Jumat, 05 Juni 2020

Resensi buku The Great Disruption karya Francis Fukuyama

"The Great Disruption" adalah sebuah buku karya dari Francis Fukuyama. Ia penulis buku "The End of History and The Last Man," yang saya baca saat kuliah di UIN Bandung. Saya baca karena ada kepentingan untuk menulis makalah matakuliah filsafat sejarah. Kedua buku karya Fukuyama itu saya baca secara scanning. Tidak runut dari awal sampai akhir. Sengaja dibaca cepat karena banyak istilah dan data yang menurut saya lelah juga dibacanya. Maklum saya sudah mulai tidak doyan membaca buku teks (daras). Dan kedua buku Fukuyama masuk kategori daras filsafat sejarah dan sosiologi.

Buku "The Great Disruption", cukup membuka wawasan saya tentang fenomena manusia dan masa depan masyarakat dunia. Terutama dari aspek kehidupan politik global dan ekonomi dunia.

Terminologi yang saya ingat dari isi buku ini tentang "social capital", yaitu nilai dan norma di masyarakat yang dibutuhkan sebagai pengikat keberadaan dari suatu masyarakat. Norma dan nilai ini diciptakan secara bersama dan atas dasar kesepakatan. Bisa melampaui hukum agama, budaya atau norma keluarga. Namun, social capital ini mesti yang bersifat universal dan lintas budaya maupun masyarakat. Sehingga seluruh umat manusia di dunia ini bisa memegang dan bernaung di bawah landasan tersebut.

Fukuyama menyebut masa depan untuk politik dunia adalah demokrasi liberal dan untuk ekonomi adalah kapitalisme global. Sedangkan untuk "social capital" maka perlu direkonstitusi berdasarkan nilai etik global. Fukuyama paparkan tentang kesamaan kejahatan, krisis kemanusiaan, manusia tidak peduli pada lingkungan, dan agama yang dijadikan basis keyakinan, ternyata malah menjadi persoalan global yang mesti ditundukkan.

Saya menduga ke depannya manusia di dunia ini sudah tidak lagi tersekat dengan batasan negara dan bangsa. Sehingga agar tidak menjadi makin liar dan tidak teratur, mesti ada tatanan sosial baru yang dapat menjadi "payung" dari seluruh kehidupan masyarakat dunia. Fukuyama merancangnya, yang kini diketahui Amerika Serikat sebagai adi-kuasa menata dan mengatur seluruh negeri di dunia dengan berbagai manuver politik dan ekonomi. Hampir seluruh negara di dunia sekarang tidak ada yang lepas dari kerjasama dengan Amerika. Negara di Timur Tengah pada beberapa kawasan yang strategis sudah dijadikan pangkalan militer dan Amerika kuasa penuh pada wilayah tersebut. Dengan aneka alasan, sehingga pihak pemerintah negara tersebut memberikannya. Mungkin hanya Iran dan Suriah yang tidak ada jalinan kerjasama dengan Amerika. Bahkan, kedua negara ini melakukan penentangan pada Amerika dan Israel. Sekiranya dua negara tersebut tunduk, maka lambat laun akan tercapai yang dimaksud dengan "the end of history" yang ditulis Fukuyama. 

Dan saya juga mengira segala konflik dan kekacauan politik serta kemelut ekonomi pada setiap negara merupakan bagian dari projek Fukuyama tentang "akhir sejarah". Bisakah seluruh bangsa dan negara di dunia ini mencapai titik akhir?

Nah, ini mesti dipantau terus. Sebab negara Iran dan Suriah masih belum tunduk dan di Amerika sendiri kini persoalan rasisme menjadi masalah utama yang mengakibatkan demonstrasi besar-besaran. Apalagi kasus virus Covid19, yang kini membuat Amerika paling terbanyak korban meninggalnya dari seluruh dunia. Tampaknya masalah rasisme ini tidak akan selesai dengan sekadar kampanye nilai etik global dan ide-ide multikultural dan humanisme yang disebarkan oleh intelektual Barat. 

Hanya itu saya berbaginya. Maaf, saya tidak bisa cerna dengan baik karya Francis Fukuyama tersebut. Maklum baru scanning dan loncat-loncat bacanya. Yang sudah baca boleh share dan saya siap membaca.

Sekadar diketahui bahwa buku "The Great Disruption" ini diterjemahkan oleh Ruslani dan diterbitkan Qalam tahun 2002 di Yogyakarta. Tebal buku 510 halaman. Saya dapat buku ini bulan Oktober 2002 dari seorang teman yang bekerja sebagai editor buku. Ia menyerahkan sambil berkata: dibaca ya!

Saya terima dan simpan. Maklum saat itu kurang minat dengan buku bernuansa politik dan wacana ekonomi global. Kemudian pada tahun 2015, saya lihat-lihat saat dibutuhkan untuk bahan makalah matakuliah filsafat sejarah. Lantas, pada bulan Juni 2019, saya baca lagi buku tersebut. Tidak tuntas dan tidak segera diulas. Maklum saya masih awam dan tidak paham dengan isinya. Cag! *** (Ahmad Sahidin)