Dalam sejarah dunia tidak ada agama yang menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan (tsaqafah) selain agama Islam. Kelahiran Islam di kawasan yang dominan dengan karakater keras bukanlah kesalahan sejarah, tetapi sebuah bukti keunggulan Islam yang mampu mengubah sejarah Arab dan sekitarnya menjadi pusat kebudayaan. Nabi Muhammad saw dengan membawa risalah Islam menjadi peletak dasar lahirnya masa gemilang Islam. Makkah dan Madinah berubah menjadi kota Islam yang diperhatikan dunia. Saat memerintah Madinah, Nabi Muhammad saw tegas dan peduli terhadap kaum dhuafa. Nabi memberikan ampunan kepada tawanan perang dari kaum kafir yang kalah perang. Mereka yang tidak punya harta, terapi punya kemampuan baca tulis dapat bebas kalau mampu mengajarkan sepuluh umat Islam sampai mampu baca tulis. Gerakan pembebasan buta huruf inilah menjadi peletak dasar lahirnya tradisi intelektual Islam.
Dari gemblengan Nabi Muhammad saw
lahir sosok cendekiawan Ali bin Abi Thalib yang kemampuan retorika, sastra, dan
analisisnya mencerahkan pemikiran; Ibnu Abbas yang menjadi ahli tafsir al-Quran
berkat doa Rasulullah saw; dan Sayyidah Fathimah Az-Zahra menjadi sosok tangguh
yang melahirkan dua cucu Rasulullah saw yang saleh dan berjiwa kesatria. Dari
cucu Rasulullah saw pula risalah Islam terjaga dan khazanah Islam dikembangkan
oleh keturunannya, seperti Imam Muhammad Al-Baqir dan Imam Ja`far Ash-Shadiq.
Keduanya merupakan figur ulama sekaligus ilmuwan yang mumpuni dalam berbagai
ilmu yang melahirkan para fuqaha, muhadits, teolog, filsuf, dan
sufi.
Kemunculan mereka tidak
lepas dari landasan al-Quran dan sunah Rasulullah saw yang mendorong kaum
Muslim untuk berkarya dan dan menggali ilmu pengetahuan. Salah satu ayat yang
menjadi pendorong kegiatan intelektual adalah wahyu pertama: “Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah yang mengajar dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS
Al-Alaq [96]: 1-5)
Menurut Muhammad Quraish
Shihab, kata iqra (bacalah!) bermakna perintah membaca, menghimpun,
menelaah, meneliti, dan mendalami. Seseorang yang ingin mengetahui hakikat
dibalik fenomena alam semesta, termasuk mengenali Tuhan perlu membaca ayat tadwiniyah
dan takwiniyah. Dengan membaca keduanya, terbukalah “misteri” yang tidak
diketahui sebelumnya dan menuntun hidup lebih bermakna.
Implementasi makna iqra
pernah dilakukan umat Islam masa berkuasanya Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
Setelah membaca dan mengkaji, kaum Muslim menyebarluaskan pengetahuan dengan
penerjemahan sehingga melahirkan karya-karya intelektual. Meskipun para
panguasa saat itu berperilaku zalim, tetapi kontribusinya dalam mengembangkan
khazanah Islam cukup besar. Misalnya Al-Makmun, penguasa Dinasti Abbasiyah yang
memerintah pada 813-833 M. memfasilitasi kaum Muslim untuk melakukan
penerjemahan berbagai karya filsafat dan ilmu pengetahuan yang berasal dari
Yunani dan Syiria ke dalam bahasa Arab. Pada masa itu, aktivitasnya dipusatkan
di Baghdad (Irak) dalam sebuah lembaga keilmuan bernama Baitul Hikmah dan
Majalis Al-Munazarah. Terdapat pula 100 kios buku dan 38 perpustakaan umum yang
ramai dikunjungi orang untuk sekadar membaca dan menelaah.
Selain di Baghdad,
khazanah perbukuan Islam berkembang di Cordoba (Andalusia, Spanyol). Umat Islam
Spanyol pada abad ke-10 memiliki perpustakaan istana yang berisi 600.000
koleksi buku dan 70 perpustakaan umum. Kecintaan terhadap ilmu tampak juga di
Mesir. Seorang penguasa Dinasti Fathimiyah secara pribadi memiliki 1.600.000
buku dengan memperkerjakan puluhan pegawai.[1]
Tradisi intelektual pada masa Dinasti Fathimiyah tampak dari munculnya
organisasi ilmuwan Muslim yang bernama Ikhwan al-Shafa (Persaudaraan Suci) pada abad ke-4 H./10 M.
