Setelah
wafat Imam Ali Zainal Abidin, yang menjadi Imam Ahlulbait adalah Muhammad Al-Baqir.
Beliau adalah putra pasangan Imam Ali Zainal Abidin dan Fathimah binti Hasan
yang lahir di Madinah pada 1 Rajab 57 H. Ia menikah dan dikaruniai delapan
anak: Imam Ja`far Shadiq, Abdullah, Ibrahim, Ubaidillah, Reza, Ali, Zainab, dan
Ummu Salamah.
Imam
Muhammad Al-Baqir merupakan sosok yang dihormati dan dikenal sebagai pemuka
agama yang menguasai ilmu-ilmu hikmah dan hadits. Mengenai keilmuannya, lbnu
Hajar Al-Haitami berkomentar, “Muhammad Al-Baqir telah menyingkapkan
rahasia-rahasia pengetahuan dan kebijaksanaan, serta membentangkan
prinsip-prinsip agama. Tidak sorang pun dapat menyangkal kepribadiannya yang
mulia, pengetahuan yang diberikan Allah, kearifan yang dikaruniakan Allah dan
tanggung jawab serta rasa syukurnya terhadap penyebaran pengetahuan. Muhammad
Al-Baqir adalah seorang yang suci dan pemimpin spiritual yang sangat berbakat.”
Sama
seperti ayahnya, Imam Muhammad Al-Baqir juga dimusuhi penguasa Daulah Umayyah.
Segala bentuk kecaman, ancaman dan tipu daya tidak berhasil memalingkan umat Islam
dari Imam Muhammad Al-Baqir. Akhirnya, penguasa Daulah Muawiyah kembali
meracuninya hingga wafat pada Senin, 7 Dzulhijah 114 H. dan dikuburkan di
Jannatul Baqi, Madinah. Kemudian salah satu putranya, Imam Jafar Ash-Shadiq
menjadi pelanjutnya.[]
(Diambil dari buku SEJARAH
POLITIK ISLAM karya Ahmad Sahidin. Penerbit:
Acarya
Media Utama, Bandung, tahun 2010)