Senin, 23 Februari 2015

Kepedulian Global

Pajak 15 % di Indonesia saja sudah tak cukup untuk menaikkan tarap hidup masyarakat Indonesia. Apalagi zakat yang cuma 2.5 %, pasti sangat tidak bisa mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Karena warga miskin di Indonesia ini lebih banyak dari yang kayanya. 

Yang membuat dunia ini berdaya adalah bila yang kaya lebih banyak dari orang-orang miskin. Begitu juga dalam kasus zakat, sekarang ini lebih banyak penerima zakat dibanding pembayar zakat.

Saya kemarin bersilaturahim ke Nigeria, sebuah negara Muslim yang paling miskin di dunia. Negaranya berdekatan dengan Libya, yang sangat kaya raya dan makmur karena minyak. Memang Libya memberikan bantuan untuk Nigeria, tapi tetap saja masih tak berdaya dan miskin. Sebab dana yang dimiliki Libya tidak bisa memakmurkan seluruh warga Nigeria, apalagi bila pimpinannya tak berdaya, ya sudah terpuruk. Meski ada bantuan, tapi jika tak ada dukungan dan kekuatan untuk bergerak dari pucuk pimpinan pasti lemah.


Indonesia juga sedikit sama. Meski ada pajak dan zakat, tetap saja belum bisa membebaskan masyarakat dari belenggu kemisikinan. Karena potensi kekayaan dan sumber daya alamnya kan habis dibakar atau tak dimanfaatkan oleh kita. Malah dibawa pihak luar ke luar negeri.

Namun kalau kita lihat negara Islam di Timur Tengah seperti Iran, Kuwait, atau Lebanon ternyata mampu membiayai masyarakat dhuafanya. Ini karena ada khumus, 20 % yang ditarik pemerintah dari orang-orang kaya. Kita lihat kemarin Hizbulloh di Lebanon, meski berperang melawan Israel, tapi masih bisa membangun kembali bangunan yang rusak akibat perang, dan bahkan Hizbulloh memberikan uang cuma-cuma kepada korban perang. Luar biasa, dananya itu berasal dari zakat dan khumus.

Saya pikir bila ingin terwujud masyarakat Muslim yang berdaya, harusnya ada kepedulian global dari negara-negara Muslim kaya dan memberikan bantuannya kepada negeri-negeri Muslim yang miskin seperti Indonesia ini.

Namun hal itu sulit karena kita disekat dengan aspek kebangsaan. Belum lagi hingga saat ini umat Islam belum bersatu. Ya harusnya sih bersatu sehingga kepedulian global bisa terwujud. Ini penting diperhatikan, bahwa menolong sesama muslim itu sebuah kewajiban.

Ada hal lainnya yang perlu Anda ketahui. Jika melihat Amerika dan Eropa, tiap bulannya pasti ada para artis atau bintang film yang dipenjara karena enggan bayar pajak atas kekayaannya itu. Di kita ini kan banyak artis-artis atau figur publik yang pendapatannya besar, harusnya dipajak sesuai dengan besarnya kekayaan yang diperolehnya. Beri sanksi fisik agar tidak mempermainkan hukum. Begitu pun zakat. Umat Islam yang kaya harus bayar zakat dan beri sanksi bila tak membayarnya. Percayalah, meski tidak ada sanksi fisik dalam urusan zakat, Anda harus yakin bahwa orang yang tak zakat itu pasti dimiskinkan oleh Allah SWT. Ini ketentuan Allah.

Prof Dr.H.DADANG KAHMAD adalah Gurubesar Ilmu Sosial di UIN SGD Bandung

(naskah tersebut ditulis oleh AHMAD SAHIDIN dari wawancara beberapa waktu lalu dan dimuat dalam majalah swadaya)