Senin, 18 November 2019

Resensi buku Kehidupan Umat Islam pada masa Rasulullah Saw


Selesai juga saya membaca buku berjudul Kehidupan Umat Islam pada masa Rasulullah Saw. Buah pena Ajid Thohir, yang merupakan thesis di Pascasarjana UIN Bandung pada tahun 2000. Tahun awal saya memasuki jenjang kuliah S1 di UIN. Dan saya bersyukur karena bisa bertemu dan belajar dari penulis buku ini.

Kang Ajid ini dosen mata kuliah sejarah peradaban Islam masa klasik dan pengajar filsafat sejarah, sehingga penguasaan bahasa sumber primer cukup kuat dan ahli dalam kajian Islam. Menempuh pendidikan S3 kang Ajid di UIN Jakarta dengan disertasi tentang hagiografi sufi Syaikh Abdul Qadir Jailani.

Kang Ajid ini penulis produktif dan kajiannya selalu akademik. Hampir setiap buku yang ditulis selalu disajikan landasan epistemologi dan metodologi yang digunakan dalam menyusun karya tulisnya. Karena itu, saya kagum dengan kecakapan dalam keilmuannya. Satu lagi tentang Kang Ajid dalam interaksi dengan mahasiswa lebih terbuka, toleran, dan humanis.

Nah, sekarang mulai menguraikan isi buku yang melekat dibenak setelah beres membacanya. Buku "Kehidupan Umat Islam" ini terbit tahun 2004 dengan penerbit Pustaka Setia Bandung. Tebal 180 halaman. Narasi yang tersaji dengan huruf yang kecil sekira 11 dan setiap lembarannya tersaji catatan kaki yang cukup panjang. Seperti uraian tambahan istilah dan konten yang tidak terwadahi karena tidak masuk narasi utama.

Melihat sumber pustaka yang berlimpah dengan rujukan berbahasa Arab. Sangat dominan kitab dibandingkan rujukan berbahasa Indonesia dan Inggris. Dari catatan kaki pun rujukannya berbahasa Arab. Tampaknya sekira 80% rujukan yang dijadikan narasi dalam bukunya adalah kitab-kitab sejarah, terutama sirah nabawiyah.

Dari pustaka dan catatan kaki saja bisa diakui bahwa kang Ajid ini serius dalam menulis. Terbukti dalam daftar isi konten kehidupan umat Islam dan Rasulullah Saw di Madinah sangat dominan ketimbang konten terkait Nabi di Makkah. Tidak heran karena memang konten buku ini adalah tesis tentang karakteristik masyarakat Madinah masa Rasulullah Saw.

Uraiannya sosiologis dengan kajian diakronik-sinkronik; memanjang dari waktu yaitu masa hijrah sampai pembentukan kota Madinah serta ikatan persaudaraan dengan penduduk non-Islam yang terwujud dalam Piagam Madinah. Tidak tanggung-tanggung, 47 pasal dari piagam itu pun diuraikan oleh Kang Ajid disertai aspek analisa aspek pluralitas agama dan kabilah (suku), wilayah dan mata pencaharian, kebiasaan warga Yathrib sebelum ada Nabi, relasi bisnis dan pasar, pertanian dan peternakan, pembentukan kekuatan militer di Madinah melibatkan semua unsur kabilah, dan menciptakan masyarakat Madinah berorientasi pada moral dan spiritual.

Yang terakhir ini terus menguat sampai kemudian Madinah berada dalam komando tunggal oleh Rasulullah Saw. Semua persoalan, terkair personal maupun komunal serta pertahanan wilayah dari serangan pihak-pihak luar di bawah kendali Rasulullah Saw.

Posisi Nabi yang menguat dan sentral di Madinah ini memuluskan peran dan tugas Kenabian dalam Islamisasi. Bukan hanya itu, bahkan administratif (sederhana) terkait dengan duta dakwah dan surat menyurat pada penguasa di Jazirah Arabia pun ditentukan dengan penunjukkan pada sahabat yang dipercayainya.

Dari pustaka dan catatan kaki saja bisa diakui bahwa kang Ajid ini serius dalam menulis. Terbukti dalam daftar isi konten kehidupan umat Islam dan Rasulullah Saw di Madinah sangat dominan ketimbang konten terkait Nabi di Makkah. Tidak heran karena memang konten buku ini adalah tesis tentang karakteristik masyarakat Madinah masa Rasulullah Saw.

Uraiannya sosiologis dengan kajian diakronik-sinkronik; memanjang dari waktu yaitu masa hijrah sampai pembentukan kota Madinah serta ikatan persaudaraan dengan penduduk non-Islam yang terwujud dalam Piagam Madinah. Tidak tanggung-tanggung, 47 pasal dari piagam itu pun diuraikan oleh Kang Ajid disertai aspek analisa aspek pluralitas agama dan kabilah (suku), wilayah dan mata pencaharian, kebiasaan warga Yathrib sebelum ada Nabi, relasi bisnis dan pasar, pertanian dan peternakan, pembentukan kekuatan militer di Madinah melibatkan semua unsur kabilah, dan menciptakan masyarakat Madinah berorientasi pada moral dan spiritual.

Yang terakhir ini terus menguat sampai kemudian Madinah berada dalam komando tunggal oleh Rasulullah Saw. Semua persoalan, terkair personal maupun komunal serta pertahanan wilayah dari serangan pihak-pihak luar di bawah kendali Rasulullah Saw.

Posisi Nabi yang menguat dan sentral di Madinah ini memuluskan peran dan tugas Kenabian dalam Islamisasi. Bukan hanya itu, bahkan administratif (sederhana) terkait dengan duta dakwah dan surat menyurat pada penguasa di Jazirah Arabia pun ditentukan dengan penunjukkan pada sahabat yang dipercayainya.

Buku karya Ajid Thohir ini bisa dikatakan berhasil menggambarkan situasi masyarakat Madinah dan kehidupannya dengan narasi-narasi dirujuk dari berbagai kitab-kitab tarikh dan sirah. Disertai analisa teori perubahan dalam studi sosiologi.

Buku ini tidak menyajikan aspek personalitas dari Rasulullah Saw dan kecakapan personal dari setiap duta dakwah. Narasi historis lebih kuat pada lingkungan, situasi kehidupan, dan perkembangan dari masyarakat tribalisme kepada wahdatun ummah, yang berujung pada pembentukan negeri Madinah sebagai model masyarakat umat Islam.

Hanya itu saja ulasan saya atas buku "Kehidupan Umat Islam pada masa Rasulullah Saw". Semoga ke depannya buku ini bisa dilengkapi dengan karakteristik masyarakat Makkah pra kehadiran Nabi, masa Islamisasi dan pra hijrah, dan Makkah pasca hijrah ke Madinah. Ditunggu kajian lanjutannya untuk melengkapi konten buku tersebut. Bukankah kehidupan Rasulullah Saw tidak hanya berpengaruh di Madinah? Makkah pun perlu dikaji dan disajikan dalam narasi historis yang komprehensif.

Terakhir dari catatan saya bahwa buku ini layak dibaca untuk umat Islam, baik oleh pelajar dan mahasiswa yang ingin memahami situasi kehidupan Rasulullah saw dan kesuksesannya dalam mengubah sejarah. *** (ahmad sahidin)