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam Ikhwan al-Shafa
adalah Ahmad bin Abd Allah, Abi Sulaiman Muhammad bin Nashr Al-Busti (Al-Muqaddasi),
Zaid bin Rifa’ah, dan Abi Al-Hasan Ali bin Harun Al-Zanjany. Mereka berkumpul
untuk mengkaji filsafat dan melakukan kombinasi dengan teologi Syi`ah sampai
melahirkan ensiklopedia Rasail Ikhwan Al-Shafa. Karya besar Ikhwan
al-Shafa ini terdiri dari 14 risalah tentang matematika yang mencakup
geometri, astronomi, musik, geografi, seni, modal, dan logika; 17 risalah
tentang fisika dan ilmu alam yang mencakup genealogi, mineralogi, botani, hidup
dan matinya alam, senang sakitnya alam, keterbatasan manusia, dan kemampuan
kesadaran; 10 risalah tentang ilmu jiwa mencakup metafisika phytagoreanisme dan
kebangkitan alam; dan 11 risalah tentang ilmu-ilmu ketuhanan, meliputi
kepercayaan dan keyakinan, hubungan alam dengan Allah, akidah, kenabian dan
keadaan ruhani, bentuk konstitusi politik, kekuasaan Allah, mejik dan azimat.[2]
Hampir semua wilayah kekuasaan Islam memiliki tradisi
keilmuan dan penguasanya memberi perhargaan yang cukup tinggi dengan mendirikan
pusat kajian Islam dan perpustakaan. Bahkan, para
ulama ternama diminta
menulis kitab-kitab yang khusus diperuntukan untuk seseorang yang menjadi penguasa pada zamannya. Meski tidak lepas dari unsur politik dan
bentuk propaganda mazhab, kehadiran mereka dengan berbagai karyanya menjadi
bukti bahwa umat Islam memiliki gairah terhadap khazanah intelektual. Sejak abad 9-16 M., kaum Muslim meraih prestasi dalam berbagai
bidang, seperti astronomi, filsafat, biologi, kedokteran, musik, matematika,
sastra, optik, botani, teologi, tafsir, sejarah, bahasa, dan lainnya.
Kemajuan Islam pada masa
itu setidaknya lahir dari keinginan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
memajukan kehidupan umat Islam. Karena itu, para penguasa mendatangkan
karya-karya intelektual dari Yunani, Romawi, India, dan Suriah. Kemudian
diterjemahkan, dikaji, disaring, dan dikembangkan sehingga menjadi karya-karya
baru. Perpustakaan, majelis ilmu, dan madrasah (sekolah) pun didirikan. Dari
kegiatan itu lahirlah para ulama, filsuf, saintis, dan Muslim yang ahli dalam
masing-masing bidang ilmu pengetahuan. Bahkan, banyak ulama yang menguasai
lebih dari tiga bidang ilmu pengetahuan dan karyanya sampai sekarang masih
dijadikan rujukan. Ziauddin Sardar menerangkan, kejadian paling revolusioner
dalam sejarah Islam adalah adanya pembuatan keras yang menjadi sarana penulisan
dan dokumentasi ilmu pengetahuan dalam bentuk buku. Menurut Sardar, kertas kali
pertama diperkenakalkan ke Dunia Islam pada abad ke-8 Masehi di Samarkand. Pada
751, setelah Perang Talas, kaum Muslim menawan beberapa orang Cina yang ahli
membuat kertas. Para tahanan itu difasilitasi untuk memperlihatkan
keterampilannya dalam membuat kertas dengan bahan kulit pohon murbei. Lalu,
kaum Muslim yang telah belajar dari orang-orang Cina mengganti bahan kertas
dari kulit pohon linen, kapas, dan serat karena di negeri tersebut tidak ada
pohon murbei. Kemudian percetakan kertas pertama didirikan di Baghdad pada 793
masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid (w.809 M) penguasa Dinasti Abbasiyah. Tidak
lama bermunculan pabrik-pabrik kertas di Damaskus, Tiberia, Tripoli, Kairo,
Fez, Sicilia, Jativa, dan Valencia (Spanyol).[3]
Kemajuan Islam diberbagai kawasan Islam itu
lambat laun jatuh. Di Baghdad, runtuh akibat penyerangan penguasa Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan. Mereka membakar dan memusnahkan perpustakaan beserta
buku-bukunya. Begitu juga di Andalusia (Spanyol) dan wilayah Islam Eropa
lainnya. Ditambah lagi sering terjadinya perselisihan sehingga Islam mengalami
kemunduran.
Pada masa kejayaan
Islam, hampir setiap ulama atau ilmuwan Muslim dalam menguraikan ilmu
pengetahuan dan cabang-cabangnya. Mereka juga mengembangkan khazanah
intelektual Islam dan berkontribusi bagi peradaban dunia dengan karya-karya
monumental yang sampai sekarang masih berguna bagi ilmu pengetahuan.
Sebagai contoh adalah
Al-Farabi dan Ibnu Khaldun. Keduanya adalah ilmuwan Muslim yang telah melakukan
klasifikasi ilmu. Dalam buku Ihsha` Al-Ulum, Al-Farabi mengelompokkan
ilmu menjadi tiga: metafisika, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Metafisika
adalah ilmu yang membahas hal-hal dibalik kejadian alam semesta, penciptaan,
adanya tidak Tuhan, dan cara mengetahui dan membuktikan kebenaran. Matematika
adalah ilmu tentang angka-angka dan bilangan serta hitungan. Ilmu ini dibagi
lagi menjadi tujuh cabang, yaitu aritmetika, geometri, astronomi, musik,
optika, ilmu tentang daya, dan alat-alat mekanik. Ilmu-ilmu alam adalah ilmu
yang menyelidiki benda-benda fisik dan bersifat alami. Ilmu ini terbagi lagi
menjadi tiga cabang, yaitu mineralogi yang meliputi kimia, geologi, dan
metalurgi; botani (ilmu tumbuhan); dan zoologi (ilmu tentang makhluk hidup
meliputi psikologi dan kedokteran).
Ibnu Khaldun membagi
ilmu menjadi dua: ilmu-ilmu naqli (agama) dan ilmu-ilmu aqli
(rasional). Yang termasuk ilmu-ilmu naqli, yaitu tafsir al-Quran
dan hadits; ilmu fiqih dan ushul fiqh; ilmu kalam (teologi); tafsir
ayat-ayat mutasyabihat; tasawuf (mistisme); tabir mimpi (ta`bir
al-ru`yah). Sedangkan yang termasuk ilmu-ilmu aqli terbagi menjadi
empat: ilmu logika yang meliputi burhani (demonstrasi), jadali (topika),
khithabah (retorika), syi`ir (puisi), dan safsathah
(sofistri); ilmu fisika yang meliputi mineralogi, botani, zoologi, kedokteran,
dan ilmu pertanian; matematika terbagi lagi menjadi aritmetika (kalkulus,
aljabar, dan aritmetika bisnis), geometri (figure sferik, kerucut, mekanika,
surveying, dan optik), astronomi (bintang dan planet); metafisika (hakikat
wujud, asal-usul benda, ruh dan jiwa, dan barzah). Selain itu, Ibnu Khaldun
juga menyebutkan ada khazanah ilmu praktis yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, seperti etika (akhlak), ekonomi, politik, dan ilmu budaya (`ulum
al-`umran).
Berikut ini beberapa
cendekiawan dan ulama yang telah berjasa memberikan sumbanganya dalam
kebudayaan Islam, yaitu:
Al-Farabi. Abi Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlaq Al- Farabi.
Lahir pada 874 M./260 H. di Transoxia yang terletak dalam Wilayah Wasij di
Turki. Ia wafat pada 950 M./339 H. Al-Farabi dikenal ahli filsafat, politik,
sains, matematika, dan sejarah. Karyanya yang terkenal adalah Madinah
al-Fadhilah, Ihsa al-Ulum, dan Kitab al-Jam.
Nasiruddin Ath-Thusi. Ath-Thusi adalah astronom, biolog, ahli kimia, ahli matematika,
filsuf, dan ahli kedokteran. Nama lengkapnya Abi Ja’far Muhammad ibn Muhammad
bin Al-Hasan Nasiruddin At-Tusi. Ia lahir di Persia pada 18 Februari 1201 dan
wafat pada 26 Juni 1274 di Baghdad, Irak. Karya tulisnya adalah Akhlag-i
Nasiri, Zij-i Ilkhani, Al-Tadhkira fi'ilm Al-hay'a, Tajrid-al-'Aqaid,
Al-Tadhkirah fi'ilm al-hay'ah, Sharh al-Tadhkirah, Al-Risalah Al-Asturlabiyah, dan
Sharh Al-Isharat.
Ath-Thabary. Nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabary. Lahir
di Amil pada 225 H. dan wafat pada 28 Jumadits Tsani 310 H. Sejak usia 7 tahun
sudah hafal al-Quran dan usia 9 tahun menyusun buku kumpulan hadits. At-Thabary
dikenal ahli sejarah dan tafsir al-Quran.
Fakhruddin Ar-Razy. Lengkapnya bernama Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Husain bin
Hasan bin Ali Al-Qurasy At-Taimy Al-Bakry Ath-Thabaratany Ar-Razy. Ia dikenal
dengan sebutan Fakhruddin atau Ibnu Al-Khathib. Ar-Razy lahir pada 15 Ramadhan
544 H. dan wafat pada 606 H di Ray. Ia terkenal ahli tafsir al-Quran, filsafat,
dan teologi.
Al-Battani. Abu Abdallah Muhammad bin Jabir bin Sinan Al-Battani ini lebih
dikenal dengan julukan Al-Battani atau Albatenius. Ia ahli astronomi dan
penerjema buku-buku yang berasal dari Yunani. Al Battani lahir di Battan,
Harran, Suriah pada 858 M.
Omar Khayyam. Ghiyath Al-Din Abi'l-Fath Umar bin Ibrahim Al-Nisabiri Al-Khayyami
atau biasa dipanggil Omar Khayyam adalah penyair ternama dan astronom. Ia
menulis aljabar dengan judul Treatise on Demonstration of Problems of
Algebra.
Ibnu Katsir. Ulama ini bernama Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir. Lahir di
Bosyra pada 700 H./1300 M. Ia ahli tafsir, hadits, sejarah, dan fikih. Karyanya
adalah Tafsir Alquran Al-Karim (10 jilid), Jami al-Masanid wa
as-Sunan (8 jilid), Al-Kutub as-Sittah, At-Takmilah fi Mar'ifat
as-Sigat wa ad-Dhua'fa wa al-Mujahal, Al-Mukhtasar, dan Adillah
at-Tanbih li Ulum al-Hadits.
Jalaluddin Rumi. Jalaluddin Muhammad Rumi adalah sufi dan penyair. Lahir di Balkh,
Persia Utara, pada 6 Rabi’ul Awwal 604 H./29 September 1207 M. Karyanya adalah Mathnavi-i-Maanavi
dan Divan-i-Syams-i-Tabriz. Rumi dikenal sebagai pelopor zikir tarian
berputar ‘Mevlevi’ yang diiringi seruling bambu.
Fariduddin Attar. Fariduddin Abi Hamid Muhammad bin Ibrahim lebih dikenal dengan
nama Attar, si penyebar wangi. Penyair ini lahir pada 506 H./1119 M. di
Nisyapur, Persia Barat, dan wafat pada 607 H./1220 M. di Syaikhuhah. Karya
tulisnya berjumlah 114 judul, berbentuk puisi dan prosa yang berkaitan dengan
tasawuf. Karya Attar yang terkenal adalah Manthiq al-Thair, Asrar
Nameh, dan Tazkiratul Aulia.
Khaja Syamsuddin
Hafizh. Syamsuddin Muhamad Syirazi atau Khaja Syamsuddin Hafizh adalah
penyair Persia kelahiran 12 Oktober 1348. Selain ahli sastra, juga ahli tafsir
Al-Quran, filsafat, dan seorang sufi. Karyanya yang terkenal adalah Diwan-e
Hafizh.
Ibnu Yunus. Ibnu Yunus bernama lengkap Abi al-Hasan Ali Abi Said Abdur Rahman
bin Ahmad bin Yunus Al-Sadafi Al-Misri. Ia ahli astronomi yang lahir di Mesir
pada 950 M. dan menulis buku al-Zij
al-Hakimi Al-Kabir dan Ghayat Al-Intifa.
