Minggu, 14 Juli 2019

Hidup dan Cinta

Saya tidak tahu mesti bagaimana melakukan analisa atas hidup dan kehidupan ini. Yakni tentang kesendirian yang kadang terasa menyedihkan. Kadang muncul rasa terasing dan ingin ada yang peduli. Dan ini bagian dari kebutuhan hidup dari manusia. Kebersamaan dan kehadiran orang-orang terdekat sangat penting dalam kehidupan.

Ya, peduli dan kasih sayang (empati) pada manusia lainnya, terutama pada keluarga. Yang paling utama kepada orangtua. Ini yang penting karena menjadi sumber keberkahan dan keridhaan Allah.

Akan terasa sedih dan derita hati serta timbul khawatir jika tidak ada yang peduli. Cobalah hidup sendiri agar bisa merasakan.

Saya kira kebutuhan untuk hidup dalam kebersamaan dan hadirnya orang-orang yang peduli sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan.

Saya merasakan sedih kalau orang yang dicintai tidak ada, tidak hadir. Meski beberapa saat dalam hitungan hari atau jam, kadang terasa ada yang hilang. Segera dikabari dan terasa tenteram setelah ada respons. Kalau tidak ada kabar, inilah saat yang menyedihkan.

Ini mengingatkan saya pada seorang sahabat yang datang kepada Baginda Rasulullah Saw. Ia mengatakan merasa sedih kalau tidak bertemu dengan Nabi dan merasa bahagia saat bisa menatap wajah Nabi. Rasulullah Saw pun menyilahkan sahabat itu untuk memandang sepuasnya. Disebutkan setiap hari sebelum ke pasar, sahabat itu datang ke rumah Nabi dan memandang wajahnya. Kemudian berangkat ke pasar.

Suatu ketika Rasulullah Saw tidak mendapatinya. Tidak dikunjungi oleh sahabat tersebut. Sampai berlalu beberapa hari. Nabi bertanya pada sahabat lain tentang orang yang sering mengunjunginya.

Seorang di antara yang ditanya mengabarkan bahwa orang yang dimaksud sudah wafat. Rasulullah Saw kaget karena baru diberitahu. Rasulullah Saw meminta agar diantar ke  kuburannya. Diceritakan Nabi berdoa di kuburannya.

Saya kira yang dilakukan sahabat itu bentuk cinta kepada Nabi Muhammad Saw. Saya sepakat bahwa orang Islam harus mencintai Nabinya. Dan ini harus tertanam dalam hati sehingga posisi Nabi menjadi uswatun hasanah. Bisakah?

Saya ingin termasuk orang yang cinta Nabi agar diri ini tenteram dunia dan akhirat. Sebagai wujud kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw, saya harus cinta kepada keluarganya, cinta kepada umat yang mengikutinya, dan mencintai keluarga saya sendiri dengan sepenuh hati. Lebih peduli dan memahami sekaligus menjadi orang yang bermanfaat. Semoga itu bisa mewujud dalam keseharian saya. Mohon doa. *** (Ahmad Sahidin)