Jumat, 15 Mei 2020

Sajak Ayahku, Rihlah


AYAHKU, 
 IN MEMORIAM

ayah, ibu pernah cerita tentang masa kanakku
yang bengal, sampai celanamu kubasahi berak
dipangkuanmu saat mudik ke kampungmu, 

atau ketika ramadhan yang kau bebaskan
agar aku tak berpuasa penuh,
disiang yang terik kau belikan buah belimbing
yang kusantap dihadapanmu

ayah, bagaimana ku tak bisa menahan
tangisanku
karena air mataku adalah cucuran keringatmu,

” jang mun anggeus hiji pagawean,
anggeuskeun nu lainna”.
nasehatmu padaku yang menegaskan bahwa
hidup adalah amanat

November 2003


RIHLAH

semalam aku dibawa jalan-jalan
menelusuri gunung dan bebukitan terjal

semalam aku dibawa jalan merambah
jejaki bebatuan dan rerumputan hijau
mendaki dan menerjang yang ada dihadapanku

semalam aku dihidangkan makanan
berbuah akar, putih

semalam aku dituntun berjalan kebebukitan jauh
tak berujung hingga tampak disekelilingku
orang-orang berwajah srigala
orang-orang berwajah babi
orang-orang bermuka masam
memaki dan menghardik diri-sendiri

semalam aku digandeng berjalan tak berhingga
nikmati alam sejuk, goda aku untuk bersamanya

2003