Alhamdulillah selesai juga baca buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik karya Martin
Lings. Tentu yang saya baca tuntas ini terjemahan. Yang berbahasa Inggris pun
ada, tapi bukan asli hanya berupa foto kopi. Itu pun dulu saya foto kopi saat
kebutuhan kuliah untuk mengutip bagian yang dikaji. Menariknya saya dapat buku
terjemahan setelah saya buku yang berbahasa Inggris itu dipakai untuk makalah.
Jadi, dibiarkan saja di rak dan baru awal April 2018 saya baca hingga tuntas.
Buku tersebut tebalnya 680 halaman. Diterbitkan
Serambi Jakarta, tahun 2014. Sedangkan buku aslinya tahun 1981, tahun kelahiran
saya. Yang menulis pun seorang Muslim yang hidup di Inggris.
Buku "Muhammad"
ini disebutkan pada blurb (back cover) karya terbaik tentang sejarah Nabi
Muhammad Saw yang ditulis dalam bahasa Inggris di Eropa.
Dari aspek sumber merujuk pada karya klasik seperti Thabari, Al-Waqidi,
Ibnu Sa'ad, Bukhari, dan lainnya. Saya perhatikan tidak ada sumber modern yang
dipakainya. Karena itu, untuk kategori sejarah memang masuk karya
historiografi. Dan sejarah memang bertumpu sumber-sumber klasik atau sumber
yang mendekati zaman yang diteliti. Misalnya untuk mengkaji sejarah Rasulullah
Saw perlu sumber yang berasal zamannya atau karya generasi setelah Nabi. Dan
Ibnu Sa'ad, Al-Waqidi, dan Ibnu Ishaq serta Ibnu Hisyam masuk kategori generasi
setelah Nabi yang tidak terlalu jauh jarak zamannya dengan Rasulullah Saw.
Dari konten buku bersifat kronologis dan sajiannya runut sesuai dengan
alur historis dari awal sebelum lahir Muhammad sampai wafatnya. Dan ini memang
ciri dari penulisan sejarah dengan model narasi bergaya dirayah dan naratif.
Berbeda dengan karya Ibnu Hisyam yang bergaya riwayah, sekedar memuat informasi
dan peristiwa yang masih pakai sanad. Sehingga jika membaca buku sejarah karya
sejarawan klasik atau terdahulu mirip dengan kumpulan hadis. Dan zaman modern
di kalangan sejarawan memiliki kekhasan dengan menyajikan sejarah argumentatif
rasional dan uraian kronologis yang bergaya naratif.
Kemudian dari peristiwa yang ditampilkan atau yang disajikan, hampir
mencakup seluruh perjalanan hidup Rasulullah Saw mulai dari lahir, remaja,
asuhan kakek dan paman, menjadi pedagang, pernikahan dan berkeluarga, mendapat
wahyu, dakwah dan tantangan keluarga serta kaum Makkah lainnya, serta
penderitaan maupun kemenangan saat di Madinah. Perang dan intrik internal
keluarga dan umat Islam pun masuk.
Terakhir, saya rasa Martin Lings berupaya untuk tidak terjebak dalam
arus mazhab teologis dalam menulis. Terbukti peristiwa dakwah kerabat masa awal
dan yang merespon hanya Ali bin Abu Thalib kemudian ditetapkan sebagai washi
dan wazir Rasulullah Saw dicantumkan. Juga peristiwa Ghadir Khum pun masuk.
Meski memang coba memasukan penafsiran umum tentang penobatan Ali di Ghadir
Khum. Dan ini yang khas Ahlussunah bahwa pasca wafat Rasulullah Saw
sahabat-sahabat senior menentukan kepemimpinan Madinah melalui baiat di
Saqifah. Memang secara historis demikian adanya.
Cuplikan Sejarah
Supaya memahami isi bukunya, saya akan coba turunkan sebuah cuplikan
sejarah yang disajikan oleh Martin Lings. Disebutkan saat Nabi Muhammad saw
bersama umat Islam hendak umrah berhenti di perbatasan Hudaibiyah. Rombongan
Nabi diketahui oleh orang-orang Makkah. Urwah dari Tsaqif diperintahkan oleh
kaum Quraisy Makkah untuk menyelidiki rombongan Nabi. Setelah itu kembali pada
orang-orang Makkah. Urwah berkata:
"... Aku pernah menjadi utusan menemui raja-raja (kepada Kaisar,
Kisra, dan Negus) namun belum pernah kulihat seorang raja yang pengikutnya
begitu menghormatinya seperti pada sahabat Muhammad menghormati Muhammad. Bila
ia memberikan perintah, mereka memenuhinya nyaris melampaui kata-katanya. Saat
ia berwudhu, mereka berebut untuk mendapatkan bekas airnya. Bila ia berbicara,
mereka merendahkan suara di hadapannya. Mereka menundukkan pandangan di
hadapannya karena memuliakannya..." Kutipan tercantum pada karya Martin
Lings, buku "Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik",
halaman 475.
Di Hudaibiyah ini terjadi perjanjian antara Nabi dengan Suhayl dari
perwakilan kaum Makkah. Dari perjanjian ini, ada satu sahabat yang tidak
menerima hasil kesepakatan antara Nabi Muhammad saw dengan Suhayl.
Sahabat itu langsung bertanya kepada Nabi Muhammad saw: "Bukankah
engkau Nabi Allah?" Nabi
mengiyakan. Kemudian ia bicara lagi: "Bukankah kita dipihak yang benar dan
musuh kita dipihak yang salah?" Nabi kembali mengiyakan. Kemudian ia
bicara lagi: "Lantas, mengapa kita begitu lemah mempertahankan kehormatan
agama?" Nabi menjawab: "Aku Rasul Allah dan aku tidak akan
menentang-Nya. Ia akan memberiku kemenangan." Kemudian ia bicara lagi:
"Tetapi bukankah engkau mengatakan kepada kami, kita harus pergi ke Rumah
Suci dan bertawaf di sana?" Nabi menjawab: "Begitulah, namun bukankah
aku tidak mengatakan, kita akan pergi tahun ini?"
Demikian dialog Nabi Muhammad saw dengan seorang sahabat di perbatasan
Hubaidiyah. Siapakah sahabat yang dialog dengan Nabi itu, yang meragukan sosok
Nabi? Nah, baca saja buku "Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber
Klasik" halaman 480-481.*** (Ahmad Sahidin)