Minggu, 01 Februari 2015

Air Sisa Minum Rasulullah saw

Alhamdulillah, 18 Januari 2015, saya megikuti perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam acara ini, yang menjadi penceramah adalah Dr Jalaluddin Rakhmat. Beruntung saya datang lebih awal sehingga dapat buku syair-syair yang ditulis Ustadz Jalal (Dr Jalaluddin Rakhmat). Buku terbaru yang berjudul: Berbinar Cinta. Buku ini khusus untuk menyambut Maulid Rasulullah saw yang dicetak dalam jumlah terbatas.

Sudah menjadi tradisi bahwa guru saya senantiasa berupaya untuk menerbitkan buku setiap kali tiba pada Maulid Rasulullah saw. Memang tidak setiap bulan maulid, buku Ustadz Jalal terbit. Ini hanya momentum istimewa saja.

Selain buku Ustadz Jalal, putranya yang bernama Ustadz Miftah pun menerbitkan buku. Namun buku ini tidak gratis. Judulnya: Dua Belas Empat Belas.

Dalam acara maulid, guru saya membacakan riwayat dalam hadis dalam kitab dan membacakan syair yang terdapat dalam bukunya.


Ada dua hadis yang saya ingat. Pertama, tentang putra Abdullah bin Ubai. Dikisahkan Abdullah putra Abdullah bin Ubai pernah meminta Rasulullah saw agar menyisakan air yang sedang diminumnya. Ketika ditanya untuk apa, Abdullah menyatakan untuk ayahnya supaya hatinya menjadi suci. Lalu, Abdullah pergi dan menyerahkanlah air sisa minum Nabi kepada ayahnya.

"Air apa ini" tanya ayahnya.

Abdullah menjawab, "Air sisa minum Rasulullah saw. Mudah-mudahan dengan air itu, Allah menyucikan hatimu, ayah."

"Kenapa kamu tidak bawa air kencing ibumu, yang lebih suci dari air sisa minum Muhammad bin Abdullah," umpat ayahnya sambil melemparkan air dalam wadah minum.
Abdullah pergi menemui Rasulullah saw dan menceritakannya. Abdullah meminta izin untuk membunuh ayahnya. Rasulullah saw tersenyum kemudian berkata, "Aku tak mengizinkan kamu untuk membunuh ayahmu."

Riwayat tersebut sangat bernas dan relevan dengan konteks Islam sekarang. Mungkin  dari kisah itulah sebagian kaum Muslim Indonesia senang mengambil air bekas minum guru. Mereka menganggapnya berkah. 

Berkah Tangan Rasulullah saw
Riwayat kedua tentang perjalanan Rasulullah saw. Suatu saat dalam perjalanan di daerah yang gersang, para sahabat membutuhkan air. Rasulullah saw mencari bebatuan yang besar yang agak tinggi. Lalu, tangan Rasulullah saw ditempelkan pada lekukan batu. Tiba-tiba keluar air cukup deras. Air itu dialirkan pada satu kubangan yang dibuat para sahabat hingga tertampung air yang banyak. Dari air itu para sahabat dan Rasulullah saw meminum dan memanfaatkan air untuk kebutuhan umat Islam.

Guru saya membacakan riwayat dari kitab yang dibacanya bahwa air tersebut hingga wafat Rasulullah saw masih mengalir. Namun, salah seorang khalifah yang berkuasa menyentuhnya. Ajaibnya setelah disentuh oleh khalifah, air tersebut berhenti mengalir.

Menurut guru saya, sentuhan tangan Rasulullah saw mengandung berkah. Apa pun yang berasal atau berkaitan dengan Rasulullah saw senantiasa ada berkahnya. Karena itu, jamaah haji dan umrah atau yang ziarah ke pusara Rasulullah saw di Madinah ketika berada dalam kompleks Masjid Nabawi dianjurkan melepas alas kaki. Mengapa? Karena tanah sekitar Masjid Nabawi merupakan bekas injakan kaki Rasulullah saw sehingga mengandung berkah.

Bagi orang Madinah atau yang punya kesempatan ziarah ke pusara Nabi Muhammad saw pasti beruntung dapat berkah dari jejak Rasulullah. Namun, bagi saya yang penuh harap untuk sampai ke pusara Rasulullah saw, tidak ada pilihan selain membaca shalawat.

Saya yakin dari shalawat yang dibaca ada berkah Rasulullah saw. Jika ingin tahu dalilnya, baca saja buku-buku tentang shalawat. Karena itu, saya akhiri tulisan ini dengan membaca: 

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad; 
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad;
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.