3-12-2017
Murtadha Muthahhari
(1920-1979) pernah menyebutkan dalam ilmu terbagi dua: teoritis dan praktis.
Yang pertama berkenaan dengan pemikiran, konsep, dan metodologi. Seseorang yang
menekuni aspek ini akan dapat kepuasan secara intelektual. Ilmu teoritis
ini seperti filsafat (spekulatif dan kritis), humaniora, ilmu-ilmu agama, dan
disiplin ilmu yang terkait dengan pencerahan pemikiran. Sedangkan yang kedua
adalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar (lahiriah) manusia.
Disiplin ilmu praktis ini di antaranya ekonomi, teknologi, jurnalistik, elektronika,
atau disiplin ilmu yang berujung finansial dan
material. Yang masuk dalam ranah ini meliputi bisnis, pengajar (pendidikan), jurnalistik,
jasa-jasa, teknik, teknologi, dan lainnya yang dilakukan secara empiris dan praktikal.
Yang terpenting dari bidang ini adalah adanya perolehan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia; yang dihasilkan atas dasar ilmu praktis tersebut.
Kedua jenis ilmu ini
(teoritis maupun praktis) secara hakikat bertujuan untuk memenuhi dan melayani
manusia serta menjadi petunjuk dalam menjalani hidup maupun aktivitas. Dengan
kedua ilmu ini diharapkan manusia mampu mencapai tingkat tertinggi dari manusia
dalam intelektual maupun material.
Masalahnya bagi orang yang
hanya memilih studi teoritis berimplikasi sangat kurang untuk memeroleh aspek
material dan kebutuhan dasar hidup. Terbatas dalam perolehannya. Begitu pun
yang memilih studi praktis saja maka aspek intelektual kurang terpenuhi
sehingga sikap etis terkadang diabaikan dan berpotensi menjadi orang rakus.
Kedua jenis ilmu ini pula di
negeri kita dipisahkan dalam pendidikan dengan maksud agar masing-masing ilmu
melahirkan spesialis pada bidang masing-masing. Ilmu-ilmu agama, filsafat,
humaniora, dan disiplin ilmu yang berbasis pemikiran dan pemahaman ditempatkan
pada institusi pendidikan tersendiri dan hanya fokus pada bidang tersebut.
Demikian pula ilmu praktis dikhususkan pada lembaga pendidikan tersendiri
dengan maksud agar lahir spesialis di bidangnya. Sehingga dari masing-masing
ilmu, baik teoritis maupun praktis, melahirkan manusia-manusia yang satu
dimensi.
Yang menjadi masalah lagi
terkait dengan pemenuhan hidup manusia. Dunia industri sekarang ini lebih
membutuhkan lulusan dari ilmu praktis ketimbang dari ilmu teoritis. Maka posisi
orang yang hanya memiliki ilmu teoritis tidak mampu bersaing dalam dunia
industri maupun teknologi. Paling hanya menduduki posisi dunia pendidikan
dengan penghasilan lebih kecil dari orang-orang yang bergelut dalam dunia
industri maupun teknologi atau jasa-jasa yang bersifat praktikal.
Dalam konteks sekarang maka
seorang yang memiliki ilmu teoritis mesti menambah keilmuan praktis. Mungkin
seorang lulusan filsafat mesti juga ahli dalam marketing dan berjualan
barang-barang hasil industri. Lulusan dari disiplin ilmu humaniora dan
ilmu-ilmu agama perlu belajar bisnis jika ingin memenuhi kebutuhan material
yang wajar dan cukup. Jika ingin masuk pada level pegawai resmi pemerintah maka
persaingan yang perlu dipertaruhkan, baik untuk yang lulusan ilmu teoritis
maupun ilmu praktis. Kontestasi keahlian dan perebutan posisi akan menjadi
arena yang dimanfaatkan oleh segelintir orang atau otoritas instansi dalam
proses rekrutmen. Ini juga yang menjadi masalah.
Bagaimana sih sejatinya
manusia menjalankan kehidupan? Biasanya dalam agama menyajikan contoh Nabi
dengan kesederhanaan dan ruang lingkup serba terbatas. Dan meyakini kebahagiaan
sejati dicapai dalam ketenangan batin, sehat, dan kelak di akhirat. Namun
konteks sekarang tentu beda dengan zaman para Nabi. Nilai dan sikap yang perlu
dirujuk dari para teladan suci agama, tetapi pemenuhan kebutuhan dasar hidup
manusia kekinian tidak cukup mengandalkan rujukan agama. Di sini saya merasa
sedih dan gagal dalam perjalanan hidup karena dimensi intelektual saja yang
dominan melingkupi hidup; sedangkan dimensi material tidak mampu bersaing
dengan lulusan ilmu praktis. Karl Marx menyebut "alienasi" untuk
sosok intelektual yang tidak eksis dalam dunia material.
Maka yang dibutuhkan bagi
manusia masa depan adalah integrasi ilmu teoritis dan ilmu praktis. Dunia
pendidikan perlu memperhatikannya agar tidak menjadi generasi alienasi di
negerinya sendiri. Tah, ngan sakitu. Sugan jeung sugan aya anu ngarasa manfaat
tina guaran simkuring. Cag… [ahmad sahidin]