Selesai juga saya membaca buku berjudul Kehidupan Umat Islam pada masa Rasulullah Saw. Buah
pena Ajid Thohir, yang merupakan thesis di Pascasarjana UIN Bandung pada
tahun 2000. Tahun awal saya memasuki jenjang kuliah S1 di UIN. Dan saya
bersyukur karena bisa bertemu dan belajar dari penulis buku ini.
Kang Ajid ini dosen mata kuliah sejarah peradaban Islam masa klasik dan
pengajar filsafat sejarah, sehingga penguasaan bahasa sumber primer cukup kuat
dan ahli dalam kajian Islam. Menempuh pendidikan S3 kang Ajid di UIN Jakarta dengan disertasi tentang
hagiografi sufi Syaikh Abdul Qadir Jailani.
Kang Ajid ini penulis produktif dan kajiannya selalu akademik. Hampir
setiap buku yang ditulis selalu disajikan landasan epistemologi dan metodologi
yang digunakan dalam menyusun karya tulisnya. Karena itu, saya kagum dengan
kecakapan dalam keilmuannya. Satu lagi tentang Kang Ajid dalam interaksi dengan
mahasiswa lebih terbuka, toleran, dan humanis.
Nah, sekarang mulai menguraikan isi buku yang melekat dibenak setelah
beres membacanya. Buku "Kehidupan Umat Islam" ini terbit tahun 2004 dengan
penerbit Pustaka Setia Bandung. Tebal 180 halaman. Narasi yang tersaji dengan
huruf yang kecil sekira 11 dan setiap lembarannya tersaji catatan kaki yang cukup
panjang. Seperti uraian tambahan istilah dan konten yang tidak terwadahi karena
tidak masuk narasi utama.
Melihat sumber pustaka yang berlimpah dengan rujukan berbahasa Arab.
Sangat dominan kitab dibandingkan rujukan berbahasa Indonesia dan Inggris. Dari
catatan kaki pun rujukannya berbahasa Arab. Tampaknya sekira 80% rujukan yang
dijadikan narasi dalam bukunya adalah kitab-kitab sejarah, terutama sirah
nabawiyah.
Dari pustaka dan catatan kaki saja bisa diakui bahwa kang Ajid ini
serius dalam menulis. Terbukti dalam daftar isi konten kehidupan umat Islam dan
Rasulullah Saw di Madinah sangat dominan ketimbang konten terkait Nabi di
Makkah. Tidak heran karena memang konten buku ini adalah tesis tentang
karakteristik masyarakat Madinah masa Rasulullah Saw.
Uraiannya sosiologis dengan kajian diakronik-sinkronik; memanjang dari
waktu yaitu masa hijrah sampai pembentukan kota Madinah serta ikatan
persaudaraan dengan penduduk non-Islam yang terwujud dalam Piagam Madinah.
Tidak tanggung-tanggung, 47 pasal dari piagam itu pun diuraikan oleh Kang Ajid
disertai aspek analisa aspek pluralitas agama dan kabilah (suku), wilayah dan
mata pencaharian, kebiasaan warga Yathrib sebelum ada Nabi, relasi bisnis dan
pasar, pertanian dan peternakan, pembentukan kekuatan militer di Madinah
melibatkan semua unsur kabilah, dan menciptakan masyarakat Madinah berorientasi
pada moral dan spiritual.
Yang terakhir ini terus menguat sampai kemudian Madinah berada dalam
komando tunggal oleh Rasulullah Saw. Semua persoalan, terkair personal maupun
komunal serta pertahanan wilayah dari serangan pihak-pihak luar di bawah
kendali Rasulullah Saw.
Posisi Nabi yang menguat dan sentral di Madinah ini memuluskan peran
dan tugas Kenabian dalam Islamisasi. Bukan hanya itu, bahkan administratif
(sederhana) terkait dengan duta dakwah dan surat menyurat pada penguasa di
Jazirah Arabia pun ditentukan dengan penunjukkan pada sahabat yang
dipercayainya.
Dari pustaka dan catatan kaki saja bisa diakui bahwa kang Ajid ini
serius dalam menulis. Terbukti dalam daftar isi konten kehidupan umat Islam dan
Rasulullah Saw di Madinah sangat dominan ketimbang konten terkait Nabi di
Makkah. Tidak heran karena memang konten buku ini adalah tesis tentang
karakteristik masyarakat Madinah masa Rasulullah Saw.
Uraiannya sosiologis dengan kajian diakronik-sinkronik; memanjang dari
waktu yaitu masa hijrah sampai pembentukan kota Madinah serta ikatan
persaudaraan dengan penduduk non-Islam yang terwujud dalam Piagam Madinah.
Tidak tanggung-tanggung, 47 pasal dari piagam itu pun diuraikan oleh Kang Ajid
disertai aspek analisa aspek pluralitas agama dan kabilah (suku), wilayah dan
mata pencaharian, kebiasaan warga Yathrib sebelum ada Nabi, relasi bisnis dan
pasar, pertanian dan peternakan, pembentukan kekuatan militer di Madinah melibatkan
semua unsur kabilah, dan menciptakan masyarakat Madinah berorientasi pada moral
dan spiritual.
Yang terakhir ini terus menguat sampai kemudian Madinah berada dalam
komando tunggal oleh Rasulullah Saw. Semua persoalan, terkair personal maupun
komunal serta pertahanan wilayah dari serangan pihak-pihak luar di bawah
kendali Rasulullah Saw.
Posisi Nabi yang menguat dan sentral di Madinah ini memuluskan peran
dan tugas Kenabian dalam Islamisasi. Bukan hanya itu, bahkan administratif
(sederhana) terkait dengan duta dakwah dan surat menyurat pada penguasa di
Jazirah Arabia pun ditentukan dengan penunjukkan pada sahabat yang
dipercayainya.
Buku karya Ajid Thohir ini bisa dikatakan berhasil menggambarkan
situasi masyarakat Madinah dan kehidupannya dengan narasi-narasi dirujuk dari
berbagai kitab-kitab tarikh dan sirah. Disertai analisa teori perubahan dalam
studi sosiologi.
Buku ini tidak menyajikan aspek personalitas dari Rasulullah Saw dan
kecakapan personal dari setiap duta dakwah. Narasi historis lebih kuat pada
lingkungan, situasi kehidupan, dan perkembangan dari masyarakat tribalisme
kepada wahdatun ummah, yang berujung pada pembentukan negeri Madinah sebagai
model masyarakat umat Islam.
Hanya itu saja ulasan saya atas buku "Kehidupan Umat Islam pada
masa Rasulullah Saw". Semoga ke depannya buku ini bisa dilengkapi dengan
karakteristik masyarakat Makkah pra kehadiran Nabi, masa Islamisasi dan pra
hijrah, dan Makkah pasca hijrah ke Madinah. Ditunggu kajian lanjutannya untuk
melengkapi konten buku tersebut. Bukankah kehidupan Rasulullah Saw tidak hanya
berpengaruh di Madinah? Makkah pun perlu dikaji dan disajikan dalam narasi
historis yang komprehensif.
Terakhir dari catatan saya bahwa buku ini layak dibaca untuk umat
Islam, baik oleh pelajar dan mahasiswa yang ingin memahami situasi kehidupan
Rasulullah saw dan kesuksesannya dalam mengubah sejarah. *** (ahmad sahidin)