Abi Ishaq Al-Zarqali. Abi Ishaq Al-Zarqali (1028-1087 M.) adalah ahli matematika dan
astronom Muslim dari Toledo, Andalusia.
Abbas bin Firnas. Abbas bin Firnas (810-887 M.) adalah ahli matematika dan astronom
dari Andalusia. Ibnu Firnas adalah perintis dunia kedirgantaraan/penerbangan.
Rabban Ath-Thabari. Abi Al-Hasan Ali bin Sahl Rabban Ath-Thabari lahir pada 838 M. Ia
dikenal sebagai pencetus terapi penyakit jiwa. Psikolog Muslim ini menguasai
ilmu fisika dan kedokteran. Menulis buku Firdous al-Hikmah, Tuhfat
al-Muluk, Hafzh al-Sihhah, Al-Ruqa, Kitab Fi Al-Hijamah,
dan Kitab fi Tartib al-‘Ardhiyah.
Ibnu Sina. Abi Ali Al-Husain bin Abdullah lahir pada 980 M/370 H di Afshinah,
Bukhara. Ia dikenal dengan nama Ibnu Sina atau Avicena. Pada usia 10 tahun
sudah hafal al-Quran dan usia 17 tahun menjadi dokter. Selain dikenal sebagai
dokter, juga seorang teolog dan filsuf. Ibnu Sina menulis buku kedokteran yang
berjudul Al-Qanun fil Tabib dan diterjemahkan di Barat menjadi The
Cannon dan Precepts of Medicine.
Al-Biruni. Abi Raihan Muhammad Al-Biruni lahir di Uzbekistan pada 973 M.
Al-Biruni menulis lebih dari 200 buku. Karyanya yang terkenal adalah Gems (Kitab
Al-Jamahir). Selain ahli dalam ilmu-ilmu alam, juga ahli dalam filsafat dan
ilmu-ilmu agama.
Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun lahir di Tunis, Tunisia, pada 1 Ramadhan 732 H./27 Mei
1332 M. Lengkapnya bernama Abdurahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad
bin Al-Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurahman bin Khaldun. Ia
ahli sejarah, sosiolog, dan ekonom Muslim. Karya monumentalnya adalah Kitab
al-I'bar wa Diwan al Mubtada wa al-Khabar fi Ayyam al A'rab wa al Barbar atau
disingkat Al I'bar (tujuh jilid). Dengan buku tersebut, ia disebut
pelopor ilmu-ilmu sosial.
Al-Ghazali. Abi Hamid bin Muhammad bin Muhammad Ath-Thusi Al-Shafi'i Al-Ghazali
dikenal sebagai ulama, filosof, psikolog, fuqaha, mutakallim, dan
sufi. Al-Ghazali lahir di Thus, Khurasan, Iran, pada 1058 M. Karyanya adalah
Al-Munqidh min al-Dalal, Hujjat al-Haq, Al-Iqtisad fil-I`tiqad, Al-Maqsad al-Asna fi Sharah Asma' Allahu
al-Husna, Jawahir al-Qur'an wa Duraruh, Fayasl al-Tafriqa bayn al-Islam
Wal-Zandaqa, Misykat al-Anwar, Tafsir al-Yaqut al-Ta'wil, Mizan
al-'Amal, Ihya' Ulum al-Din, Bidayat
al-Hidayah, Kimiya-ye Sa'adat, Nasihat al-Muluk, Al-Munqidh min
al-Dalal, Maqasid al Falasifa, Tahafut al-Falasifa, Miyar al-Ilm fi fan
al-Mantiq, Mihak al-Nazar fi
al-Mantiq, Al-Qistas al-Mustaqim, Fatawy al-Ghazali, Al-Wasit fi
al-Mathab, Tahzib al-Isul, dan Al-Mustasfa fi 'Ilm al-Isul.
Ibnu Thufail. Abi Bakr Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin
Thufail Al-Qisi ini lahir pada 1107 M. dan wafat pada 1185 di Granada,
Andalusia. Ibnu Thufail adalah filsuf dan sastrawan. Karyanya yang terkenal
adalah Hayy ibn Yaqzan.
