Senin, 14 Januari 2019

Resensi buku Identitas Politik Umat Islam

Buku "Identitas Politik Umat Islam" terbit tahun 1997, penerbit Mizan Bandung. Tebal buku 253 halaman. Terdiri dari 17 Bab, yang satu sama lain saling terkait. Uraian dari setiap bab tidak panjang, singkat tetapi mengena pada persoalan yang dibahas. Topik yang dibahas seputar sistem  politik modern, dalam konteks Islam dengan penjelasan ilmu-ilmu sosial. Terlebih konteks industri di negara berkembang, seperti Indonesia, yang berdampak pada sistem politik dan penerapan dari teori politik.

​Menariknya karya Kuntowijoyo ini memberikan panduan untuk umat Islam yang berpolitik dan ingin mengembangkan strategi politik praktis di masyarakat. Hampir seluruh tema yang terkait dengan politik, yaitu demokrasi, ekonomi, budaya, kaidah demokrasi, industrialisasi, Pancasila, hubungan agama dengan negara, dan lainnya diuraikan dengan perspektif Al-Qur'an dan hadis.

Saya yang membaca buku seakan-akan diberi teori politik Islam dalam konteks negara berkembang dan modern. Bahkan epistemologi politik dalam Islam pun dibahas, sehingga tampak ada perbedaan konsep politik antara Islam dan Barat.

Meski hanya sebuah pemahaman Kuntowijoyo atas sumber-sumber Islam yang disinyalir berkaitan dengan politik, tetapi bisa dianggap "terobosan" baru dalam menjelaskan politik dengan sudut pandang agama Islam.

Sayangnya buku "Identitas Politik Umat Islam" ini lebih banyak konsep Barat yang diberi label atau dilegitimasi dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadis, ketimbang merujuk dan menggali gagasan dari ulama terdahulu yang pernah menulis karya tentang politik seperti Ibnu Khaldun, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Syathibi, Ibn Taimiyah, Al-Suyuthi, Al-Mawardi, dan lainnya.

Kemudian dari segi uraian, buku ini seperti bahan kuliah ilmu politik di universitas. Ini bisa dipahami, jika Anda baca, maka akan ditemukan uraian-uraian teoritis dan minim contoh atau penerapan praktis untuk di sebuah negara.

Saya mengira, mungkin isi buku ini sekedar tawaran bagi umat Islam Indonesia yang minat terjun dalam politik dan ingin mengembangkan politik dengan sentuhan nilai-nilai agama.

Meski diketahui bahwa gerakan politik Islam di Indonesia tidak pernah berhasil dan Hizbut Tahrir yang gencar pun tidak laku di Indonesia, tetapi Kuntowijoyo menyajikan pemahamannya atas sumber-sumber Islam dalam konteks politik modern sebagai nilai dan sikap dalam perilaku politik dan legitimasi sistem politik modern, dalam hal ini demokrasi, dengan acuan pada ajaran Islam.

Bagi saya cukup menarik dan perlu dikembangkan dalam ranah intelektual. Gagasan Kuntowijoyo sangat bernas dan tampak dirinya sebagai seorang muslim yang punya gairah dalam menjalankan agama dalam segala sendi kehidupan manusia, termasuk upaya Islamisasi ranah politik dan sistem pemerintahan Indonesia dengan menawarkan buku sebagai acuan. Demikian yang bisa saya bagikan. Hatur nuhun. *** (Ahmad Sahidin)