Almarhum Burujerdi, seorang ‘alim dan arif. Enam bulan sebelum wafat, ia tidak keluar untuk mengajar seperti biasanya. Tidak keluar rumah. Bahkan tidak seorang pun diizinkan menjumpainya.
Setelah wafat, seorang murid bertanya kepada putra Almarhum Burujerdi: "Mengapa ayahmu tidak mengajar selama enam bulan ini, apakah beliau sakit?"
Putra beliau menjawab: "Ayahku tidak sakit. Akan tetapi enam
bulan lalu ayahku bermimpi. Dalam mimpinya ia berada di padang Mahsyar, padang
yang begitu dahsyat dan mencekam. Begitu banyaknya manusia dengan aneka ragam
bentuk yang tidak pernah ia saksikan sebelumnya.
Ayahku kemudian berkata: Aku menyaksikan seorang malaikat dengan
wujud yang menakutkan dan mencekam, ia bertanya kepadaku: Golongan apa engkau?
Sebelum aku menjawab tiba-tiba seluruh bagian tubuhku berbicara: Aku adalah
Ulama. Mulailah ia bertanya padaku tentang semua hal, kepada siapa aku ajarkan
ilmuku, mengapa aku belum mengamalkan apa yang aku ajarkan, mengapa aku belum
mempelajari beragam buku yang aku miliki, mengapa aku menulis ini dan itu.
Semuanya ditanya dariku sehingga aku tak berdaya apa pun dan merasa diriku
masuk golongan celaka. Karena mimpi itulah ayahku ingin menutupi segala
kekurangannya dan menutup dirinya dari segala sesuatu selama enam bulan ini."
Dari kisah tersebut bahwa betapa berada dalam kesadaran yang tinggi sang ulama Burujerdi.
Betapa menohok diri saya, yang sejak sekolah dasar sampai tingkat
perguruan tinggi belajar. Belajar segala ilmu dan pengetahuan umum, bahkan
agama. Belum lagi menimba ilmu dari ceramah ustadz di masjid dan online. Betapa
banyak pengetahuan yang sampai pada diri ini. Namun, betapa akan berat diri ini
dihadapan mahkamah Ilahi saat urusan ilmu saja dipertanyakan, apalagi hidup
dengan segala aneka warnanya.
Ya Robbana…. Ampuni diri ini atas segala ilmu dan pengetahuan yang
belum disebar luaskan. Betapa malas diri untuk gerak berbagi ilmu. Betapa takut
luar biasa atas yang dimiliki diri ini saat berada pada masa pertimbangan
kelak. Semoga Allah memberikan kesempatan bagi kita semua untuk memperbaiki
mizan kita masing-masing. *** (ahmad sahidin)