Selasa, 26 November 2019

Resensi buku Muhammad, Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik


Alhamdulillah selesai juga baca buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik karya Martin Lings. Tentu yang saya baca tuntas ini terjemahan. Yang berbahasa Inggris pun ada, tapi bukan asli hanya berupa foto kopi. Itu pun dulu saya foto kopi saat kebutuhan kuliah untuk mengutip bagian yang dikaji. Menariknya saya dapat buku terjemahan setelah saya buku yang berbahasa Inggris itu dipakai untuk makalah. Jadi, dibiarkan saja di rak dan baru awal April 2018 saya baca hingga tuntas.

Buku tersebut tebalnya 680 halaman. Diterbitkan Serambi Jakarta, tahun 2014. Sedangkan buku aslinya tahun 1981, tahun kelahiran saya. Yang menulis pun seorang Muslim yang hidup di Inggris.

Buku "Muhammad" ini disebutkan pada blurb (back cover) karya terbaik tentang sejarah Nabi Muhammad Saw yang ditulis dalam bahasa Inggris di Eropa.

Dari aspek sumber merujuk pada karya klasik seperti Thabari, Al-Waqidi, Ibnu Sa'ad, Bukhari, dan lainnya. Saya perhatikan tidak ada sumber modern yang dipakainya. Karena itu, untuk kategori sejarah memang masuk karya historiografi. Dan sejarah memang bertumpu sumber-sumber klasik atau sumber yang mendekati zaman yang diteliti. Misalnya untuk mengkaji sejarah Rasulullah Saw perlu sumber yang berasal zamannya atau karya generasi setelah Nabi. Dan Ibnu Sa'ad, Al-Waqidi, dan Ibnu Ishaq serta Ibnu Hisyam masuk kategori generasi setelah Nabi yang tidak terlalu jauh jarak zamannya dengan Rasulullah Saw.

Dari konten buku bersifat kronologis dan sajiannya runut sesuai dengan alur historis dari awal sebelum lahir Muhammad sampai wafatnya. Dan ini memang ciri dari penulisan sejarah dengan model narasi bergaya dirayah dan naratif. Berbeda dengan karya Ibnu Hisyam yang bergaya riwayah, sekedar memuat informasi dan peristiwa yang masih pakai sanad. Sehingga jika membaca buku sejarah karya sejarawan klasik atau terdahulu mirip dengan kumpulan hadis. Dan zaman modern di kalangan sejarawan memiliki kekhasan dengan menyajikan sejarah argumentatif rasional dan uraian kronologis yang bergaya naratif.

Kemudian dari peristiwa yang ditampilkan atau yang disajikan, hampir mencakup seluruh perjalanan hidup Rasulullah Saw mulai dari lahir, remaja, asuhan kakek dan paman, menjadi pedagang, pernikahan dan berkeluarga, mendapat wahyu, dakwah dan tantangan keluarga serta kaum Makkah lainnya, serta penderitaan maupun kemenangan saat di Madinah. Perang dan intrik internal keluarga dan umat Islam pun masuk.

Terakhir, saya rasa Martin Lings berupaya untuk tidak terjebak dalam arus mazhab teologis dalam menulis. Terbukti peristiwa dakwah kerabat masa awal dan yang merespon hanya Ali bin Abu Thalib kemudian ditetapkan sebagai washi dan wazir Rasulullah Saw dicantumkan. Juga peristiwa Ghadir Khum pun masuk. Meski memang coba memasukan penafsiran umum tentang penobatan Ali di Ghadir Khum. Dan ini yang khas Ahlussunah bahwa pasca wafat Rasulullah Saw sahabat-sahabat senior menentukan kepemimpinan Madinah melalui baiat di Saqifah. Memang secara historis demikian adanya.

Cuplikan Sejarah
Supaya memahami isi bukunya, saya akan coba turunkan sebuah cuplikan sejarah yang disajikan oleh Martin Lings. Disebutkan saat Nabi Muhammad saw bersama umat Islam hendak umrah berhenti di perbatasan Hudaibiyah. Rombongan Nabi diketahui oleh orang-orang Makkah. Urwah dari Tsaqif diperintahkan oleh kaum Quraisy Makkah untuk menyelidiki rombongan Nabi. Setelah itu kembali pada orang-orang Makkah. Urwah berkata:

"... Aku pernah menjadi utusan menemui raja-raja (kepada Kaisar, Kisra, dan Negus) namun belum pernah kulihat seorang raja yang pengikutnya begitu menghormatinya seperti pada sahabat Muhammad menghormati Muhammad. Bila ia memberikan perintah, mereka memenuhinya nyaris melampaui kata-katanya. Saat ia berwudhu, mereka berebut untuk mendapatkan bekas airnya. Bila ia berbicara, mereka merendahkan suara di hadapannya. Mereka menundukkan pandangan di hadapannya karena memuliakannya..." Kutipan tercantum pada karya Martin Lings, buku "Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik", halaman 475.

Di Hudaibiyah ini terjadi perjanjian antara Nabi dengan Suhayl dari perwakilan kaum Makkah. Dari perjanjian ini, ada satu sahabat yang tidak menerima hasil kesepakatan antara Nabi Muhammad saw dengan Suhayl.

Sahabat itu langsung bertanya kepada Nabi Muhammad saw: "Bukankah engkau Nabi Allah?"  Nabi mengiyakan. Kemudian ia bicara lagi: "Bukankah kita dipihak yang benar dan musuh kita dipihak yang salah?" Nabi kembali mengiyakan. Kemudian ia bicara lagi: "Lantas, mengapa kita begitu lemah mempertahankan kehormatan agama?" Nabi menjawab: "Aku Rasul Allah dan aku tidak akan menentang-Nya. Ia akan memberiku kemenangan." Kemudian ia bicara lagi: "Tetapi bukankah engkau mengatakan kepada kami, kita harus pergi ke Rumah Suci dan bertawaf di sana?" Nabi menjawab: "Begitulah, namun bukankah aku tidak mengatakan, kita akan pergi tahun ini?"

Demikian dialog Nabi Muhammad saw dengan seorang sahabat di perbatasan Hubaidiyah. Siapakah sahabat yang dialog dengan Nabi itu, yang meragukan sosok Nabi? Nah, baca saja buku "Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik"  halaman 480-481.*** (Ahmad Sahidin)