Jumat, 27 Februari 2015

Fathimah dan Teladan Muslimah

DALAM sejarah Islam banyak kaum hawa yang bisa dijadikan teladan. Beberapa di antaranya adalah Khadijah Binti Khuwailid dan Fathimah Az-Zahra Binti Rasulullah SAW.

Satu hari Rasulullah SAW sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi. Kemudian dengan cepat Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. 

Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, “Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah, Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf ” (HR.Muslim).

Bahkan dalam Perang Uhud, Fathimah yang membersihkan dan mengobati luka-luka yang diderita Rasulullah SAW. 
 
Fathimah juga dikenal istri yang tak pernah mengeluh soal kemiskinan. Sejarah mengisahkan Fathimah hidup bersama Ali Bin Abu Thalib dalam rumah sederhana. Kehidupan Fathimah yang sederhana menunjukkan bahwa putri Rasulullah SAW merupakan sosok yang mencintai akhirat. Aspek ini mesti diteladani dalam kehidupan. Fathimah pun tak malu harus menggiling gandum untuk menyiapkan roti keluarganya sehingga tangannya luka. Hal ini merupakan pelajaran bahwa seorang ibu rumah tangga harus berupaya untuk produktif. Pelayanan dan kesetiaan Fathimah kepada suaminya tidak ada bandingannya. Beliau begitu lembut dan pandai menghibur suaminya, sehingga bisa menghilangkan rasa lelah jiwa dan badan suami tercintanya. Ali bin Abu Thalib, suaminya, mengatakan, “setiap saat aku melihat wajahnya, maka hilanglah semua kesedihanku.”

Peran Kaum Hawa di Masa Rasulullah SAW
Pakar tafsir Muhammad Quraisy Shihab menjelaskan bahwa dalam sejarah telah ada beberapa aktivitas yang dilakukan kaum hawa pada masa Nabi Muhammad SAW. Dari mulai urusan bisnis hingga ada yang terlibat membantu dalam peperangan-peperangan. Nama-nama seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah, dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam peperangan.

Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi Muhammad SAW aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan yang merias, dan Shafiyah bin Huyay—istri Nabi Muhammad SAW juga dikenal sebagai perawat.

Keterlibatan mereka itu merupakan hasil dari didikan dan binaan Rasulullah SAW, yang senantiasa memberi perhatian atau pengarahan kepada perempuan agar menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat. 

Ada hadis yang diriwayatkan Abu Nu'aim dari Abdullah bin Rabi' Al-Anshari, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik ‘permainan’ seorang perempuan Muslimah di dalam rumahnya adalah memintal (menenun)”.  Juga Aisyah Binti Abu Bakar diriwayatkan pernah berkata, "Alat pemintal di tangan perempuan lebih baik daripada tombak di tangan lelaki."

Bahkan Rasulullah SAW dengan risalah ilahi menetapkan hak milik bagi kaum hawa dengan berbagai jenis dan cabangnya serta hak untuk mempergunakannya, termasuk hak mempertahankan hartanya dan membela dirinya. Begitulah peran kaum hawa yang bisa menjadi teladan bagi kaum muslimah di masa sekarang ini. *** (Ahmad Sahidin)