Masalah
pendidikan tak hanya dipersoalkan kalangan pendidik, pengajar, pemilik lembaga
pendidikan, dan pemerintah, tapi juga semua orang bicara. Mengapa bicara?
Karena tiap orang punya kepentingan. Misalnya, kalangan pendidik ingin murid
atau siswanya maju dan mampu menjawab tantangan zaman. Bagi orangtua, ingin
agar anaknya itu pintar, cerdas, hidup lebih baik dan lebih sukses.
Pemerintah
pun menginginkan generasi muda Indonesia menjadi manusia yang unggul, berperan,
dan berkontribusi bagi kehidupan bangsa dan negara. Begitu pun penjahat atau
yang berupaya menghancurkan bangsa pun, dipastikan berkepentingan dengan dunia
pendidikan.
Namun seberapa besar
mereka peduli pada pendidikan? Tampaknya kurang, dan bahkan mengecewakan.
Mengapa dan bagaimana itu terjadi?
Untuk menjawab itu,
Ahmad Sahidin dari Majalah Swadaya mewawancarai Dik Doank, artis
yang merintis Sekolah Alam Kandank Jurank Doank, pada Ahad, 6 April 2008 di
Komplek ALVITA, Blok Q No.14 Sawah Baru, Ciputat, Jakarta. Berikut ini
kutipannya:
Bang, sejak
kapan terlibat di dunia pendidikan?
Lama, tahun 1993
aku sudah memulai.
Mengapa
tertarik?
Ya, karena salah
satu inti hidup itu masuk Islam secara kaffah. Secara menyeluruh. Apa sih
maksudnya? Satu hal, menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Aku percaya
orang yang menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya, rukun
Islam, dia pasti harus menjadi kaya. Tak mungkin, tidak kan. Gimana enggak,
coba bayangin, zakatnya jalan. Kalau lihat ada orang ibadahnya bagus, tapi
tidak zakat, pasti dia kurang amalnya.
Kalau ada orang yang berbuat untuk
kepentingan umum, tapi tak shalat, pasti tak lengkap hidupnya. Jadi ada
kesenjangan yang kurang, adilnya kurang. Aku percaya orang yang mengerjakan
rukun Islam. Dia akan menjadi orang yang kaya hati, kaya harta. Jadi yang ke
satu, dalam rangka menjadi muslim kaffah.
Sedangkan yang
kedua, kalau kamu kaya, apa yang kamu lakukan. Bangunlah kemaslahatan orang
banyak. Bangun masjid. Kalau tak sanggup, bangun mushala. Kalau tak sanggup
juga, harus dijaga itu yang di kantong. Jangan sampai kita sebagai orang kaya,
tapi tak shalat, tak bantu orang. Kalau seperti itu, keliru dia. Maka bangunlah
rumah sakit, bangunlah kemaslahatan orang banyak. Karena pendidikan itu mahal,
karena itu aku bangun Sekolah Alam Kandank Jurank Doank ini atas keuntungan
yang didapat, ya penghasilan, untuk kepentingan orang lain juga. Seperti
Rasulullah SAW yang meski mau meninggal, beliau ingat pada umatnya dengan
mengatakan, ’ummatku, ummatku, ummatku.’
Yang
ketiga, adalah sebagai ibadah tambal sulam. Yang akan menyulam ketika kita
ibadah tak khusyu` dalam shalat. Ibadah tambal sulam ini bisa seperti ucapan assalamualaikum,
senyum, ibadah-ibadah kecil, bismillahirrahmanirrahim sebelum meminum.
Itu adalah ibadah tambal sulam, yang akan menyulam. Kecil, kecil, tapi dia
menyulam. Namanya juga nyulam. Jadi kalau kamu menjalankan tiga ini, bisa
dikatakan kamu masuk Islam secara kaffah. Secara menyeluruh.
Menurut
Abang, perkembangan pendidikan sekarang ini bagaimana?
Tadi sudah
aku jelaskan bahwa kita tidak dididik menjadi bangsa penemu, bangsa pencipta, tapi
malah jadi peniru atau penjiplak. Karena itu yang muncul budaya hafal, menyita
dengan tugas-tugas, dan harus bawa buku-buku yang berat dan ketika pulang masih
ada tugas lagi. Kan kasihan. Sebenarnya tak perlu begitu.
Perlu dicatat, 75
juta anak itu butuh sekolah. Bisa jadi lebih dari itu. Kalau 75 juta anak itu
terus berkembang, dan tidak ada asupan pendidikan yang baik, maka akan ada
tsunami yang lebih dahsyat dari Aceh yang disebabkan bukan karena air, tapi
karena gelombang kebodohan yang mengakibatkan pengangguran yang dahsyat.
Sekarang ini coba bayangkan.
Misalnya aku pemerintah, aku punya negeri. Aku
bikin sekolah mahal. Maka mereka jadi bodoh karena rakyatnya tak bisa bayar
sekolah. Coba kalau gratis, pasti dia nantinya akan memberi asupan, balas jasa
pada pemerintah, kepada negeri ini. Ini kan bagai gunung salju, pas Indonesia
ini kacau, pendidikan pun mahal. Makin lama makin jadi aneh negeri kita ini.
