Kerja merupakan bukti dari adanya aktivitas yang dilakukan manusia, baik
itu perorangan maupun kelompok. Katakanlah aktivitas jurnalistik merupakan
bentuk kinerja yang mengalami beberapa proses dan tahapan yang dijalani selama
beraktivitas.
Banyak aktivitas yang berkaitan dengan jurnalistik. Wawancara, editing,
photografy, dan menghubungi sumber berita juga termasuk aktivitas jurnalsitik.
Demikian yang dituturkan Kang Romel, Ketua Balai Pelatihan Kewartawanan dan
Jurnalstik (BATIK) –Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kota Bandung,
Sabtu (25/9).
Bahkan menurut Bill Kovach dan Thomas E. Patterson dari Universitas Harvard
yang menulis buku ”The Elements of Journalism”, yang diterjemahkan dengan judul
“Sembilan Elemen Jurnalisme” yang diterbitkan PANTAU, 2003, bahwa aktivitas
jurnalistik itu didasarkan pada sembilan elemen.
Pertama, harus menyuarakan dan berpihak kepada kebenaran. Kedua, loyalitas
pada masyarakat atau mementingkan public. Ketiga, berani melakukan verifikasi
terhadap fakta. Keempat, menyajikan fakta yang akurat dan tidak berada di bawah
tekanan siapa pun (selain nurani jurnalisme). Kelima, berani menjadi pemantau
sekaligus penyidik kebijakan penguasa. Keenam, menjadikan media sebagai sarana
menampung kritik, komentar atau suara
public. Ketujuh, berupaya menjadikan persoalan penting jadi menarik dan actual.
Kedelepan, berperan sebagai pembawa perubahan dan penentu kehidupan
selanjutnya. Terakhir, atau kesembilan adalah berani bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan atas apa-apa yang ditulis-edit-dan diputuskan layak
tidaknya sebuah tulisan dimuat di media.
Ini memang idealnya sikap yang harus dimiliki seorang jurnalis. Bisakah
seorang yang kurang ahli dalam persoalan media menggapainya?. “Bisa!” Ini
mungkin kata yang lebih baik dikedepankan daripada kata “tidak”. Sebab kata
“tidak” telah menunjukkan kalah sebelum bertarung, keok memeh dipacok—kata
urang Sunda. Karena itu, kita atau siapa pun orangnya yang ingin menjadi
seorang jurnalis harus berkata “bisa”, “mampu”, atau “insya Allah akan saya
coba”.
Inilah yang perlu kita tanamkan dalam diri jika ingin menjadi seorang
jurnalis. Ini juga sesuai dengan pernyataan KH.Abdullah Gymnastiar dalam sebuah
ceramahnya, jika kita ingin menjadi muslim yang sukses dunia dan akhirat harus
belajar dan berlatih, baik itu menyangkut agama maupun dunia. Tentu, jika ingin
menjadi seorang jurnalis harus belajar dan berlatih tanpa lelah serta mulai
saat ini. Ini kuncinya.
Ini konsepnya. Insya Allah berhasil.