Kepemimpinan
Islam pun beralih kepada Imam Musa bin Jafar. Imam Musa yang digelari Al-Kazhim
lahir pada Ahad, 7 Shafar 128 H. di kota Abwa. Ibu Imam Musa bernama Hamidah,
seorang wanita berkebangsaan Andalusia (Spanyol). Sejak masa kecil Imam Musa
telah menunjukkan kepandaiannya.
Imam
Musa hidup pada masa kekuasaan Daulah Abbasiyah: periode khalifah Al-Mansur,
Al-Mahdi, Al-Hadi, dan Harun Ar-Rasyid. Pada masa ini nasib pengikut Ahlulbait
teraniaya. Mereka dipenjarakan tanpa diberi makan, diusir dari rumah-rumahnya,
dan dibunuh. Pernah suatu hari Harun Ar-Rasyid memanggil Humaid bin Qahtabah
bertanya tentang ketaatannya kepada dirinya sebagai penguasa Daulah Abbasiyah.
Humaid menyatakan kesiapannya. Harun Al-Rasyid kemudia memberinya sebuah pedang
dan menyuruhnya pergi bersama seorang pelayan ke sebuah rumah yang terkunci
yang di tengah-tengahnya terdapat sumur.
Di
rumah tersebut terdapat tiga kamar yang seluruhnya terkunci. Pelayan itu
membuka kunci pintu kamar yang di dalamnya terdapat duapuluh orang keturunan
dari Ahlulbait Rasulullah saw. Mereka terdiri dari anak-anak remaja dan
orang-orang tua dengan kaki dan tangan terikat rantai. Sang pelayan menyuruh
Humaid untuk membunuh orang-orang itu dan memasukkan jasad mereka ke dalam sumur.
Humaid tanpa risih melakukannya. Kemudian pintu kedua dibuka yang di dalamnya
terdapat tawanan sejumlah yang di kamar pertama. Kembali pelayan itu menyuruh
Humaid melakukannya. Humaid pun melaksanakannya. Pintu ketiga pun dibuka dan di
situ terdapat sejumlah itu. Lagi-lagi pelayan itu menyuruhnya melakukan hal
yang sama dan Humaid pun menaatinya.
Karena
itu, keberadaan Imam Musa Al-Kazhim pada masa
kekuasaan Harun Ar-Rasyid menjadi tumpuan umat Islam. Orang-orang Islam
lebih taat kepada Imam Musa ketimbang kepada pemerintah Daulah Abbasiyah.
Setiap hari pengikut Imam Musa bertambah dan Harun Al-Rasyid merasa cemas.
Tanpa alasan yang jelas, Imam Musa ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.
Bahkan, untuk meruntuhkan derajat Imam Musa, Harun Al-Rasyid memasukkan pelayan
wanita yang cantik ke dalam penjara guna merayunya. Namun tidak berhasil karena
si wanita tersebut malah menjadi murid Imam Musa.
Setelah
berbagai cara tidak berhasil, Harun Al-Rasyid menyuruh Sanadi bin Sahik agar
meletakkan racun pada makanan Imam Musa hingga wafat pada Jumat, 25 Rajab 183
H. Jenazahnya dibiarkan tergeletak dipenjara selama tiga hari dan dibuang di
jembatan Al-Karkh, Baghdad. Putra Imam Musa beserta keluarga dan pengikutnya
kemudian menguburkannya di pemakaman Quraiys.[]
(Diambil dari buku SEJARAH
POLITIK ISLAM karya Ahmad Sahidin. Penerbit:
Acarya
Media Utama, Bandung, tahun 2010)