Sabtu, 27 Juli 2019

Ilmu Apa yang Mesti Ditekuni untuk Kebahagiaan Manusia? (2)

3-12-2017

Murtadha Muthahhari (1920-1979) pernah menyebutkan dalam ilmu terbagi dua: teoritis dan praktis. Yang pertama berkenaan dengan pemikiran, konsep, dan metodologi. Seseorang yang menekuni aspek ini akan dapat kepuasan secara intelektual. Ilmu teoritis ini seperti filsafat (spekulatif dan kritis), humaniora, ilmu-ilmu agama, dan disiplin ilmu yang terkait dengan pencerahan pemikiran. Sedangkan yang kedua adalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar (lahiriah) manusia. Disiplin ilmu praktis ini di antaranya ekonomi, teknologi, jurnalistik, elektronika, atau disiplin ilmu yang berujung finansial dan material. Yang masuk dalam ranah ini meliputi bisnis, pengajar (pendidikan), jurnalistik, jasa-jasa, teknik, teknologi, dan lainnya yang dilakukan secara empiris dan praktikal. Yang terpenting dari bidang ini adalah adanya perolehan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia; yang dihasilkan atas dasar ilmu praktis tersebut.


Kedua jenis ilmu ini (teoritis maupun praktis) secara hakikat bertujuan untuk memenuhi dan melayani manusia serta menjadi petunjuk dalam menjalani hidup maupun aktivitas. Dengan kedua ilmu ini diharapkan manusia mampu mencapai tingkat tertinggi dari manusia dalam intelektual maupun material.

Masalahnya bagi orang yang hanya memilih studi teoritis berimplikasi sangat kurang untuk memeroleh aspek material dan kebutuhan dasar hidup. Terbatas dalam perolehannya. Begitu pun yang memilih studi praktis saja maka aspek intelektual kurang terpenuhi sehingga sikap etis terkadang diabaikan dan berpotensi menjadi orang rakus.

Kedua jenis ilmu ini pula di negeri kita dipisahkan dalam pendidikan dengan maksud agar masing-masing ilmu melahirkan spesialis pada bidang masing-masing. Ilmu-ilmu agama, filsafat, humaniora, dan disiplin ilmu yang berbasis pemikiran dan pemahaman ditempatkan pada institusi pendidikan tersendiri dan hanya fokus pada bidang tersebut. Demikian pula ilmu praktis dikhususkan pada lembaga pendidikan tersendiri dengan maksud agar lahir spesialis di bidangnya. Sehingga dari masing-masing ilmu, baik teoritis maupun praktis, melahirkan manusia-manusia yang satu dimensi.

Yang menjadi masalah lagi terkait dengan pemenuhan hidup manusia. Dunia industri sekarang ini lebih membutuhkan lulusan dari ilmu praktis ketimbang dari ilmu teoritis. Maka posisi orang yang hanya memiliki ilmu teoritis tidak mampu bersaing dalam dunia industri maupun teknologi. Paling hanya menduduki posisi dunia pendidikan dengan penghasilan lebih kecil dari orang-orang yang bergelut dalam dunia industri maupun teknologi atau jasa-jasa yang bersifat praktikal.

Dalam konteks sekarang maka seorang yang memiliki ilmu teoritis mesti menambah keilmuan praktis. Mungkin seorang lulusan filsafat mesti juga ahli dalam marketing dan berjualan barang-barang hasil industri. Lulusan dari disiplin ilmu humaniora dan ilmu-ilmu agama perlu belajar bisnis jika ingin memenuhi kebutuhan material yang wajar dan cukup. Jika ingin masuk pada level pegawai resmi pemerintah maka persaingan yang perlu dipertaruhkan, baik untuk yang lulusan ilmu teoritis maupun ilmu praktis. Kontestasi keahlian dan perebutan posisi akan menjadi arena yang dimanfaatkan oleh segelintir orang atau otoritas instansi dalam proses rekrutmen. Ini juga yang menjadi masalah.

Bagaimana sih sejatinya manusia menjalankan kehidupan? Biasanya dalam agama menyajikan contoh Nabi dengan kesederhanaan dan ruang lingkup serba terbatas. Dan meyakini kebahagiaan sejati dicapai dalam ketenangan batin, sehat, dan kelak di akhirat. Namun konteks sekarang tentu beda dengan zaman para Nabi. Nilai dan sikap yang perlu dirujuk dari para teladan suci agama, tetapi pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia kekinian tidak cukup mengandalkan rujukan agama. Di sini saya merasa sedih dan gagal dalam perjalanan hidup karena dimensi intelektual saja yang dominan melingkupi hidup; sedangkan dimensi material tidak mampu bersaing dengan lulusan ilmu praktis. Karl Marx menyebut "alienasi" untuk sosok intelektual yang tidak eksis dalam dunia material.

Maka yang dibutuhkan bagi manusia masa depan adalah integrasi ilmu teoritis dan ilmu praktis. Dunia pendidikan perlu memperhatikannya agar tidak menjadi generasi alienasi di negerinya sendiri. Tah, ngan sakitu. Sugan jeung sugan aya anu ngarasa manfaat tina guaran simkuring. Cag… [ahmad sahidin]