Senin, 27 Maret 2017

Islam dan Budaya Lokal

Islam dalam bahasa Arab berasal dari kata aslama, yang berarti tunduk atau pasrah. Dalam Al-Quran memuat istilah muslim, taslim, salim, dan islam; yang bermakna pasrah, berserah diri, dan menerima dengan sepenuh hati.
Karena itu, Islam dapat dimaknai sebagai institusi agama yang menganjurkan pemeluknya untuk bersikap pasrah terhadap ketentuan dan aturan yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Semua ulama sepakat bahwa Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw (shalallahu alaihi wa sallam).

Dalam Islam terkandung semua ajaran agama yang diajarkan para Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. Ajaran kasih sayang dari Nabi Isa as yang disebut agama Kristen terdapat dalam Islam. Ajaran monoteis (mengesakan Allah) yang diajarkan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as yang disebut agama Millah Ibrahim masuk dalam Islam. Ajaran-ajaran Nabi Musa as dan Nabi Dawud as yang disebut agama Yahudi terdapat dalam Islam. Kehidupan asketis (hidup sederhana) yang diajarkan dalam agama Budha dan ajaran pengabdian (pelayanan) terhadap sesama manusia beserta binatang dan penyatuan dengan alam semesta yang diajarkan dalam agama Hindu dan Konghucu, ternyata terdapat dalam agama Islam.

Bahkan, pemikiran rasional atau filsafat yang kadang dianggap membahayakan keimanan pun mendapatkan tempat dalam ilmu-ilmu Islam (Dirasah Islamiyyah). Kemudian gerakan spiritualitas atau mistisme yang bersumber dari intuisi (rasa) juga mendapatkan ruang dalam ilmu-ilmu Islam. Kebudayaan lokal yang berada di setiap tempat dan kawasan umat Islam diperkaya dengan nilai-nilai Islam sehingga menjadi bentuk budaya baru. Hukum dan adat lokal yang menjungjung kemanusiaan diperkaya dengan nilai-nilai Islam kemudian menjadi bagian dari hukum Islam yang berlaku di daerahnya masing-masing.

Kajian Hodgson
Seorang orientalis Marshall Hodgson melihat Islam yang mudah masuk dalam berbagai budaya dan memperkaya khazanah bangsa. Hodgson melihat Islam dalam konteks sejarah menjadi tiga konsep: Islamic, Islamicate, Islamdom.

Pertama, Islamic merupakan Islam sebagai nilai dan doktrin. KeduaIslamicate adalah nilai-nilai Islam yang mewujud dalam diri seorang Muslim dan Muslimah yang  keberadaannya dipengaruhi sosial budaya di lingkungannya. KetigaIslamdom adalah Islam dalam konteks negara atau komunitas orang-orang Islam dari aspek statistik-kuantitas.Kehadiran Islam senantiasa memberi warna baru dan mengisinya dengan nilai yang lebih universal serta mudah dipahami setiap orang. Islamdom bisa disebut Islam yang mewujud dalam kehidupan orang-orang Islam di mana pun berada dan mengalami penyesuaian dengan lingkungannya sehingga muncul tradisi dan budaya yang bercorak Islam (Islamicate).

Sekadar contoh bahwa Nabi Muhammad saw di Makkah dahulu memperbarui tradisi haji yang berbau jahiliah dengan ajaran Islam. Kemudian mengubah perilaku buruk warga Makkah dan Madinah menjadi orang-orang yang mengikuti akhlak Rasulullah saw dan mengamalkan ibadah serta memperbaiki cara hidup yang sesuai dengan doktrin Islam (Islamic).

Orang-orang Arab yang dahulu suka berperang  dan bersaing antarsuku disatukan dalam satu komunitas, yaitu umat Islam. Mereka yang menganggap anak perempuan sebagai beban ekonomi keluarga diberi pencerahan bahwa anak (baik laki-laki atau perempuan) merupakan anugerah dan amanah dari Allah serta menjadi kekayaan yang berharga bagi keluarga. Pernikahan yang jahiliah diubah sesuai dengan nilai-nilai Islam sehingga unsur penindasan dan menganggap istri sekadar pemuas seks dihapuskan. Pernikahan diatur dengan cara yang baik berdasakan ajaran Islam sehingga bernilai suci dan kaum lelaki tidak lagi memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan buruk. Kebiasaan menindas terhadap kaum dhuafa dihilangkan dengan mengangkat kaum dhuafa sederajat dengan manusia lainnya.

Tatar Sunda
Begitu juga ketika agama Islam dibawa masuk ke Tatar Sunda, Aceh, Makassar, Bugis, Lampung, Jawa dan lainnya, ternyata bisa saling menguatkan dan memperkaya khazanah budaya lokal. Dalam acara adat pernikahan dan seni rudat Sunda diisi doa dan ajaran Islam. Tradisi menolak musibah, menyambut seren taun, dan perayaan atas hasil panen—meski masih bernuansa tradisi lokal Sunda—diberi warna Islam berupa doa dan pemaknaan berdasarkan penafsiran yang mengambil dari al-Quran dan Rasulullah saw. Budaya lokal yang diisi ajaran Islam kemudian menjadi bentuk baru dan memperkaya kebudayaan Indonesia. Hal ini karena adanya proses penyesuaian orang-orang Islam dengan lingkungannya. Sejarah mengisahkan umat Islam dalam peradaban dunia menyumbangkan berbagai khazanah ilmu pengetahuan dan penemuan dalam kedokteran, filsafat, teologi, psikologi, matematika, biologi, astronomi, sastra, arsitektur, dan karya seni lainnya.

Jika orang-orang Islam terdahulu bisa berkarya dalam peradaban dunia, maka selayaknya umat Islam yang kini hidup pada abad yang serba mudah ini harus lebih dari umat Islam terdahulu.***

PENULISAhmad Sahidin, alumni jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung