Kepemimpinan
Islam pun beralih kepada Imam Hasan
Al-Asykari. Imam Hasan lahir pada Rabiul Tsani 213 H. dari seorang muslimah
bernama Haditsa. Putra Imam Ali Al-Hadi ini mendapat julukan Al-Asykari, yang
dinisbatkan pada suatu lempat yang bernama Asykar, di dekat Samara.
Sejak
kecil sampai usia dua puluh tiga tahun, Imam Hasan berada dalam asuhan ayahnya.
Imam Hasan hidup pada masa Daulah Abbasiyah dengan penguasa Al-Mu’taz,
Al-Mukhtadi, dan Al-Mu’tamad atau Al-Muktamid. Di bawah ketiga penguasa ini,
Imam Hasan dan pengikutnya tidak lepas dari tekanan dari penguasa Daulah
Abbasiyah. Karena itu, Imam Hasan memberlakukan taqiyah (menyembunyikan
keimanan untuk keselamatan jiwa) bagi pengikutnya.
Penguasa
Daulah Abbasiyah mendengar bahwa dari Imam Hasan Al-Asykari akan lahir seorang
manusia yang akan menegakkan keadilan. Disuruhlah oleh Al-Muktamid yang menjadi
penguasa, seorang dokter dan hakim beserta pengawalnya untuk memantau gerak
gerik Imam Hasan Al-Asykari. Segala sikap dan perilakunya disampaikan kepada
penguasa. Apalagi Imam Hasan terlihat memperlihatkan keenganannya untuk
bekerjasama dengan penguasa sehingga dianggap membahayakan. Karena itu,
Al-Muktamid membunuh Imam Hasan Al-Asykari dengan racun hingga wafat pada 260
H./872 M. dan dikuburkan bersebelahan dengan makam ayahnya di Samara. []
(Diambil dari buku SEJARAH
POLITIK ISLAM karya Ahmad Sahidin. Penerbit:
Acarya
Media Utama, Bandung, tahun 2010)