Terus
apa langkah untuk memperbaikinya?
Harusnya
kita jangan bicara bangsa-bangsa, kita peduli pada bangsa. Di depan rumah kita
lakukan berbagai kemaslahatan. Mulailah dari depan rumah sendiri, mulailah dari
pekarangan kamu. Mulai dengan
halaman kecilmu. Coba kalau semua orang melakukan itu. Tugas pemerintah
bebannya terlalu berat. Yang namanya mendidik, berbuat baik, itu bukan tugas
orang lain. Tugas kita. Kalau mengandalkan pemerintah, nanti yang masuk surga
pemerintah. Kita enggak (tertawa—red).
Tentang
anggaran pendidikan di Indonesia yang kecil, itu bagaimana?
Ya, tidak adil.
Bangsa ini tidak adil. Maka kalau tidak ada keadilan, negeri ini akan kacau.
Waktu itu pemerintah mengeluarkan begitu banyak uang untuk aktifitas
pemerintahannya sendiri. Untuk bus way, meneruskan bus way, dan banyak
ke bangunan fisik. Akhirnya apa yang terjadi, anak-anak dengan rumahnya yang
kena gusuran, mereka pindah ke daerah-daerah pinggiran kota. Sementara
sekolahnya masih tetap di tengah kota. Mereka berangkat bersama orang tuanya. Shubuh hari terus pulang dan kadang-kadang
terlambat, habis di jalan. Energinya habis terbuang di jalan. Jadi, aku lihat
pembangunan yang sekarang ini tidak terencana, termasuk pendidikan.
Harusnya pemimpin
itu harus punya keahlian dan mau adil. Keahliannya tadi itu, dia bisa memecahkan
banyak masalah. Dia tegas. Jaringannya bagus. Terus juga berkelompok, sinergi.
Kemarin sempat
melihat berbagai kenakalan remaja, apakah itu dampak dari pendidikan yang belum
benar?
Ya begini. Ketika
aku ingin anak tidak merokok, kan sangat tidak adil kalau aku bilang jangan
merokok, sementara ayahnya merokok. Tapi yang paling adil, kita bicara adil
dalam timbangan Islami, ya dilarang dan kita tak merokok. Anak-anak, teman-teman kita, sahabat-sahabatnya
itu, harusnya juga bisa jadi sahabat kita. Untuk kita rangkul, untuk bermain
bersama dan kita ajak berjalan ke arah yang benar. Itu yang adil. Nah,
persoalannya kita harus bicara adil. Kalau sudah seperti itu, ya tercapailah
tujuan pendidikan tersebut.
Adakah
hambatan yang dihadapi dalam dunia pendidikan di negeri ini?
Kalau aku pikir
tidak ada hambatan. Hambatannya ya musibah itu. Tapi harus dimengerti bahwa itu
adalah jembatan yang membuka kita pada Allah. Ketika kita diberikan keburukan,
musibah, ingatlah pasti ada tindakan kita yang keluar dari tanggungjawab atau
batas-batas yang sudah ditentukan. Maka kita mendapatkan musibah, ujian. Dan
kita memang tidak menjaga ekosistem, maka kita mendapat musibah. Jadi musibah
itu, pertama adalah karena ada satu tindakan yang keluar dari batas kemampuan
kita. Yang kedua adalah ketika kita mendapat musibah, percayalah bahwa ini
adalah penyucian dosa-dosa apa yang telah kita lakukan. Yang ketiga, kalau
engkau diberikan musibah, ingatlah para nabi yang diberikan musibah karena akan
diangkat derajatnya.
Artinya, dalam
pendidikan itu harus ada nilai-nilai agama?
Jelas,
hidup itu tiga hal. Cita, cinta dan agama. Mau dimulai dari mana dulu. Agama dulu, boleh.
Cita kemudian dan cinta terakhir, itu juga bisa. Kalau cinta dulu, baru agama.
Itu juga boleh. Cuma jangan sampai nanti, karena kita baru masuk pada cinta dan
lalu kita keburu mati sebelum ke agama. Wah ini persoalannya repot.
Bangsa kita
kan mayoritas muslim, tapi dalam kehidupannya tidak terlihat nilai dari agama
itu sendiri?
Rasulullah sudah
bersabda bahwa salah satu ciri menjelang hari kiamat, yaitu begitu banyak orang
beragama Islam tapi tanpa kearifan. Kearifan itu kan kita bicara orang-orang
yang adil dalam kehidupannya.
Kembali lagi
ke pendidikan, menurut Abang bagaimana pendidikan Islam di Indonesia dalam
dunia entertaiment?
Sebenarnya dengan
adanya film Ayat-Ayat Cinta, Kun Fayakun, atau Ketika Cinta
Bertasbih, sudah mulai kelihatan bahwa film dunia horor saudah tak menarik.
Memang siklusnya begitu, kadang di atas kadang di bawah. Tapi kalau bicara
trennya, ya lebih baik yang sekarang.
