Sekira satu pekan, saya membaca buku "Ibn Rusyd: Lentera Dua Peradaban" karya Majid Fakhry (Jakarta:
Sadra Press, 2018). Hanya saja tidak intensif dan full membaca. Jadi, saat
senggang waktu dibaca, berkelanjutan, dan sampai tuntas.
Saya mohon maklum bahwa pengetahuan yang terkandung dalam buku ini
tidak diserap dengan baik. Saya merasa tidak mampu menyerap pengetahuan dari
buku ini, yang berisi pemikiran atau kajian filsafat. Ini memang bukan bidang
yang saya minati secara serius. Saya membacanya alakadar. Meski saya kurang
serius menekuni isi buku, setelah dibaca menjadi tahu betapa komprehensif
produk intelektual dari seorang Ibnu Rusyd.
Buku tebal 264 halaman ini, terbagi dalam dua belas bagian dengan tema
meliputi biografi dan karya dari Ibnu Rusyd, neoplatonis Muslim, kritik teologi
Asy'ariyah, logika dan teori pengetahuan, struktur fisis alam semesta, jiwa dan
fakultasnya, Tuhan dan penciptaan dunia, etika dan politik, sebagai fakih dan
dokter, kajian Ibn Rusyd di Barat, filsafat Thomas Aquinas dan hubungannya
dengan Ibnu Rusyd, dan lainnya.
Ibnu Rusyd adalah ilmuwan muslim dari Spanyol. Sesuai dengan judul
bukunya, memang menjadi "lentera" yang menerangi Dunia Islam (kawasan
Timur Tengah) setelah keruntuhan Dinasti Abbasiyah dan menerangi Dunia Barat
dari jalur Spanyol.
Tentu yang dimaksud dengan "lentera" ini pengetahuan,
filsafat, atau khazanah ilmu yang menjadi cikal bakal dari tumbuhnya peradaban
di Barat abad pertengahan dan di kawasan Dunia Islam yang melahirkan
tokoh-tokoh seperti Mulla Shadra, Suhrawardi Al-Maqtul, dan para filsuf Persia.
Yang menarik dari sosok Ibnu Rusyd ini, filsuf ini menulis buku fikih
yang isinya perbandingan antar mazhab dan pendapat ulama.
Alhamdulillah saya membaca juga buku fikihnya, "Bidayatul
Mujtahid". Dan saya mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan seputar
fikih, khususnya mazhab-mazhab fikih yang ada di kalangan Ahlu Sunnah. Dan dari
biografi, Ibn Rusyd ini disebutkan pernah menjadi qadi atau hakim agung. Maka
tak heran kalau Ibnu Rusyd mengetahui ilmu fiqih secara luas dan mendalam.
Meski banyak menguasai ilmu pengetahuan, tetapi Ibnu Rusyd terkenal
sebagai filsuf yang melanjutkan tradisi rasionalisme. Tepatnya, menurut saya,
Ibnu Rusyd telah menjadi jembatan pemikiran dari Yunani kembali ke Dunia Barat,
yang melewati dahulu kawasan Dunia Islam.
Buku karya Majid Fakhry ini sangat penting dibaca untuk mereka yang
ingin belajar filsafat Islam. Sebab dari Ibnu Rusyd bisa diketahui aliran
pemikiran filsafat yang berkembang di Dunia Islam. Hal ini terlihat dari
kupasan demi kupasan dan kritik demi kritik pada aliran teologi, filsafat
Al-Ghazali maupun Ibnu Sina dan Al-Farabi. Sehingga dari buku ini seseorang
bisa mengenal khazanah filsafat Islam dan selanjutnya (jika tertarik)
meneruskan pada karya-karya Ibnu Rusyd yang disebut dalam buku.
Dengan kata lain, buku karya Majid Fakhry ini sebagai pengantar untuk
menelusuri, menekuni, dan mengkaji "kekayaan" ilmu yang dihasilkan
dari seorang Ibnu Rusyd. *** (Ahmad
Sahidin)