Ibnu Rusyd. Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd ini lahir di
Cordova pada 1126 M. dan wafat pada 1198. Ibnu Rusyd adalah ahli fiqih, ahli
ilmu hisab, dokter, dan filsuf. Karyanya adalah Kitab Kuliyah fith-Thibb
(16 jilid), Mabadil Falsafah, Taslul, Kasyful Adillah, Tahafatul
Tahafut, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Tafsir Urjuza, dan De
Anima Aristotles.
Ibnu Arabi. Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Ali (1165-1240 M.) ini sahabat dekat
Ibnu Rusyd. Ia berkelana ke Maghribi, Cordova, Mesir, Tunisa, Fez, Maroko,
Jerussalem, Makkah, Hejaz, Allepo, Asia kecil, dan wafat di Damaskus. Ibnu
Arabi dikenal ahli tasawuf, mufasir, dan filsuf.
Al-Mas'udi. Abi Al-Husain Ali bin Al-Husain Al-Mas'udi ini ahli sejarah dan
penjelajah dunia. Lahir di Baghdad pada 896 M. Karyanya adalah Muruj
Adh-Dhahab Wa Ma'adin Al-Jawahir, Muruj al-Thahab, Muruj al-Zaman,
Kitab Al-Ausat, dan Kitab al-Tanbih wa al-Ishraf.
Ibnu Battuta. Ibnu Battuta lahir di Tangier, pada Kamis, 2 Rajab 725 H./14 Juni
1325 M. Ia dikenal seorang penjelajah dunia dan ahli geografi.
Ibnu Hazm. Ali bin Hazm lahir di Cordoba, Andalusia, pada 994 dan wafat pada
1064 M. Ia ahli fiqih dan filsuf. Tidak kurang dari 400 judul buku yang
ditulisnya, salah satunya Tawq al-Hamamah.
Suhrawardi Al-Maqtul. Syaikh Syihabiddin Abil
Futuh Yahya Suhrawardi ini lebih dikenal sebagai Syaikh Isyraq. Lahir
pada 549 H/1154 M. di kota Suhraward, Iran. Ia wafat dihukum mati oleh
Shalahuddin Al-Ayyubi, penguasa Islam, pada 587 H./1179 M di Halab. Suhrawardi
dikenal seorang sufi dan pendiri filsafat hikmah isyraqiyah. Karyanya
adalah al-Talwihat, al-Muqawamat, Kitab al-Masyari' wa-'l-Mutarahat dan Hikmat
al-Ishraq, Risalah 'Aql-e Surkh, Âwaz-e Pur Jibril, Ruzi Ba Jamaat-e
Sufiyân, dan Hayakil al-Nur.
Mulla Shadra. Shadra adalah filsuf Muslim yang berhasil mengombinasikan
aliran-aliran pemikiran Islam dalam satu pemikiran yang disebut hikmah
al-muta`aliyah. Shadra lahir pada 979 H./1571 M. di Syiraz, Iran. Pada 1050
H./1648 M., Shadra jatuh sakit di Bashrah, Irak, dalam perjalanan haji yang
ketujuh dengan jalan kaki dan akhirnya wafat. Jasadnya dikuburkan di Najaf,
Irak, berdekatan dengan kuburan Ali bin Abi Thalib. Karya tulisnya
yang terkenal adalah Al-Hikmah Al-Muta`aliyah
Fi Al-Asfar Al-Aqliyyat Al-Arba`ah.
Thabathaba'i. Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i adalah faqih,
filsuf, mufasir, dan ahli matematika. Lahir di Tabriz, Iran, pada 1321 H./1903
M. Thabathaba'i menulis Tafsir Al-Mizan sebagai karya monumentalnya.
Muhammad Iqbal. Muhammad Iqbal lahir pada 9 November 1877 M. di
Sialkot, Punjab, India, dan wafat pada 1938. Iqbal menyelesaikan sekolah dasar
di Sialkot dan melanjutkan di Liberal Arts di Scotch Mission College (Murray
College) dan Goverment College, Lahore, dan Trinity College Cambridge
University, Inggris, serta Ludwig-Maximilians University di Munich, Jerman,
hingga meraih Ph.D pada 1907. Iqbal dikenal sebagai penyair dan filsuf Modern.
