Minggu sore (19/11/2017), setelah hujan reda. Saya memutar dan
menonton film “Muhammad: The Messenger of God” yang diunduh dari satu akun
youtube. Tampaknya yang saya tonton itu berbahasa Turki dan diambil dari
tayangan televise. Alhamdulillah, bisa full nontonnya. Film tersebut di negeri
Indonesia belum release, sehingga bisa dianggap “illegal” menontonnya. Meski
begitu saya tidak mempersoalkan karena keinginan untuk menonton penuh film
tersebut sangat kuat. Sampai dua sampai tiga kali mengulang tontonan. Sampai malam
hari dan selesai sekira jam sembilan malam. Kabarnya film “Muhammad: The
Messenger of God” itu sudah dapat “restu” dari Ayatullah Udzma Jawadi Amuli,
seorang ulama besar di Iran yang dirujuk orang-orang Islam pengikut Syiah
Imamiyah.
Serpihan
Dari
film karya Majid Majidi itu ada babak sejarah yang luput dari penulisan buku
sejarah biografi Nabi Muhammad saw yang pernah dibaca dan baru kali ini
diketahui sepanjang saya membaca karya-karya Sirah Nabawiyah yang klasik maupun
modern. Pertama bahwa yang memberi asi permulaan pada bayi (Sayyid Muhammad)
adalah Tsuwaibah; budak perempuan milik Ummu Jamil (Arwi atau ‘Aura binti Harb bin Umayyah) yang
merupakan istri dari Abdul Uzza (Abu Lahab bin
Abdul Mutthalib bin Hasyim). Yang juga paman dan bibi dari Sayyid
Muhammad. Tsuwaibah dilarang memberi asi oleh Ummu Jamil.
Selanjutnya Sayyid
Muhammad disusui dan diasuh oleh Halimah Sadiyah. Dibawanya ke kampung Bani
Sadiyah hingga suatu saat dikembalikan pada ibunya di Makkah. Pasalnya ada
sekelompok wanita dan laki-laki yang coba mengambil Sayyid Muhammad dari
keluarga Sadiyah. Orang-orang itu merupakan bayaran dari orang Yahudi yang
dapat tugas agar membawa Sayyid Muhammad dengan cara apa pun dan mereka
meyakini kehadiran seorang Nabi di tengah komunitas Yahudi akan menjadi berkah.
Sehingga mereka menginginkannya untuk dibawa dengan cara apa pun.
Tampaknya ada semacam rasa bangga jika di komunitas Yahudi ada seorang Utusan Tuhan yang dijanjikan hadir dalam kehidupan mereka. Sebab mereka meyakini keberkahan dari seorang Nabi yang disebutkan dalam kitab suci. Karena itu, mereka berusaha untuk mengambilnya.
Suami
Halimah membawa Sayyid Muhammad ke Makkah dan dipertemukan dengan kakeknya
(Abdul Muthalib) beserta pamannya (Abu Thalib) dan ibunya (Aminah). Sang
kakek mengetahui keberadaan orang-orang "bayaran" dari komunitas
Yahudi yang terus mengintainya, sehingga dengan cara rahasia Sayyid Muhammad
disembunyikan di sebuah gua yang tidak terdeteksi orang-orang dan hanya
diketahui oleh Abdul Muthalib. Inilah bagian kedua, dari sejarah Nabi yang
tidak ditemukan dari buku-buku yang pernah saya baca.
Kemudian
dari film itu, diceritakan bahwa setiap saat sang kakek menemani Sayyid
Muhammad hingga tumbuh menjadi remaja dalam pengawasan dan perlindungannya.
Ibunya (Sayyidah Aminah) bersama keluarganya membawa Sayyid Muhammad ke Yathrib
untuk berkunjung pada saudara kakeknya di Yathrib dan melakukan ziarah pada
makam ayahnya (Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib).
Dalam perjalanan pulang,
Sayyidah Aminah sakit dan wafat. Sayyid Muhammad pun pingsan saat mengetahui
ibunya wafat. Sayyidah Aminah dikebumikan di daerah antara Yathrib dan Makkah
oleh Abu Thalib yang menyusul rombongan. Selanjutnya diceritakan setelah wafat
ibunya maka pengasuhan Sayyid Muhammad berada di bawah perlindungan kakeknya
kemudian oleh paman (Abu Thalib) dan bibinya (Fatimah binti Asad) sampai usia
dewasa.
Dari film itu, ada serpihan kemukjizatan Sayyid Muhammad sepulang dari perjalanan bisnis di Syam dan setelah bertemu dengan pendeta Buhairah (Bahira). Di sebuah tempat dekat pantai (laut) ada persembahan wanita dan dua anak yang diikat. Di belakangnya ada patung besar. Dan sekelompok laki-laki sedang berdoa agar dapat berkah dari persembahan itu berupa hasil laut. Orang-orang di sekitarnya tampak miskin sehingga berharap besar rezeki dari laut. Sayyid Muhammad membuka ikatan persembahan itu dan orang-orang marah hendak menyerangnya. Sayyid Abu Thalib dan Sayyid Abbas, dua paman Sayyid Muhammad, berupaya menghalangi orang-orang supaya tidak dapat menyerang keponakannya itu. Sayyid Muhammad menggerakan telapak tangan kemudian air laut menaik dan memuntahkan ikan serta hancurkan patung. Melihat banyak ikan ditepi pantai akibat dari gerakan tangan Sayyid Muhammad, orang-orang segera mengambilnya. Itu saya kira berkah dari kehadiran Sayyid Muhammad.
