Minggu, 12 Maret 2017

Diskusi tentang Masuknya Islam di Tatar Sunda

Berikut ini diskusi terbatas saya dalam whatsapp tentang Islam di Tatar Sunda dan upaya merekonstruksi sejarah. Ini diawali di grup whatsapp. Saya sampaikan kita butuh data historis bukan informasi lisan. Kemudian Pipin, yang jadi kawan diskusi, saya ajak untuk diskusi japri. Maklum bahas dalam grup khawatir tidak menarik. (Maaf yang di grup lupa tak dikopikan, jadi saat dicari tak ketemu).

[21/5 08.58] Pipin Suhendar: Balik dulu ke soal hardfact dan mental fact. Akan sangat sulit bila ingin mendapatkan hardfact untuk membuktikan keberadaan dakwah Ahlul bait pada periode pertama Islam masuk ke Nusantara. Alasannya kenapa,  karena Ahlul bait secara politik mengalami kekalahan. Dan selalu dalam pengawasan dinasti yang berkuasa. Asumsi memasukan Ali Uraidi sebagai Imam Ali yang bertemu dengan Kian Santang didasari beberapa hal, pertama persoalan waktu/kesejamanan. Dan kedua adalah kenyataan bahwa para habaib di Indonesia mengklaim sebagai keturunan Ali Uraidi putra Imam Ja'far.

[21/5 09.01] Pipin Suhendar: Namun yang unik adalah bagaimana para Ahlut bait ini bisa masuk wilayah elit kekuasaan? Sejak kapan pada masa sistem pemerintahan kedatuan kah atau kesultanan?

[21/5 09.16] Pipin Suhendar: Bagi saya bisa masuknya ahlul bait dalam wilayah elit kekuasaan adalah sangat mengherankan dari sisi politis. Pertama bila mereka secara politis sudah kuat kenapa tidak memploklamirkan madzhab ahlul bait ? Mungkinkah mereka masih taqiyah?

[21/5 09.19] Pipin Suhendar: Kekuatan besar apa pada jaman kesultanan hingga para habaib masih taqiyah. Kalau terjadi keterputusan sejarah keyakinan sejak kapan? Adakah gelar kesultanan sebagai sayyidin panatagama khalifatullah fil ardhi yang disematkan kpd sultan sbg penanda ketaqiyahan. Mengingat konsep ahlul bait adalah imamah ?

[21/5 09.40] Pipin Suhendar: Atau mitos kian santang, keislaman prabu boros ngora. Adalah "Islamisasi sejarah "?

[21/5 09.47] Pipin Suhendar: Kisah diatas seperti semacam " pagar sosiologis" untuk orientasi keislaman bagi masyarakat Islam awal di Nusantara. Mengingat waktu itu Para Sultan masih berhadapan dengan Turki otoman yang suni.wallahu alam

[21/5 09.48] Pipin Suhendar: Namun yang jelas kisah Kian Santang adalah penanda burak Pajajaran. Sebuah babakan sejarah berakhirnya kerjaan hindu budha. Dan keberhentian pengaruh agama terdahulu secara politis

[21/5 10.46] ahmad🇮🇩: Saya membaca nya itu simbol tanda peralihan kuasa.

[21/5 10.48] ahmad🇮🇩: Sebetulnya untuk uji narasi, yang sebutlah itu sejarah kalau benar, bisa dikaji dgn historiografi dgn melihat kuasa dibalik orang yg pertama sampaikan itu.

[21/5 10.50] ahmad🇮🇩: Maaf bukan historiografi tapi fenomena historis

[21/5 10.51] ahmad🇮🇩: Namun itu tak masuk ranah ilmu sejarah secara disiplin, tapi bisa masuk sastra dan cultural studies.

[21/5 10.56] ahmad🇮🇩: Pipin kedah diajar heula metodologi sejarah. Di sana ada tahapan yang ketat untuk sampai pd rekonstruksi. Di dunia Islam di Iran dan Mesir pun gunakan metodologi sejarah yang ketat untuk jaminan hasil dari riset. Itu sih di academic, di tataran massa cekap yakin.

[21/5 11.04] ahmad🇮🇩: Hayu milari sponsor urang talungtik sajarah Islam di tatar Sunda. Urang libatkan ahli filologi untuk uji manuskrif, antropolog untuk Kajian budaya dan tradisi, arkeologi untuk gali artefak. Sociolog untuk lihat tatanan dan struktur masyarakat terdahulu. Dari sana mulai riset sejarah dilakukan. Tahap semua itu disebut heuristic.

[21/5 11.09] ahmad🇮🇩: Lalu masuk kritik pada sejumlah temuan dari semua disiplin ilmu itu dgn membandingkan sumber sezaman dari pihak luar. Misalna ada tidak, catatan manuskrip adventure dari Yaman atau Timur tengah ke Sunda. Lihat waktunya yg sama dgn zaman yg kita teliti. Sesudah dikritisi baru mulai diolah dan eksplanation historis. Tahapan itulah yg disebut critical and interpretation in history.

[21/5 11.10] ahmad🇮🇩: Nah tidinya urang nembe nyusun sajarah anu disebatkeun historiografi.

[21/5 11.15] ahmad🇮🇩: Metodologi sapertos kitu diangge oge ku ustadz Jalal dina disertasi. Dipakai juga oleh khaldun, atsir, haikal, Jafar subhani, Rasul jafarian, azyumardi azra, kuntowijoyo, dan sejarawan lainnya.

Setelah itu kawan saya, Pipin, tidak muncul lagi. Diskusi jadi terhenti. Mungkin akan tambah manfaat kalau saja ada data yang bisa dipakai bahan diskusi. Maaf lahir batin, kang Pipin.

(ahmad sahidin)