Jadi, Abang
yakin bahwa agama adalah sebuah harapan di masa depan untuk membangun manusia terbaik
dalam pendidikan?
Ya pasti. Siapa
sih yang mewarnai hidup ini, di bumi ini. Siapa sih, profesi apa sih. Pertama, tentu pemuka
agama. Dia akan memagari norma-norma. Kedua, para penemu, ahli filsafat atau
orang-orang yang berilmu. Dibuatlah segala macam, dibuatlah jalan layang. Dia
mewarnai dunia dengan cipta karyanya.
Dan yang terakhir, seniman. Yang membuat indah, ya seniman yang buat.
Bayangkan Arab itu bangsa budak. Tapi begitu Islam masuk, Persia ditaklukkan.
Ketika Islam masuk, sebelumnya itu acak aduk. Tapi ketika seni Islam masuk,
jadi seni kaligrafi. Indah bukan.
Terus tentang
film ‘Fitna’ karya Wilders, kartun Denmark, novel Satanic Verses karya Salman
Rusdie, Abang melihatnya bagaimana?
Aku melihatnya
ada kefanatikan, dan itu tidak bagus. Kalau Anda hanya suka dangdut, maka Anda
tidak akan pernah belajar jazz. Tapi kalau belajar dangdut, belajar jazz,
gambus, rock `n roll, atau semua musik, maka Anda akan kaya. Ya kaya dengan
wawasan-wawasan.
Komentar
perihal Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT)
yang mendirikan Adzkia Islamic School untuk orang-orang dhuafa, pendapat Abang
bagaimana?
Ya, asal lembaga
itu bisa berdiri di atas kakinya sendiri, aku setuju. Tapi itu bukan
dibangunnya meminta dari satu map ke map, atau jaringan ikan dan tong-tong
(kotak amal—red) di tengah-tengah jalan itu. Terus, ketika sudah dibangun,
harus ada majelis atau kegiatannya di situ. Apalagi kalau di bangun atas kasadaran, keridhoan,
keikhlasan, katawaduan, maka akan berkah.
Ada pesan buat
masyarakat perihal agama, pendidikan atau kehidupan?
Agama kita kan
sempurna. Dia bisa menjawab semua masalah kehidupan. Janganlah mencari guru
selain Rasulullah SAW. Dia adalah orang yang sudah terpilih. Jangan terlalu
fanatik dalam hal yang tak jelas. Itu membuat Islam sempit. Kita harus mulai
masuk pada ilmu ma`rifat. Ilmu yang lebih tinggi lagi, lebih tinggi lagi dalam
mempelajari pengetahuan keislaman. Jadi, orang sudah ma`rifat itu dia mau
membuka, membuka mata hati. Mata itu ada banyak. Terutama mata yang bisa
melihat. Mata hati yang bisa merasakan dan mata kaki yang melangkah ke arah
kebajikan. Kalau kita melihat kesulitan orang, wah kasihan ya.
Cuma bilang itu
saja, dan kembali jalan seperti biasa. Tak ada hal yang menggerakkannnya membantu.
Nah, biasanya baru tindakan itu timbul ketika ada ”mata” yang bisa melihat.
Bukan mata jasad, tapi mata hati yang merasakannya. Terakhir, mintalah ridha
orangtua. Ridha orangtua kan ridha Allah. Kalau itu dilakukan, pasti sukses.
BIODATA
NAMA ASLI
Rd. Rizki
Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma
NAMA BEKEN
Dik Doank
KELAHIRAN
Jakarta, 21
September 1968
PENDIDIKAN
S-1 program Seni
Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
ISTRI
Myrna Yuanita
ANAK
- Ratta Billa
Baggi
- Geddi Jaddi
Membummi
- Putti Kayya
Hatti Imanni
PRESTASI
- Juara I Pencak
Silat (Merpati Putih) se-DKI tahun 1991
- Art Director Klip Terbaik Album Poppy Mercury tahun 1996
- Penyanyi Balada Terbaik AMI Sharp Award Th.1997
- Produser Balada Terbaik AMI Sharp Award Album "Pulang"
tahun l997
- Perancang Cover Design terbaik versi News Musik tahun 2000
- Pembawa acara olah raga terfavorit pilihan pemirsa
Panasonic Award tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005
- Duta Lingkungan Hidup
- Duta Pendidikan
- Duta Unicef
- Pemenang Hamangkubuwono world
- Pembawa
Obor Olimpiade 2008
PROGRAM TV
-
GRESS(TPI)
- Kuis
Mortal Combat (RCTI)
- Kuis 3 menit
Liga Italy (RCTI)
- SENSASI
(INDOSIAR)
- Planet FootbaH
(RCTI)
- Jalinan
Kasih/Sang Pengembara (RCTI)
- 30 Detik jadi
Bintang (Global TV)
- Yang Muda Yang
Beragama (ANTV)
- Selamat Pagi
(Trans 7)
ALBUM
- Pulang
- Jangan Takut
- 180°
- Kumpulan Album
Cinta