Kamis, 03 Agustus 2023

Empat Gelombang Syiah di Indonesia, Masih Relevankah?

PENDIRI dan Ketua Dewan Syuro Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Prof.Dr.KH.Jalaluddin Rakhmat dalam wawancara dengan Tempo co (online), Kamis, 29 Agustus 2012, berkisah tentang gelombang masuknya Islam mazhab Syiah. 

Menurut Ustadz Jalal—begitu para murid dan Ijabiyyun (anggota IJABI) menyapa Jalaluddin Rakhmat—ada empat gelombang masuknya Islam mazhab Syiah ke Indonesia. 

Gelombang pertama mazhab Syiah masuk ke Aceh sekitar abad ke-8 atau saat Dinasti Abbasiyah berkuasa di Timur Tengah. Ketika itu, orang Hadramaut dari Arab masuk ke Aceh untuk berdakwah. Tapi mereka tak menunjukkan dirinya Syiah. Melainkan taqiyah (berpura-pura) menjadi pengikut mahzhab Syafi'i. Karena itu, secara kultur Nahdlatul Ulama (organisasi Islam mazhab Sunni di Indonesia yang banyak diikuti kalangan pesantren dan masyarakat desa) adalah Syiah. Tapi tak pernah ada sejarah yang merekam jejak mereka sehingga dianggap tidak ada Syiah. Meski dalam fikih mengambil mazhab Syafii, tetapi mereka tetap orang Syiah. Mereka mempraktikkan mahzab Syafi'i untuk melindungi diri dari serangan. 

Bukti lainnya adalah tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Tabot, misalnya. Tradisi itu kerap dilakukan masyarakat Bengkulu pada 1 hingga 10 Muharram tiap tahunnya. Tak kurang dari seribu orang mengikuti Tabot. Mereka melakukan drama kolosal yang mengenang tragedi pembantaian keluarga nabi dan tewasnya Imam Hussein di Karbala. Awalnya, tradisi itu diperkenalkan saudagar India yang kapalnya terdampar di Bengkulu. Tapi warga tak tahu jika tabot adalah tradisi Syiah. Sampai sekarang pemerintah dan warga Bengkulu tetap menggelar tabot, meskipun mereka bukan Syiah. 

Gelombang kedua, Islam mazhab Syiah masuk sekira 1982. Berawal dari revolusi Islam di Iran pada 1979-1980-an, yakni peristiwa perebutan kekuasaan di Iran dari pemerintahan otokrasi, Mohammad Reza Shah Pahlavi, oleh ulama tua, Ayatullah Rohullah Khomeini. Kakek ini (Khomeini) menarik perhatian mahasiswa. Buat gerakan Islam di Indonesia yang selalu gagal dalam pertarungan politik, Imam Khomeni dianggap sebagai harapan. Ia menjadi lambang negara dunia ketiga yang melawan Amerika.  Mahasiswa yang dilarang berkegiatan sosial oleh pemerintah kembali ke masjid. Mereka mengulas buku-buku revolusi Iran, mengenal Syiah, mempelajari ideologi serta filosofinya. Kemudian muncullah Syiah di kalangan pelajar yang berpusat pada masjid kampus. Mazhab Syiah kemudian masuk ke Bandung dan banyak dianut oleh anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) serta tersebar meluas ke berbagai kampus di daerah lain. Aktivis HMI menyebarkan ajaran Syiah secara sistematis, yakni melalui pelatihan kepemimpinan.  Syiah dalam gelombang dua ini bergerak dalam gerakan intelektual dan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan kalangan akademisi dan digandrungi kalangan muda Islam Indonesia.

Gelombang ketiga adalah saat orang-orang sudah mengerti ideologi dan teologi Syiah. Kemudian mereka ingin mengenal Syiah dari segi fiqih. Mereka belajar dari habib (keturunan Rasulullah saw) yang pernah belajar di Qum, Iran. Karena sudah masuk ke ranah fiqih, muncul perbedaan paham dan timbul benih konflik. Apalagi dalam mazhab Syiah sendiri banyak fatwa-fatwa dari ulama (marja’taqlid) yang berbeda satu sama lain sehingga tidak jarang terjadi benturan pemahaman ibadah (ikhtilaf) di antara pengikut Syiah. Bahkan dalam mazhab Sunni pun demikian banyak fatwa yang berbeda dari para ulamanya. Tidak jarang di antara pengikutnya saling bentrok di masyarakat dan menganggap paling benar.
 

Para pengikut mazhab Syiah gelombang ketiga belum memiliki kekuatan sosial dan politik. Mereka hanya menyimpan keyakinannya untuk diri sendiri, keluarga, dan hanya sebagai pemikiran.

Semakin hari banyak orang yang tertarik dengan mazhab Syiah dan mulai mendirik majelis atau yayasan untuk dakwah. Masa-masa ini masuk gelombang keempat, yaitu ketika orang-orang yang mengikuti mazhab Syiah atau terpengaruhi pemikiran Syiah mulai membentuk ikatan. Misalnya Ikatan Jemaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) yang berdiri 1 Juli 2000 di Bandung. IJABI merupakan organisasi masyarakat Islam yang diakui keberadaannya oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.  IJABI dalam penyebarannya tidak mengutamakan fiqih, tetapi mengedepankan akhlak dan mementingkan Islam bersatu dan Indonesia tenteram. 

IJABI memang ormas yang identik dengan mazhab Syiah. Meski memiliki kesamaan dalam mazhab, tetapi IJABI tidak mengikuti masyarakat Syiah di Iran yang berideologi wilayah faqih. IJABI menganut Pancasila sebagai azas (ideologi) dan menyesuaikan dengan kebudayaan lokal dalam dakwah. Karena itu, IJABI gemar melakukan kegiatan Mawlid Nabi, Nisfu Syaban, Asyura, Arbain Imam Husain, Haul ulama-ulama, Rebo Kasan, tahlilan, tawasul, ziarah kubur, dan lainnya. Kegiatan kegiatan agama tersebut tidak hanya dilakukan IJABI, tetapi banyak dilakukan umat Islam Indonesia dari ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan kalangan pesantren.  Bahkan, Presiden Republik Indonesia Dr.Susilo Bambang Yudhoyono meminta Ustadz Jalal (IJABI) menjadi perwakilan Syiah di Indonesia ke luar negeri. Permintaan itu datang ketika ada pertemuan menyangkut Syiah di dunia internasional dan Kementerian Agama mengutus Ustadz Jalal. Karena IJABI sudah diakui secara resmi pemerintah Republik Indonesia maka dalam politik memiliki kedudukan yang sama dengan organisasi Islam yang lain. 

Kini, tahun 2023. Tentu perlu ada riset untuk melihat gerak perkembangan masyarakat Islam yang bermazhab Syiah di Indonesia. Sekadar info saja. Bulan Juli 2023 bertepatan dengan bulan Muharram. Tepatnya pada 10 Muharram 1445 H., saya lihat bermunculan pada media social dan youtube yang menayangkan siaran langsung acara asyura di berbagai tempat dan daerah. Saya lihat luar biasa banyak diikuti masyarakat dan nuansa religinya tampak penuh dengan duka cita. Terlihat kala melihat acara di Gelora Bung Karno Jakarta, 28 Juli 2023, digelar Asyura Nasional yang diselenggarakan dua organisasi yakni Ahlulbait Indonesia dan IJABI dengan banyak orang yang hadir. Dari tahun ke tahun tampaknya terus bertambah kaum Muslim yang menunjukkan kecintaan kepada Ahlulbait Rasulullah SAW. Dan makin berani tampil menunjukkan eksistensinya. Apakah mereka itu Syiah? Nah, ini perlu dibahas dengan melakukan riset sebelumnya! *** (ahmad sahidin)