Kamis, 24 Oktober 2019

Resensi buku Jangan Bakar Taman Surgamu


Jumat pagi di sebuah perpustakaan sekolah, saya melihat buku berjudul "Jangan Bakar Taman Surgamu". Ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat. Terbit tahun 2017 oleh Nuansa Cendekia Bandung. Tebalnya 120 halaman. Format bukunya saku sehingga enak dipegang.

Saya buka lembar demi lembar. Saya lihat pengantarnya 23 halaman. Panjang dan itu pun diakui oleh penulisnya sebagai upaya mengantarkan pentingnya tema buku yang disajikan, yaitu seri tasawuf: warak.

 Saya baca dari awal hingga akhir halaman. Saya menangkap pesan dari pengantar buku bahwa yang ditekankan dari "warak" ini upaya menghindari dari perbuatan yang dilarang Allah. Sedangkan aspek ketaatan pada amal ibadah (ritual) atau memperbanyak pahala adalah kelanjutannya, setelah tidak berkelakuan buruk atau saat mampu menghindari dari dosa-dosa.

Jadi, tentang penyucian diri dengan mencegah diri dari dosa, menjadi target yang hendak dicapai oleh penulis untuk pembacanya. Ini mengingatkan saya pada istilah takhali (membersihkan diri) dan tahali (mengisi diri dengan amal dan kebaikan) dalam riyadhah sufistik.

Dari pengantar, penulisnya menyatakan buku ini akan berlanjut dengan seri buku lanjutan dengan tema "ihsan" dan "rahmat". Sebuah rencana yang baik dan penting diwujudkan. Insya Allah, saya akan menanti kehadirannya.

Buku ini memuat narasi pendek dan renyah berupa potongan kisah hikmah, riwayat Baginda Rasulullah Saw, maula dan sahabat dekat Nabi Saw, dan lainnya. Sekilas yang bertaburan dalam narasi berupa hadis (riwayat) yang mendorong pembaca agar tidak mengganggu dan menyakiti orang lain, memaafkan orang lain, dan bersikap welas asih kepada orang-orang yang sudah wafat. Memuat pula ayat Alquran yang melegitimasi narasi yang tersaji dalam buku ini.

Terakhir, yang saya kira penting disebutkan bahwa Jalaluddin Rakhmat pada halaman 51 dan 74 menyatakan Abu Rafi' yang merupakan maula Rasul Allah dan Salman Al-Farisi yang merupakan sahabat Rasul Allah sebagai bagian dari Keluarga Nabi Saw. Bahkan dengan mengutip hadis: Salman minna Ahlil Bait.

Dari pernyataan buku tersebut bisa diketahui bahwa sahabat Rasulullah Saw ternyata masuk dalam bagian Ahlul Bait. Sehingga dalam buku ini, Ahlul Bait tidak lagi bermakna personalitas orang-orang suci yang lima (ahlu kisa), tetapi mereka yang setia dan khidmat pun disertakan di dalamnya.

Saya mohon maaf bila pemahaman saya atas buku tersebut tidak benar atau menyimpang. Semoga ada yang berkenan melakukan pembacaan ulang atas isi buku dan menuliskan catatannya. Insya Allah saya baca. Terima kasih. *** (ahmad sahidin)