Sabtu, 05 Oktober 2019

Babak Sejarah Umat Islam

Dr.Fuad Jabali dalam diskusi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung menyampaikan bahwa ia telah membaca lebih dari 2000 biografi para sahabat untuk menulis bukunya yang berjudul Sahabat Nabi.

Dari hasil telaahnya, Fuad menyimpulkan bahwa sahabat Nabi bukan manusia sempurna sehingga terdapat kesalahan dan keterbatasan dalam beragama. Apalagi tidak semua sahabat terus menerus hidupnya bersama Rasulullah saw maka tingkat pemahaman keagamaan pun seadanya.

Fuad juga mengatakan, definisi sahabat yang dipegang para ahli hadis kurang bernilai religius karena hanya menyebutkan orang-orang yang bersama Nabi. Ketaatan tidak menjadi ukuran dalam menentukan sahabat Nabi atau bukan. Karena itu, wajar kalau terdapat orang-orang yang digelari sahabat (setelah Rasulullah saw wafat) menggunakan Islam sebagai alat untuk mengukuhkan kekuasaan politik dan meraup keuntungan duniawi.

Lalu, mengapa disebut sahabat? Sebutan sahabat diberlakukan kepada orang-orang Islam terdahulu untuk pengikat hubungan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah) dan menunjukan kedekatan dengan Rasulullah saw.

Karena itu, mereka yang disebut sahabat adalah orang Islam yang hidup satu zaman atau satu masa dengan Nabi dan berada dalam lingkungan kekuasaan Islam.

Memang belum ada kesepakatan dari ulama maupun ahli sejarah dalam menetapkan definisi sahabat. Saya kira istilah ‘sahabat’ dalam sejarah Islam dapat dimaknai sebagai generasi atau babak sejarah. Karena setelah masa Rasulullah saw, secara politik, umat Islam berada dalam masa kepemimpinan empat sahabat Nabi (Khulafa Rasyidun): Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Imam Ali bin Abi Thalib kw.

Masa empat sahabat Nabi inilah kadang dijadikan rujukan generasi umat Islam setelahnya. Sedikit demi sedikit para sahabat meninggal dunia akibat perang maupun kematian. Tak dipungkiri para sahabat mengajarkan Islam kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya.

Generasi umat Islam setelah para sahabat Nabi ini disebut tabiin. Mereka ini yang mewarisi ajaran Islam dari para sahabat dan sahabat mewarisi dari Nabi. Saling mewariskan dari masa ke masa. Memang tidak dipungkiri dalam prosesnya ada penyimpangan dan ijtihad baru dari sahabat. Dari generasi tabiin lahir generasi tabiit-tabiin dan berlanjut dengan lahirnya generasi mutaakhirin.

Terlepas dari benar tidaknya pembabakan sejarah Islam tersebut, yang jelas umat Islam yang hidup bersama Rasulullah saw memiliki peran dan kontribusi yang berguna bagi umat Islam. Tentu dalam hal ini yang baik-baiknya, bukan yang menjatuhkan citra Islam di hadapan dunia.

 Nah, kalau ada sahabat Nabi yang mencitrakan Islam menjadi buruk maka layak untuk dipertanyakan keislamannya. Termasuk ulama dan ustadz yang menyalahi nilai-nilai keislaman, layak untuk dipertanyakan. Beranikah Anda melakukannya? *** (ahmad sahidin)