Saya memahami dan menerima keadaan ini dengan penuh kesabaran dan sadar diri dengan dampak dari virus bahaya tersebut. Bukan takut mati, tetapi ini bagian dari takdir yang mesti dijalani untuk menghindari penyakit sebagai bentuk pemeliharaan raga dan jiwa. Yang terpenting adalah upaya memutus rantai sebaran dengan tidak mudik dan kumpul dalam jumlah di atas empat orang. Kabarnya sentuhan tangan dan nafas yang terhirup pada hidung menjadi sebab masuknya virus dalam tubuh. Mari taat pada ketetapan pemerintah.
Dengan
merebaknya Covid19, seluruh ibadah dan kegiatan agama yang melibatkan banyak
orang dihentikan. Aktivitas kebersamaan yang menghimpun orang banyak dilarang
(sementara) untuk pencegahan penyebaran virus Covid19. Acara kebudayaan, hajat
pernikahan, seminar, pentas seni, lomba-lomba, dan olahraga yang melibatkan
orang banyak pun dihentikan sekarang ini.
Covid19
ini memang mengubah segalanya. Mulai dari pendidikan dan pekerjaan pun berubah.
Urusan pekerjaan ini problematika yang luarbiasa. Ada karyawan yang dipecat
dengan jumlah ribuan. Tukang ojek berkurang pendapatannya. Penjual kaki lima
dan orang-orang kecil makin tercekik dengan jumlah pembelinya yang berkurang,
bahkan tidak ada karena aneka faktor dan lainnya. Meski ada bantuan sosial,
ternyata tak merata dan banyak yang terkena dampak dari sisi ekonomi. Ini
masalah, yang saya sendiri tidak mampu memecahkannya. Hanya doa saja untuk
mereka agar Tuhan mencukupi rezeki mereka.
Lagi-lagi
soal kesadaran manusia diminta untuk empati dengan nasib saudara, keluarga, tetangga
dan teman. Untuk mereka yang terkena dampak maka seharusnya diberi bantuan oleh
kita sekedar yang mampu. Biarkan pemerintah dan aparat daerah bekerja dengan
kapasitasnya. Saya merasa sedih saat ada kabar di media tentang orang yang
diusir karena tak bayar kontrakan dan harus tidur pos ronda bersama anak istri.
Ada yang kelaparan sampai pingsan. Ada yang bunuh diri karena tak tahan dengan
kondisi yang sulit. Memang kebutuhan dasar harian manusia ini cukup penting dan
tidak bisa ditunda. Mari lakukan semampunya dan libatkan kawan yang peduli
dengan urusan sosial kemanusiaan. Dan tentu memanjatkan doa juga harus
dilakukan oleh kita semua kepada Tuhan agar masalah wabah ini cepat hilang dan
hidup kembali normal.
Terkait
dengan pendidikan, program online pun dibuat. Untuk murid-murid yang berlokasi
di kota besar tinggal menyesuaikan, bahkan para guru harus berjibaku untuk
membuat bahan ajar berbasis online. Yang menarik, para orangtua pun berperan
dan ikut merasakan sulitnya mengajari anak. Ini dijalani sampai sekarang.
Bukan
hanya di kota besar yang akses internet mudah untuk mereka yang punya uang
lebih dari cukup, tapi di daerah pun pembelajaran dengan online. Pasti akan ada
masalah bagi murid di luar kota besar dan dari kalangan miskin, terutama urusan
kuota. Termasuk gurunya pun pasti ada persoalan dengan kuota. Ya, untuk guru
honorer ada masalah dan mesti cepat dibantu agar berjalan dengan baik dan
lancar pembelajaran online ini. Sekolah negeri mungkin gurunya sudah cukup dari
biaya karena sebagian besas PNS dengan penghasilan di atas guru honorer di
swasta. Sedangkan honorer di sekolah swasta harus dibantu juga. Andalkan
yayasan, pasti sama punya problematika. Ah, rumit bin pusing.
Untuk
murid-murid yang di pedesaan dan daerah pedalaman, patut diacungi jempol karena
pemerintah membuat siaran pendidikan pada televisi. Sampaikah materi pelajaran
dengan baik dan berjalankah pembelajaran mandiri anaknya? Adakah mereka punya
televisi? Ini belum ada riset Tampaknya Mas Menteri Nadiem pun tidak bisa tidur
nyenyak dengan wabah Covid19 yang melanda negeri ini. Ada wacana dari Mas
Menteri bahwa guru dan murid serta orangtua harus siap dengan kondisi social
distancing ini sampai akhir tahun. Tentu ini memeras otak untuk cari cara dan
bentuk pembelajaran mandiri dan online yang tak membuat murid bosan.
Lantas,
mau apa lagi anak-anak Indonesia kalau tak melibatkan diri dalam aktivitas
belajar dan pendidikan. Tidak ada pilihan selain menjalaninya. Saat status
murid atau guru melekat maka situasi social distancing harus dijalani dengan
pendidikan online. Tentu dalam pendapatan ekonomi pun guru harus menelan rasa
pahit, bagi yang masih status guru honorer. Apalagi kini di bulan suci
Ramadhan, mesti berhemat dan menyisihkan dana untuk urusan kuota agar
pembelajaran berjalan lancar. Memang ada informasi bahwa bisa gunakan dana
Bantuan Operasional Sekolah, tetapi menunggu cairnya lama dan tidak bisa segera
diterima para guru.
Anak TK
Saya lanjutkan tulisannya. Baru saja saya nonton berita YouTube. Ada anak TK yang cantik. Ia meminta orangtuanya untuk diantar ke sekolah. Malam hari ke sekolah diantar orangtua dan tiba di gerbang, ia menangis. Ia berharap besoknya bisa kembali sekolah seperti biasa. Ia rindu dengan suasana sekolah. Ia rindu dengan teman dan gurunya. Kedekatan pertemanan dan sapaan guru serta aktivitas harian yang dijalani di sekolah membuatnya rindu ingin kembali pada suasana sekolah. Hanya tangisan yang bisa dilakukan sang anak. Harus diakui bahwa sentuhan emosi dalam pendidikan dan suasana belajar yang hangat di sekolah tidak dapat tergantikan dengan online.
Saya lanjutkan tulisannya. Baru saja saya nonton berita YouTube. Ada anak TK yang cantik. Ia meminta orangtuanya untuk diantar ke sekolah. Malam hari ke sekolah diantar orangtua dan tiba di gerbang, ia menangis. Ia berharap besoknya bisa kembali sekolah seperti biasa. Ia rindu dengan suasana sekolah. Ia rindu dengan teman dan gurunya. Kedekatan pertemanan dan sapaan guru serta aktivitas harian yang dijalani di sekolah membuatnya rindu ingin kembali pada suasana sekolah. Hanya tangisan yang bisa dilakukan sang anak. Harus diakui bahwa sentuhan emosi dalam pendidikan dan suasana belajar yang hangat di sekolah tidak dapat tergantikan dengan online.
Ya
Ilahi, beri kami kemampuan untuk memutus rantai wabah ini. Ya Ilahi, beri kami
rezeki dan ketabahan serta kemampuan ikhtiar untuk lepas dari persoalan
mendunia ini. Ya Ilahi, beri kemampuan pada kami agar cepat menuntaskan wabah
Covid19 di negeri ini. Beri kami rezeki halal, baik, dan barokah yang
menyehatkan jiwa raga kami dan keluarga.
Allahumma
Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma
Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma
Shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. Aamiin Ya
Robbal 'alamiin. *** (ahmad sahidin)