Karya tulisnya yang terkenal adalah The Development of Metaphysics in
Persian, Javid Nama, Asrar-i-Khudi, Rumuz-i-Bekhudi,
dan The Reconstruction of Religious Thought in Islam.
Sayyid Quthb.
Sayyid Quthb lahir di Musyah, Asyuf, Mesir, pada 1906 dan wafat di Kairo pada 1960. Pada usia menjelang 10 tahun sudah hafal al-Quran. Quthb dikenal ahli sastra dan mufasir. Ia
tidak menikah. Karyanya adalah The America that I Saw, Al-Adalah
Al-Ijtima’iyyah fil-Islam, Fi Zilal Al-Quran, Sign Post on the
Road, dan Ma’alim fi al Thariq.
Muhammad Baqir Ash-Shadr. Muhammad Baqir Ash-Shadr adalah sarjana,
ulama, guru dan tokoh politik. Lahir di Kazimain, Baghdad, Irak, pada 25
Dzulqaidah 1353 H./1Maret 1935 M. Pada usia 10 tahun sudah
berceramah tentang sejarah Islam dan kebudayaan Islam. Ash-Shadr bersama
saudara perempuannya, Bint Al-Huda, dihukum mati pada 8 April 1980 oleh rezim
Saddam karena aktivitas politiknya. Karya tulisnya adalah ‘Ushul, Ghayat
Al-Fikr fi Al-’Ushul, Falsafatuna, dan Iqtishaduna.
Murtadha Muthahhari. Murtadha Muthahhari lahir pada 1338 H./1919 M.
di Firman, Masyhad, Iran. Ia adalah filsuf yang kritis terhadap pemikiran Barat
dan arsitek revolusi Islam Iran. Pada tanggal 1 Mei 1979,
Muthahhari wafat akibat dihujani peluru oleh kelompok Hizbe Furqan. Hari
wafatnya dijadikan hari guru nasional di Republik Islam Iran. Karya ilmiahnya
meliputi Ta’liqât ‘ala Ushûl al-Falsafah wa al-Madzhab al-Waqî’iy, Qishâsh
al-Mukhlisîn, Al-Insân wa al-Mashir, Mas’alat al-Hijâb, Al-‘Adl
al-Ilâhi, Ad-Dawâfi’ Nahw al-Mâdiyah, Al-Jadzb wa al-Daf’ fî
Syakhsiyyat al-Imâm ‘Alî, Al-Adamât al-Mutaqâbilat bayn al-Islâm wa Iran,
Nizhâm Huqûq al-Mar’at fî al-Islâm, Fî Rihâb Nahj al-Balaghah,
Al-Imdâdat al-Ghaibiyyah fî Hayât al-Insân, ‘Isyrûn Hadits,
Nahdhat al-Imâm al-Mahdi, Khatm al-Nubuwwah, Al-Nabîy al-Ummiy, Anmath
al-Walâ’ wa Anwâ’ al-Wilâyat, Al-Akhlâq al-Jinsiyyat min Wijhah
al-Nazhar al-Islâm, Tashhîh wa Kitâbah Hawasy Kitâb al-Tashil li Bahmatiyar bin
Marzaban, dan Kulliyât al-‘Ulûm al-Islamiyah.
Mehdi Hairi Yazdi. Mehdi Hairi Yazdi adalah ulama Iran yang ahli filsafat dan sains.
Lahir pada 1923 di Qum Iran dan wafat pada usia 76 tahun. Masa hidupnya
dihabiskan sebagai pengajar dan peneliti di sejumlah universitas dan lembaga
Islam. Beberapa karyanya adalah Herem e Hasti, Agahi wa Guwahi, Kawushyha
ye Aql e Amali, Elmi e Kulli, Metafisika, Hekmat wa Hukumat, Ilmu e Huzhuri, dan
Al-Hujjah fi al-Fiqh.
[1] Emsoe Abdurahman dan Apriyanto Ranoedarsono, The Amazing Story
Al-Quran (Bandung: Salamadani, 2009) bagian al-Quran dan perpustakaan.
[2] Wikipedia dengan entri Ikhwan Al-Shafa.
[3] Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan (Jakarta: Serambi, 2005)
h.155-159.
[4] Azyumardi Azra, “Intelektual Muslim di Dunia Islam” dalam rubrik
resonansi Harian Umum Republika, 19 Oktober 2006.