Kamis, 09 Maret 2017

Tonggak Kejayaan Islam



SETIAP umat Islam pasti kenal dengan istilah hijrah. Peristiwa ini berkaitan dengan keberangkatan Rasulullah sejak 2 Rabiul Awwal dari Makkah dan tiba di Madinah  pada 12 Rabiul Awwal. Yakni ketika Nabi dan sahabat-sahabatnya berada dalam keadaan terdesak; karena kaum musyrikin Makkah semakin merajalela dalam menindasnya. Bahkan pada masa itu mereka tengah merencanakan pembunuhan terhadap Nabi dengan melibatkan semua suku. Tapi rencana itu diketahui Nabi berkat informasi malaikat Jibril. Kemudian  Nabi menyuruh Abu Bakar agar mempersiapkan segala kebutuhan untuk perjalanan ke Yatsrib (Madinah).

Peran Ali 
Sedangkan menantunya, Ali bin Abi Thalib, diminta untuk mengelabui mereka dengan cara menempati tempat tidurnya. Dan malam itu tanpa diketahui para musuh yang berjaga di luar, Nabi keluar dari rumah. Di jalan bertemu Abu Bakar. Lantas keduanya berangkat menuju gua di gunung Tsur  (3 mil sebelah selatan kota Makkah). 

Setelah tiga hari berdiam di sana mereka melanjutkan ke Yatsrib. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, sampailah ke Quba, desa kecil di Yatsrib. Di sana orang-orang kaya menawarkan rumahnya untuk ditempati Rasulullah. Akan tetapi, karena Nabi betul-betul suri teladan, ia tolak tawaran mereka, dan malah memilih rumah Abu Ayyub yang miskin sebagai tempat tinggalnya.

Beberapa hari kemudian Ali bin Abi Thalib beserta 150 orang tiba di sana. Nabi beserta kaum Muslimin mulai membangun masyarakat Madinah dengan pembinaan dan tuntunan al-Islam. Yang dalam sejarah dikenal bahwa Nabi membangun Madinah dengan tiga tonggak. Pertama adalah merealisasikan ukhuwah Islamiyah. Yakni dengan mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. Kedua adalah membangun balai pertemuan sebagai pusat aktivitas Islam, yaitu masjid Quba. Sedangkan tonggak ketiga adalah membangun hubungan kemanusiaan dengan pihak yang berbeda agama. Pada tonggak terakhir ini menghasilkan kesepakatan bersama yang tercantum dalam Piagam Madinah. Yang di dalamnya ada aturan untuk saling menjaga kerukunan antar umat beragama, menjalankan agamanya masing-masing, dan bersatu padu melawan dan mempertahankan Madinah dari serangan bangsa luar. Nabi sendiri terpilih menjadi kepala pemerintahan dan menjadi pemegang otoritas atas segala masalah yang ada di Madinah. 

Di Madinah inilah umat Islam kian hari banyak yang berikrar syahadah di hadapan Nabi. Maka Madinah yang dulu dikenal sebuah dusun—sejak Rasululah menetap—menjadi kota yang paling ideal dan makmur di jazirah Arab. Benarlah firman Allah, “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak” (QS An-Nisa : 100).

Bahkan, orang-orang Makkah yang mendengar kabar itu merasa resah dan takut jika nanti Nabi melakukan balas dendam kepada mereka. Terutama khawatir bila kafilah dagang orang-orang Makkah yang berangkat ke Suriyah dicegat dan dirampas.

Memang cukup beralasan ketakutan mereka itu. Sebab Nabi selain menyatukan bani-bani atau suku-suku dalam satu pemerintahan, juga menyiapkan tentara Islam. Karena itu Nabi berani melakukan perang dengan kaum musyrikin dan orang-orang kafir hingga berhasil menguasai Makkah. 

Dengan keberhasilan menguasai Makkah ini Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk menyingkirkan berhala-berhala yang ada di sekitar Ka`bah dan memberikan ampunan kepada masyarakat Makkah. Karena sikap dan tindakan yang damai dan agung itu maka banyak orang  yang berikrar syahadah dan memeluk Islam. Peristiwa ini tercatat dalam Al-Quran surat An-Nashr ayat 1-3,  “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan; dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong; maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”

Begitulah peristiwa hijrah yang menjadi tonggak dimulainya peradaban dan kemenangan-kemenangan Islam. Karena itu, jelaslah hijrah merupakan sunatullah yang melahirkan sebuah perubahan-perubahan  ke arah yang lebih baik. Pola gerakan hijrah inilah yang membawa kemajuan, ketenangan, dan kedamaian yang menyeluruh di Madinah saat itu.

Dengan demikian, jelaslah hijrah merupakan prinsip atau falsafah yang menyebabkan lahirnya perubahan-perubahan besar di dalam Islam. Karenanya hijrah dalam Islam menjadi tonggak lahir dan berkembangnya Islam hingga tersebar ke negeri kita.

[Ahmad Sahidin, alumni jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung]