Dr.Fuad Jabali dalam
diskusi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung menyampaikan
bahwa ia telah membaca lebih dari 2000 biografi para sahabat untuk menulis
bukunya yang berjudul Sahabat Nabi.
Dari hasil telaahnya,
Fuad menyimpulkan bahwa sahabat Nabi bukan manusia sempurna sehingga terdapat
kesalahan dan keterbatasan dalam beragama. Apalagi tidak semua sahabat terus
menerus hidupnya bersama Rasulullah saw maka tingkat pemahaman keagamaan pun
seadanya.
Fuad juga mengatakan,
definisi sahabat yang dipegang para ahli hadis kurang bernilai religius karena
hanya menyebutkan orang-orang yang bersama Nabi. Ketaatan tidak menjadi ukuran
dalam menentukan sahabat Nabi atau bukan. Karena itu, wajar kalau terdapat
orang-orang yang digelari sahabat (setelah Rasulullah saw wafat) menggunakan
Islam sebagai alat untuk mengukuhkan kekuasaan politik dan meraup keuntungan
duniawi.
Lalu, mengapa disebut sahabat?
Sebutan sahabat diberlakukan kepada orang-orang Islam terdahulu untuk pengikat
hubungan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah) dan menunjukan kedekatan
dengan Rasulullah saw.
Karena itu, mereka yang
disebut sahabat adalah orang Islam yang hidup satu zaman atau satu masa dengan
Nabi dan berada dalam lingkungan kekuasaan Islam.
Memang belum ada
kesepakatan dari ulama maupun ahli sejarah dalam menetapkan definisi sahabat.
Saya kira istilah ‘sahabat’ dalam sejarah Islam dapat dimaknai sebagai generasi
atau babak sejarah. Karena setelah masa Rasulullah saw, secara politik, umat
Islam berada dalam masa kepemimpinan empat sahabat Nabi (Khulafa Rasyidun): Abu
Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Imam Ali bin Abi Thalib kw.
Masa empat sahabat Nabi
inilah kadang dijadikan rujukan generasi umat Islam setelahnya. Sedikit demi
sedikit para sahabat meninggal dunia akibat perang maupun kematian. Tak
dipungkiri para sahabat mengajarkan Islam kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya.
Generasi umat Islam
setelah para sahabat Nabi ini disebut tabiin. Mereka ini yang mewarisi ajaran
Islam dari para sahabat dan sahabat mewarisi dari Nabi. Saling mewariskan dari
masa ke masa. Memang tidak dipungkiri dalam prosesnya ada penyimpangan dan
ijtihad baru dari sahabat. Dari generasi tabiin lahir generasi
tabiit-tabiin dan berlanjut dengan lahirnya generasi mutaakhirin.
Terlepas dari benar
tidaknya pembabakan sejarah Islam tersebut, yang jelas umat Islam yang hidup
bersama Rasulullah saw memiliki peran dan kontribusi yang berguna bagi umat
Islam. Tentu dalam hal ini yang baik-baiknya, bukan yang menjatuhkan citra
Islam di hadapan dunia.
Nah, kalau ada sahabat Nabi yang mencitrakan Islam menjadi buruk maka layak untuk dipertanyakan keislamannya. Termasuk ulama dan ustadz yang menyalahi nilai-nilai keislaman, layak untuk dipertanyakan. Beranikah Anda melakukannya? *** (ahmad sahidin)
Nah, kalau ada sahabat Nabi yang mencitrakan Islam menjadi buruk maka layak untuk dipertanyakan keislamannya. Termasuk ulama dan ustadz yang menyalahi nilai-nilai keislaman, layak untuk dipertanyakan. Beranikah Anda melakukannya? *** (ahmad sahidin)