Senin, 17 Juli 2017

Imam Ali Al-Hadi

Setelah wafat Imam Muhammad Al-Jawad, kepemimpinan Islam beralih kepada Imam Ali Al-Hadi, putra Imam Muhammad Al-Jawad yang lahir di Madinah, 15 Dzulhijah/5 Rajab 212 H. Imam Ali Al-Hadi dididik ayahnya. Tidak heran kalau pada masa itu Imam Ali Al-Hadi menjadi panutan dalam akhlak, ibadah, dan rujukan dalam masalah keagamaan.

Imam Ali Al-Hadi hidup ketika moral dan ekonomi umat Islam mulai merosot akibat banyaknya pajak yang diambil oleh pejabat Daulah Abbasiyah. Al-Mu`tasim yang menjadi penguasa Daulah Abbasiyah dikenal sebagai peminum minuman keras dan membenci pengikut Ahlulbait. Pernah suatu ketika, Al-Mu`tasim memerintahkan pelawak untuk mengejek Imam Ali bin Abi Thalib pada sebuah jamuan pesta dan memerintahkan untuk meratakan makam cucu Rasulullah saw di Karbala.

Setelah berakhirnya masa kekuasaan Al-Mu`tasim, Al-Muntasir pada 248 H. menjadi penguasa Daulah Abbasiyah menggantikan ayahnya, Al-Mutawakkil. Meskipun berkuasa selama enam bulan, ia berlaku baik dan tidak membunuh pengikut Ahlulbait. Namun enam bulan kemudian Al-Muntasir meninggal dunia kemudian digantikan Al-Mustâ`in. Intrik politik dan rebutan kekuasaan dalam keluarga istana Daulah Abbasiyah terus bergejolak. Wajar jika setiap penguasa digulingkan oleh keluarganya sendiri, bahkan dibunuh untuk mengambil alih tampuk kekuasaan darinya.

Ketika Al-Musta’in berkuasa, kekejaman dan kesewenang-wenangan kembali merajalela. Namun, pemerintahannya hanya berlangsung dua tahun sembilan bulan karena atas perintah saudaranya, Al-Mu’taz, dia dibunuh dan dipenggal sehingga kekuasaan Daulah Abbasiyah beralih ke Al-Mu’taz yang tidak kalah kejamnya. Orang-orang Islam diketahui menjadi pengikut Imam Ali Al-Hadi diburu dan diminta untuk mengecamnya. Tidak jarang sampai dibunuh kalau tetap mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan Imam Ali Al-Hadi. Bukan hanya pengikutnya, bahkan Imam Ali Al-Hadi pun dibunuhnya dengan racun dan wafat pada 26 Jumadil Tsani 254 H. Jasadnya dikuburkan oleh Imam Hasan Al-Asykari, putranya, di Samara. []


(Diambil dari buku SEJARAH POLITIK ISLAM karya Ahmad Sahidin. Penerbit:  Acarya Media Utama, Bandung, tahun 2010)