ah…pasti pak Pos tahu. Saya tulis untuk Tuhan,” gumamnya.


Ia berangkat ke kantor pos dan menitipkannya pada pak pos. Pak pos yang menerimanya bingung, ”Kok ga ada alamatnya. Kepada Tuhan, di mana ya?”


Bingung. Pak pos bingung harus dikirim ke mana surat tersebut. ”Ah…saya kasih aja ke kantor polisi. Mungkin si penyurat lagi butuh bantuan dan polisi bisa membantunya,” pikir pak pos. Sesampainya di kantor polisi, diberikannya pada polisi yang berjaga hari itu.


”Ini ada surat buat Tuhan, tapi tak ada alamatnya. Saya tak tahu, mungkin orang yang menulis surat ini sedang kacau pikirannya. Bapak mungkin bisa bantu,” kata pak pos sambil memberikan surat.


”Makasih ya pak,” jawab polisi. Polisi membukanya. Membacanya. Polisi itu tersenyum dan berujar: "Oooh…. dia lagi butuh uang.”


Polisi itu kemudian datang ke teman-temannya. Ia menggalang dana dari teman-temannya. Ketika terkumpul uang sebesar 250 ribu, polisi itu langsung datang ke alamat si pengirim surat. Setibanya di sana, polisi itu langsung menyerahkan amplop berisi uang sambil berujar: ”Ini ada titipan dari Tuhan untuk saudara.”


”Oh…dari Tuhan ya Pak, makasih ya Pak!” kata si penyurat tersebut.


Setelah polisi pergi, ia langsung membuka amplop dan berkata: ”Terima kasih Tuhan. Mohon lain kali kalau kirim uang jangan melalui polisi, saya yakin kalau tidak melalui polisi jumlahnya akan lebih dari itu."


Mohon maaf cerita di atas tampaknya dibuat-buat alias tidak nyata. Tentu ada hikmah dari cerita tersebut. Saya percaya setiap orang bisa memaknainya. Oh, iya... cerita itu saya dapatkan dari seorang pejabat polisi saat berceramah di pesantren Daarut Tauhiid Bandung. []