Buku ini istimewa karena diberi pengantar oleh Sayyid Khamenei, tokoh
Islam mazhab Syiah Imamiyah yang sekaligus pemimpin tertinggi di Republik Islam
Iran. Dengan uraian pentingnya shalat dan gerakan shalat fardhu berjamaah di
Iran, Khamenei telah mencerahkan saya dari buku ini. Dan ternyata gerakan
berjamaah dalam shalat fardhu menjadi agenda utama di Iran untuk menyatukan
rasa kebersamaan dan menguatkan kecintaan pada pemerintah Iran.
Penulisnya, Muhsin Qaraati, seorang mubaligh populer di Iran. Sering
ceramah di televisi dan radio, serta diundang di berbagai tempat. Qaraati dekat
dengan sosok Murtadha Muthahhari, ulama Iran yang juga turut serta dalam
gerakan revolusi bersama Imam Khumaini. Qaraati dianggap ulama yang piawai
dalam dakwah sehingga banyak diminati ceramahnya oleh masyarakat.
Setelah beres baca seluruh isi buku, saya menduga Qaraati sangat
memberikan perhatian pada kaum muda (generasi yang akan datang) bahwa tidak
boleh diabaikan. Bahkan Qaraati masuk dan ikut serta dalam kegiatan bola, voly,
dan permainan yang disenangi kaum muda.
Pada komunitas kaum muda Iran ini kemudian memberikan pencerahan agama
Islam dengan bahasa yang mudah dicerna. Nilai Islam dikenalkan dengan cara dan
gaya yang lebih bisa diterima kaum muda tanpa menurunkan derajat ajaran agama
Islam. Sekadar berbagi saja, ada tiga hal yang menarik dan menambah pengetahuan
saya dari buku ini.
Satu bahwa Muhsin Qaraati menyebutkan dalam buku "Ensiklopedi
Shalat" (Jakarta: Cahaya, 2008; halaman 290-291) bahwa Shabaiyah (umat
agama Shabiin) yang menyakini bintang memiliki pengaruh merupakan orang-orang
yang mengikuti (ajaran) Nabi Yahya as. Mereka menjalankan shalat dan melakukan
ritual khusus. Kini pengikutnya masih ada di Khuzestan.
Agama Shabiin ini dalam Al-Quran disebut pada surah al-Baqarah ayat
62: "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabiin, siapa
saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan
kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka
dan mereka tidak bersedih hati."
Dua bahwa buku yang tebalnya 377 halaman ini memuat beragam catatan
pendek yang mengandung hikmah. Di antaranya ada 114 catatan pendek tentang
shalat yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis. Isinya berupa motivasi ibadah
shalat berjamaah, tepat waktu, khusyuk, amalan shalat, hal-hal yang kadang
menyepelekan shalat, makna beserta hikmah shalat, dan lainnya.
Saya tidak menemukan aspek fikih ibadah shalat pada buku Qaraati ini.
Dan catatan tentang shalat ini disimpan di akhir buku, yaitu bagian tiga.
Bagian satu dan dua terkait dengan pengalaman masa kecil, interaksi di
keluarga, dakwah di masyarakat, silaturahim dengan guru-guru agama, dan
sikapnya atas agama yang diprioritaskan.
Tiga adalah buku ini memuat tahapan pembinaan dan pengajaran anak yang
disesuaikan dengan usia balita sampai menjelang baligh. Pada halaman 336-337 disebutkan bahwa usia 1-3 anak harus diberi
kebebasan. Saat tepat usia 3 tahun ajarkan untuk mengucapkan kalimat
"Lailaahaillallah" (tiada Tuhan selain Allah). Saat usia 3 tahun 7
bulan ajarkan kalimat "Muhammad Rasulullah".
Kemudian pada saat usia
4 tahun maka ajarkan untuk melafalkan shalawat kepada Rasulullah Saw dan
keluarganya. Pada usia 5 tahun diajarkan membedakan tangan kiri dan tangan
kanan serta beri tahu posisi kiblat dan cara sujud. Lalu, usia 6 tahun ajarkan
gerakan shalat seperti rukuk, sujud, dan lainnya. Pada usia 7 tahun ajarkan
membasuh muka dan tangan (wudhu). Baru pada usia 9 tahun diajarkan tentang
shalat yang dasar mulai bacaan dan gerakan yang lebih sempurna. Selanjutnya
pada usia 10 tahun, seorang anak sudah siap memasuki masa baligh.
Masa baligh ini anak mulai diajari ilmu agama dengan tahapan dasar
sampai tingkat lanjutan. Dapat dimulai dari membaca Al-Quran dan menghafal surah pilihan beserta
artinya. Diiringi dengan wawasan fikih yang dipakai keseharian beserta hukumnya
serta jelaskan manfaat dari amaliah Islam sehingga anak mau melakukannya.
Selanjutnya masuk pada Tarikh Islamiyyah mulai dari Nabi kemudian Keluarga
Rasulullah Saw untuk memupuk kecintaan kepada Nabi dan keluarganya. Dan ilmu-ilmu agama lainnya dilanjutkan seiring dengan perkembangan anak dan mentalnya.
Demikian yang bisa saya bagikan. Ulasan ini saya tulis sekadar mengikat
"pengetahuan" yang saya dapatkan dari buku yang dibaca. Tentu banyak
hal yang tidak bisa diungkapkan oleh saya karena keterbatasan daya tangkap atas
buku tersebut. Terima kasih. Cag! *** (Ahmad
Sahidin)