Film "Muhammad: The Messenger of God" berakhir dengan pernyataan Sayyid Abu Thalib dekat Kabah yang mengabarkan plakat perjanjian boikot selama tiga tahun tulisannya habis dimakan rayap dan yang tersisa hanya tulisan atas nama Allah. Sehingga itu menjadi tanda "kalahnya" pihak Quraisy dan kembalinya Bani Hasyim bersama Rasulullah saw dari pengasingan (boikot).
Sekadar diskusi
Serpihan
sejarah di atas, terutama yang terkait dengan "upaya-upaya" (negatif)
dari tokoh Yahudi kepada Sayyid Muhammad, dalam konteks historis mesti
dicari sumber-sumber primer. Mungkin ditelusuri dari manuskrip (filologis Arab
klasik) berupa syair dan pernyataan sang kakek dan sang paman yang berhubungan
dengan Sayyid Muhammad.
Sayangnya
sumber sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw yang sampai kepada umat Islam dalam
bentuk hadis dan riwayat lebih dominan aspek ibadah dan perjuangan politik serta
narasi perang dan kesuksesan Rasulullah saw dalam menguasai Makkah dan Yathrib.
Dan catatan itu pun berasal dari orang-orang, yang dari aspek kedekatan dengan
keluarga Nabi sangat kurang intens. Narasi tentang penerimaan wahyu pertama pun
yang beredar adalah diriwayatkan oleh Aisyah. Seorang istri Nabi yang dinikahi
di Yathrib dan dalam usia remaja. Apakah ia hadir saat menerima wahyu? Ini
mesti dipertanyakan: dari mana informasi penerimaan wahyu diperoleh jika ia
saat itu belum lahir?
Seharusnya
yang bisa mengisahkan narasi wahyu pertama dan kehidupan awal Nabi Muhammad saw
adalah keluarganya: Khadijah sebagai istri pertama dan terus mendampinginya
sampai tiba ajal dirinya. Juga pamannya: Abu Thalib dan Fathimah binti Asad
selaku bibinya yang mengasuh Sayyid Muhammad setelah wafat Abdul Muthalib. Atau
dari anak dan cucu Rasulullah saw yang biasanya ada turun temurun penyampaian
informasi tentang keluarga. Mengapa catatan historis dari mereka tidak ada
dalam buku-buku sejarah Nabi Muhammad saw? Seakan-akan ada unsur
"kesengajaan" dari para penulis sejarah awal Islam (abad 7 Masehi)
untuk memilah dan memilih narasi-narasi yang memang sesuai dengan konstruksi
yang dirancang sebelum dituangkan dalam karya sejarah.
Yang
perlu dikaji dengan riset historis: apa dasar pemikiran dari sejarawan Muslim
awal dalam menyusun (rekonstruksi) sejarah Nabi? Dalam pemilihan dan pemilahan
sumber: riwayat dan penuturan yang diambil sebagai bahan penulisan, didasarkan
pada apa? Dan mengapa narasi historis dari pihak keluarga Nabi sangat kurang
dan tidak memiliki "tempat" dalam jilid-jilid karya sejarah
dibandingkan dengan narasi (riwayat) dari sahabat dan orang-orang Islam yang
lahir setelah Nabi wafat?
Untuk
membuktikan tentang "upaya" (negatif) dari komunitas Yahudi memang
perlu dilihat dari sejarah kaum Yahudi dalam memperlakukan para Nabi. Motif
mereka dalam melakukan "tindakan" negatif kepada para Nabi pun layak
dijadikan semacam "cermin" dalam membaca fenomena sejarah Rasulullah
saw dan hubungannya dengan kaum Yahudi. Sumber teologis yang bisa dijadikan
data historis adalah Alquran. Namun dibutuhkan riset asbabun nuzul dan tartibun nuzul
wahyu alquran yang kuat dari keaslian sumber dan akurat pada aspek instrinsik
data historis, terutama riwayat-riwayat yang mengisahkan asbabun dan tartibun nuzul dari Alquran. Inilah problemnya karena dalam kajian hadis tidak pernah ada
riwayat yang bisa disepakati otentik. Setiap riwayat mengalami opini dari
setiap ulama hadis dan menariknya sepanjang zaman mereka berbeda dan tidak
kesepakatan tentang "nasib" sebuah riwayat atau hadis. Sekali pun
disahihkan oleh muhadis periode tabiin dan tabiit tabiin, periode berikutnya
tidak dipungkiri muncul muhadis yang menyalahkan opini ulama terdahulu. Bisa
terjadi sebuah riwayat (dahulu masa tabiin) disebut sahih, tetapi dalam jangka
waktu sekira satu abad kemudian dinyatakan cacat, bahkan palsu.
Nah,
ini problem dalam proses heuristik (sebagai langkah pertama dalam metode penelitian historis) pada studi sejarah kehidupan Rasulullah saw
dari masa kelahiran hingga wafat. Adakah
yang berani "mempertanyakan" sekaligus melakukan riset ulang atas
data (sumber sejarah) yang digunakan Majid Majidi dalam menyusun (skenario)
film Muhammad: The Messenger of God?
Tah ngan sakitu. Eta mah lenyepaneun urang sarerea. Sugan jeung sugan aya anu tiasa masihan pencerahan kanggo simkuring anu kirang dina elmu; estuning suwung. [Ahmad Sahidin]