DALAM sejarah Islam banyak kaum hawa yang bisa dijadikan teladan. Beberapa
di antaranya adalah Khadijah Binti Khuwailid dan Fathimah Az-Zahra Binti
Rasulullah SAW.
Satu hari Rasulullah SAW sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa
orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa
ayahnya itu.
Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, “Ya Allah, engkau yang akan
menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin
Hisyam, Utbah Bin Rabiah, Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin
Khalaf ” (HR.Muslim).
Bahkan dalam Perang Uhud, Fathimah yang
membersihkan dan mengobati luka-luka yang diderita Rasulullah SAW.
Fathimah juga dikenal istri yang tak pernah mengeluh soal kemiskinan.
Sejarah mengisahkan Fathimah hidup bersama Ali Bin Abu Thalib dalam rumah
sederhana. Kehidupan Fathimah yang sederhana menunjukkan bahwa putri Rasulullah SAW
merupakan sosok yang mencintai akhirat. Aspek ini mesti diteladani dalam
kehidupan. Fathimah pun tak malu harus menggiling gandum untuk menyiapkan roti
keluarganya sehingga tangannya luka. Hal ini merupakan pelajaran bahwa seorang
ibu rumah tangga harus berupaya untuk produktif. Pelayanan dan kesetiaan Fathimah kepada suaminya tidak ada
bandingannya. Beliau begitu lembut dan pandai menghibur suaminya, sehingga bisa
menghilangkan rasa lelah jiwa dan badan suami tercintanya. Ali bin Abu Thalib,
suaminya, mengatakan, “setiap saat aku melihat wajahnya, maka hilanglah semua
kesedihanku.”
Peran Kaum Hawa di Masa Rasulullah SAW
Pakar tafsir Muhammad Quraisy Shihab menjelaskan bahwa dalam sejarah telah
ada beberapa aktivitas yang dilakukan kaum hawa pada masa Nabi Muhammad SAW.
Dari mulai urusan bisnis hingga ada yang terlibat membantu dalam
peperangan-peperangan. Nama-nama seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah,
Laila Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah, dan lain-lain, tercatat sebagai
tokoh-tokoh yang terlibat dalam peperangan.
Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi Muhammad SAW aktif pula dalam
berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti
Ummu Salim binti Malhan yang merias, dan Shafiyah bin Huyay—istri
Nabi Muhammad SAW juga dikenal sebagai perawat.
Keterlibatan mereka itu merupakan hasil dari didikan dan binaan Rasulullah SAW,
yang senantiasa memberi perhatian atau pengarahan kepada perempuan agar
menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang
bermanfaat.
Ada hadis yang diriwayatkan Abu Nu'aim dari Abdullah bin Rabi' Al-Anshari,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik ‘permainan’ seorang perempuan
Muslimah di dalam rumahnya adalah memintal (menenun)”. Juga Aisyah
Binti Abu Bakar diriwayatkan pernah berkata, "Alat pemintal di tangan
perempuan lebih baik daripada tombak di tangan lelaki."
Bahkan Rasulullah SAW dengan risalah ilahi menetapkan hak milik bagi kaum
hawa dengan berbagai jenis dan cabangnya serta hak untuk mempergunakannya,
termasuk hak mempertahankan hartanya dan membela dirinya. Begitulah peran kaum hawa yang bisa menjadi teladan bagi kaum muslimah di
masa sekarang ini. *** (Ahmad Sahidin)